Dear Teman,
Sabtu ini
(09/08), aku menghadiri talkshow Rangkul Diri, Sembuhkan Luka Masa Kecil
bersama Bunda Ui pemilik akun Instagram @bubu_ui Co-Founder @tigagenerasi dan
dua psikolog muda dari biro psikologi ini. Acara besutan Kido Playdate Semarang
ini diadakan di Maari Resto yang cozy berlokasi di Jalan Ki Mangunsarkoro Semarang.
Acara talkshow
ini dihadiri oleh beberapa komunitas perempuan di Semarang seperti Ibuk-Ibuk
Semarang dan blogger Semarang Gandjel Rel. Di awal acara, Bubu Ui yang ramah
memperkenalkan tentang Tiga Generasi Psychology Centre yang berpusat di Jakarta.
Biro psikologi
yang berdiri sejak 2016 ini juga bekerjasama dengan berbagai perusahaan besar seperti Gojek, Traveloka dan Sea Bank.
Informasi selengkapnya tentang Tiga Generasi ini bisa diintip di webnya
https://www.tigagenerasi.id/. Tiga Generasi Psychology Center ada di Semarang lho. Tepatnya, berlokasi di Jalan Tunojoyo XIV No.A-5 Banyumanik, Semarang. Kontaknya bisa di 0821-4848-9464.
Apa itu Inner
Child?
Inner child
adalah konsep dalam psikologi yang merujuk pada bagian diri seseorang yang
menyimpan ingatan, emosi, pengalaman masa kecil baik yang positif ataupun
negatif. Konsep ini diperkenalkan oleh Psikolog Swiss, Carl Jung yang meyakini
pola pengasuhan anak di masa kecil akan mempengaruhi sifat dan perilakunya di
masa dewasa. Inner child, hasil dari pengasuhan di masa kecil yang membentuk
kepribadian seseorang saat ini.
Inner child
adalah hasil dari pengalaman masa kecil yang membentuk kepribadian seseorang
saat ini. Inner child dalam bahasa psikologi dapat disebut sebagai ACEs
(adverse childhood experiences). Seiring bertambahnya usia, biasanya seseorang
akan mengalami pertumbuhan, baik secara fisik maupun mental. Namun, terdapat
aspek dalam diri yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap dipertahankan. Sisi
anak-anak ini disebut sebagai Inner child .
Baca Juga: Kisah Survivor Abuse NPD
Inner child bisa berupa pengalaman negatif atau positif di masa kecil. Jika seseorang
tumbuh dengan kekerasan dan pengabaian, maka bisa timbul luka pengasuhan di
masa kecil yang terbawa hingga dewasa. Sering kita tak sadari bahwa sebenarnya
kita memiliki perasaan atau luka yang belum terselesaikan dari masa kecil.
Luka yang ada
terus ditimpa lagi, lagi dan lagi akan berbekas begitu juga luka hati yang tak
terobati. Luka pengasuhan ini akan membuat kita jadi mati rasa, marah-marah
terus, maka pola asuh kita ke anak-anak akan senantiasa membawa luka itu.
Misalnya, anak menangis karena takut, ibu malah memarahi, mengabaikan atau bahkan berusaha mengalihkan
perhatian anak. Lebih parah lagi, ibu berusaha meremehkan perasaan anak.
"Oh iya,
kamu kesal ya sama sahabatmu yang jahil coba diomongin aku tuh nggak suka
diperlakukan seperti itu,"
Jangan malah
bilang, "Ah kamunya saja terlalu baper, cuekin saja dia!"
Sedih, kan?
Sayangnya, tak
semua orang tua memahami hal ini. Jika anak menangis atau marah malah balik
dimarahi, dibentak atau dianggap enteng. Kadang, jika teman kita cerita juga
ada saja yang menganggap enteng curhatnya, malah adu nasib. Tidak boleh,
pengabaian ini bisa menimbulkan luka batin yang terbawa hingga anak dewasa
kelak.
