Writing For Healing, Connecting To Your Inner Wisdom

Dear Temans,

Pertengahan bulan lalu, Aku mengikuti acara Writing For Healing, Connecting To Your Inner Wisdom bersama Mas Wahyu Bramastyo. Wahyu Bramastyo yang punya akun Instagram @simple_reader ini memiliki minat di bidang kesehatan mental dan penyembuhan diri (self healing) juga tarot reading.

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Sesi Yin Yoga bersama Mas Wahyu


Ia belajar tentang teknik penyembuhan diri seperti Tapas Acupressure Technique, Reiki. Sehari-hari Mas Wahyu menjadi Koordinator ECCD Save The Children.

Acara bergizi ini diselenggarakan oleh Beautiful Soul Growth & Wellbeing Center Semarang. Pas banget, saat itu aku sedang jenuh menulis dan ingin mempelajari hal baru. Acaranya diadakan di Tekodeko Koffiehuis, Kota Lama Semarang. 

Sebelum memulai acara inti, kami diajak melakukan Yin Yoga bersama Mas Wahyu. Yin Yoga adalah yoga yang gerakannya tenang dan minim gerakan, lebih banyak gerakan pasif di atas matras. Tujuannya agar kita rileks dan tenang, serta mengenal diri sendiri. Mas Wahyu mengambil sertifikat Teacher Training Yoga di Harmony Yoga School dan Yin Yoga di Bali, lho. 

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Gerakan Yin Yoga 

Tanpa disadari, kita selama ini lupa melakukan hak tubuh yaitu peregangan dan relaksasi otot. Rajin melakukan peregangan membuat kita mengenali tubuh kita sendiri. Rasakan bagaimana otot meregang dan rileks. Tubuh menjadi jalan masuk untuk proses penyembuhan kita. Badan dan kepala rasanya enteng deh saat dipandu Mas Wahyu untuk melakukan Yin Yoga. 

Sesungguhnya saat kita sendiri,
kita tidak sedang sendirian
(Wahyu Bramastyo)

Ya, kita kerap merasa sendirian.
Padahal, saat sendirian pun kita sebenarnya tidak sendiri. Ada diri kita yang menemani. Hanya saja, terkadang kita sibuk dengan apa yang terjadi di luar