Baca Juga: Peduli Kesehatan Mental
Setelah itu,
Bunda UI mengajak para peserta untuk menulis di selembar kertas. Jika sedih,
apa yang kamu lakukan? Ternyata, jawabannya beraneka ragam ya. Ada yang kalau
sedih makannya jadi banyak, ada yang memilih tidur. Ada juga yang suka curhat
ke teman. Banyak cara untuk melepaskan perasaan sedih dan gundah.
Seorang peserta,
sambil menangis bercerita kalau ia merindukan kasih sayang ibunya yang
menyayangi anak-anaknya penuh cinta. Ibunya kini telah tiada dan kerinduan itu
terus-menerus menderanya.
Peserta lain,
membagikan kisah saat adiknya lahir. Ia dititipkan di rumah Nenek dan diasuh Nenek. Karena itu, ia sering
merasa terbuang. Sekarang, ia sering tiba-tiba merasa tak suka pada adiknya dan
nggak nyaman berdekatan dengan dia. Setelah menjadi ibu, ia berjanji takkan
mengikuti cara ortunya, memisahkan anak-anak hingga merasa terlantar.
Ada pula yang
berbagi tentang ayahnya yang termasuk strict parent yang tak membiarkan
anak-anaknya berpendapat. Hingga kini, ia sulit mengungkapkan pendapatnya
kepada orang lain.
Baca Juga: 5 Cara Mencintai Diri Sendiri
Peserta lain
bercerita tentang orangtuanya yang broken home karena ayahnya selingkuh. Hingga
dewasa, ia mengaku tidak suka melihat cowok yang bertingkah karena
mengingatkannya pada ayah yang menyakiti ibunya. Di dalam rumah tangga, ia
cenderung mendominasi karena takut diselingkuhi.
Ya, siang itu
perasaan jadi campur-aduk. Beberapa peserta sampai menangis menumpahkan emosi
yang terpendam selama ini. Setiap orang ternyata memiliki ceritanya
masing-masing.
Ingatan-ingatan
masa kecil seperti mendapatkan kekerasan oleh orangtua, pengabaian, dibedakan
dengan saudara lainnya, bisa menjadi luka
batin. Luka yang terus-menerus timbul tanpa diobati akan menimbulkan borok yang
dirasakan hingga kita besar dan hal ini ternyata mempengaruhi diri kita saat
ini dalam bersikap dan berperilaku. Juga bagaimana kita bersikap pada orangtua,
suami dan anak.
Seseorang yang
sering merasa cemas atau takut terhadap hal baru yang belum pernah dicobanya
mungkin memiliki inner child yang terluka akibat pengalaman masa kecil yang
penuh tekanan atau kurang dukungan.
Jadi, sudah tahu kan kenapa kita emosi berkepanjangan?
Mungkin karena
ada luka yang belum sempat terobati. Inilah pentingnya mengenal diri sendiri, mengenali luka, agar
tahu cara mengatasinya, agar bisa disembuhkan. Bersyukur, ada acara ini
sehingga para peserta jadi mengetahui oh ternyata aku punya luka batin? Selama ini,
rasanya baik-baik saja, tapi mengapa kita suka tantrum, mengomel dan lainnya?
Kita yang harus
memahami, mengenali diri sendiri. Apa yang kita sukai? Apa yang kita inginkan?
Apakah kita punya luka pengasuhan? Apakah kita sudah mengenal diri kita dengan
baik? Bagaimana kita tahu cara berkomunikasi dengan orang lain, jika kita tidak
tahu bagaimana berkomunikasi dengan diri sendiri?
Seorang peserta
bertanya, “Saya sadar punya inner child, bagaimana cara saya mengatasinya? kalau sedang burnout, saya sering marah-marah pada anak lalu merasa menyesal, dan menangis minta maaf. Apa yang harus dilakukan? saya takut luka pengasuhan menurun ke anak, anak terluka
hatinya karena sering dimarahi,”
Perasaan itu
valid, Terima lalu cek perasaan itu apakah marah itu timbul karena perilaku anak? atau
karena tertrigger inner child? kalau penyebabnya adalah karena perilaku anak, coba cari cara lebih baik
untuk menenangkan diri saat menghadapi perilaku anak. Tapi, kalau penyebabnya karena inner child,
coba berkonsultasi ke ahlinya yaitu
psikolog.
Menurut Bunda
Ui:
1. Jangan mengulangi kesalahan yang sama,
2. Kenali emosi kita. Setelah tahu emosi
dalam diri, nah apa yang kita inginkan? Apakah ingin pulih atau dibiarkan saja
menumpuk?
3. Mencari cara mengatasinya bisa dengan
berkonsultasi pada ahlinya yaitu psikolog.
4. Berusaha memutus rantai luka pengasuhan.
5. Proses belajar terus-menerus sepanjang
hayat.
Cobalah rutin
latihan relaksasi agar kita bisa memiliki waktu jeda, bisa mengatur perilaku
kita saat sedang tantrum. Kita bisa meminta waktu menyendiri pada anak dan pasangan agar lebih tenang
dan tidak marah-marah berkepanjangan.
Ingatkan dirimu sendiri, perasaanmu valid.
Katakan,"Kamu sudah berusaha menjadi ibu terbaik buat anak
dan menjadi istri yang baik, menjalani tugas rumah tangga setiap hari. Kamu
cukup, tak apa jika ingin menangis, kamu boleh istirahat kalau kamu mau, kamu aman sekarang."
Lalu, peluklah dirimu erat-erat.
maaf kak untuk tulisan bagian atas memanjang melampaui body.
ReplyDeleteIstilah jaman sekarang semakin merepresentasikan apa yang kita alami di masa lalu. Semoga semakin banyak pengetahuan dan edukasi membuat banyak luka masa kecil tidak terulang lagi pada anak-anak kita
ReplyDeletemba dew, aku baru ngerasain banget kalo pengalaman masa lalu ngefek di kehidupan sekarang pas udah dewasa. mau healing bingung mana dulu yang mau diberesin haha, sambil jalan aja deh pelan-pelan. bener ini kalo mau jadi ibu aku harus benerin dulu trauma2 yg ada biar ruwetnya ga kebawa sama anak2
ReplyDeleteInner Child membentuk kepribadian kita yang terus tumbuh ya mbak Dew. Bagus kalau yang positif. Yang negatif walah, aku pun punya hal2 buruk yang sampai saat ini belum terselesaikan. Apakah aku harus konsul ke psikolog? Hehehe.
ReplyDeletesaya setuju kalau perasaan anak dan semua orang itu perlu divalidasi, jangan diabaikan.
ReplyDeleteapalagi perasaan yang anak rasakan benar, itu anak butuh dipahami, jangan diabaikan atau dianggap enteng, ya...
apalagi dicemooh, jangan banget... karena saya merasakan banget begitu sakitnya saat apa yg kita lakukan malah dicemooh
Inner child ...aku ga tahu sih apa keinginan childfeee yg aku rasain itu akibat inner child atau bukan. Krn dulu kami ber4 dididik lumayan keras. Dan harus patuh. Ga peduli keinginan kami apa, ga boleh bantah. Jurusan sekolah wajib ikut yg disuruh papa, padahal aku ga suka IPA, dan sbnrnya lebih kuat di IPS.
ReplyDeleteGara2 itu jujurnya bikin aku menjauh dari ortu. Dan langsung ga kepengin samasekali punya anak. Cuma sayangnya suami pengen. Dan pada akhirnya aku ngalah lagi. Demi dia.
Hanya saja ada akibat. Pas anak2 lahir, aku ga tertarik ngasuh, lihat mereka aja ga mau. Jadi beberapa bulan itu anak diasuh dengan babysitter.
Cuma Alhamdulillah, skr ini anak2 udah besar, dan mungkin Krn didikan babysitter yg bagus , mereka syukurnya jadi anak2 baik sih. Yg paham maminya ga terlalu suka anak. Cuma Krn udah gedean, aku mulai bisa dekat, dan nyambung untuk ngobrol.
Ga tahulah mba, ada keinginan untuk konsultasi ke psikolog, tapi, di sisi lain juga takut, malu. So far untungnya aku dapat support dari suami dan babysitter anak yg paham kondisiku.
Inner child ini mempengaruhi kehidupan seseorang hingga dia dewasa ya. Bahkan semisal dianya berkeluarga, juga bisa berdampak. Di sini perlunya menyembuhkan luka itu, meski memang gak mudah
ReplyDeleteInner child ini mempengaruhi kehidupan seseorang hingga dia dewasa ya. Bahkan semisal dianya berkeluarga, juga bisa berdampak. Di sini perlunya menyembuhkan luka itu, meski memang gak mudah
ReplyDeleteAku pernah baca bukunya Carl Jung dan bukunya tuh termasuk yang wow banget. Aku baca buku itu hampir setengah tahun. Hahaha.. Tapi beneran isinya itu bikin kita sadar sama pola-pola berulang yang nggak lain karena inner child kita terluka.
ReplyDeleteAcara rangkul diri ini bener-bener insightful banget lho kak! Bikin kita lebih aware sama kondisi diri kita sendiri dan tentu yang punya anak bisa lebih aware sama pola-pola interaksi orang tua ke anak. :D
Inner child tak melulu negatif ya ternyata hal2 bahagia juga mempengaruhi hidup kita sekarang.
ReplyDeleteJujurly aku tu punya kemampuan menekan hal2 yang aku gak suka jadi kadang aku kalau ketemu teman kecil atau tetangga masa kecil aku bener2 lupa aja gitu, didukung aku tinggal jauh dari mereka semua.
Kyk aku cuma mau menyimpannya rapat2 gak mau dikeluarkan krn udah ngrasa happy dengan kehidupan sekarang hahaha.
Tapi suka khawatir juga sih kalau boom terlalu banyak yang disimpan.
Salut sama org2 yang mau sharing di acara2 semacam ini, soalnya selama ini aku ngadunya cuma ke Tuhan doank. Pastinya butuh keberanian yaa :D
Sering dibahas tentang inner child negatif, namun apakah inner child yang positif juga bisa membawa dampak buruk? Kadang saya penasaran.
ReplyDeleteTapi memang dalam pengasuhan penring banget untuk mengenali perasaan anak dan perasaan kita sendiri. Walaupun memang unruk bersabar itu butuh usaha ekstra hahahaha
Talk show yang sangat bermanfaat sekali mba. Tema nya beneran dibutuhkan sama banyak orang nih, bahas inner child sama tiga generasi pastinya beneran bombastis sekali.
ReplyDeleteSoalnya aku pengikut akun socmed tiga generasi dan sering dapat info berfaedah terkait inner child. Makin ciamik misal bisa ikutan eventnya langsung kayak mba dan teman-teman blogger.
Aktivasi inner child dan core memories banget ini ya Mbaaa
ReplyDeleteaku kalo ditanya memori pas umur 7 tahun pasti bakal nangis nggerung2 mbaa
karena itu masa yg menyenangkaaannn, Ayah Ibuku masih lengkap :)
Senang tahu ada lembaga seperti tigagenerasi ini, programnya ternyata luas ya, menyediakan narasumber kegiatan psikolog. Pernah bekerja sama dengan brand besar juga.
ReplyDeleteTalkshownya daging banget menurutku, diajak lebih mengenal diri dan memahami emosi. Aku setuju setiap emosi diterima karena itu bagian proses pertumbuhan dan sinyal bagaimana alam bawah sadar bekerja.
Mbaaa Deew.. rasanya semua orang buuh talkshow sejenis ini deeeh..
ReplyDeleteYang bikin kayak kita lagi ngajak ngobrol inner child yang selama ini diam. Inner child kan seoalah anak kecil di hati yang masih nyimpen rasa. Kadang kita lupa, tapi dia masih ada, nunggu perhatian.
Dan perlunya Healing itu bukan sekadar aja, tapi belajar reparenting seperti ini... yang bisa merangkul diri sendiri dengan lembut, menyembuhkan dengan kasih.
Walau tentunya semua ini butuh keberanian untuk menyentuh luka terdapat masing-masing >..<
Soal innerchil ini Memnag sangat besar pengaruhnya bagi seorang ya, Mbak. Kalau dia mengalami hal-hal menyenangkan dan membahagiakan di masa kecilnya. Maka hidupnya akan terbawa happy sampai dewasa. Tapi yang bahaya bila iya di masa kecilnya mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Dan bila dia terluka makanya lukanya akan terbawa sampai dewasa. Hal inilah yang akan sulit disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lama. Saya banyak membaca bahwa solusinya adalah berdamai dengan diri sendiri dan mencintai diri sendiri. Serta maumemaafkan luka di masa lalu.
ReplyDeleteMengenali diri sendiri plus emosinya ternyataa.. dalam perjalanannya, gak semudah itu yaa..
ReplyDeleteAku merasa cukup mengenal diriku sendiri dan memang saat ada masalah cenderung memendam.
ada di suatu titik, aku bener-bener gak kuat dan nunggu momen yang tepat untuk bener-bener bisa mengeluarkan seluruh uneg-uneg yang ada.
Memang rasanya lebih plong ketika orang mengetahui apa yang kita rasakan.
Ketimbang menjadi people plesure atau serba gak enakan.
Acaranya ini sepertinya ada juga di Surabaya ya
ReplyDeleteKalau urusan luka masa kecil pastilah sangat beragam reaksi
Kalau saya ada di sana sudah pasti bisa nangis gerung gerung
Lukanya masih ada
Ah iya, luka masa lalu alias inner child ini memang jadi tantangan untuk bisa dilupakan dan diikhlaskan ya mbak
ReplyDeleteAku pun merasa masih belum lepas dari inner child
Validasi diri ini penting banget ya
ReplyDeletesaya mencoba untuk memvalidasi dengan kalimat yang mbak share ini "Kamu sudah berusaha menjadi ibu terbaik buat anak dan menjadi istri yang baik, menjalani tugas rumah tangga setiap hari. Kamu cukup, tak apa jika ingin menangis, kamu boleh istirahat kalau kamu mau, kamu aman sekarang." jadi lebih tenang, lega
Bagian refleksinya bikin kebayang gimana banyak orang ternyata masih nyimpen rasa sakit dari masa kecil. Jadi paham sih kenapa kadang kita gampang meledak ke anak atau pasangan, ternyata ada luka lama yang belum kelar. Aku setuju banget sama poin akhirnya: sebelum mikirin jadi ibu atau istri yang baik, kita harus lebih dulu beres sama diri sendiri. Kalau inner child kita nggak dipeluk, ya rantai luka itu bisa terus nyambung ke anak-anak.
ReplyDeleteYang paling sulit saat jadi ibu adalah, kita sedang berusaha mengasuh dan membentuk manusia yang (kalau bisa) tanpa luka pengasuhan sambil memulihkan luka kita sendiri. Itu gak gampang bangeeet. Sering banget jungkir balik dan kelepasan. Tapi menurut aku, wajar banget sebagai orangtua kadang lelah sama anak-anak, manusiawi banget. Karena ke anak itu kadang gak bisa dengan gampangnya punya me-time, apalagi kalau anaknya belum sekolah. Tapi ibu-ibu yang berusaha pulih dan mengobati inner child itulah yang aku bilang ibu keren! Karena berani dan mau berusaha memutus rantai pengasuhan yang kurang baik.
ReplyDeleteBismillaah yaa, semoga generasi berikutnya minim trauma dan mereka punya innerchild yang positif yaa.
Begitu rupanya ya Kak? Ada sisi Kekanakan atau Inner Child dalam diri yang bisa jadi memengaruhi emosi hingga ke pola asuh nanti.
ReplyDeleteMungkin Teddy ada juga sih, Teddy kadang takut pada hal-hal baru. Karena sejak kecil banyak larangan dari Ibu. Semoga bisa Teddy atasi ya Kak.
Terima kasih.
Wah acara yang bagus. Suka saya dengan acara kayak gini. Bikin introspeksi banyak tentang diri sendiri. Dan pastinya, ini bisa jadi cara nyembuhin Luka bathin di masa lalu atau di masa kecil. Huhu... Aku pasti nangis Bombay ini. Ihiks ...
ReplyDelete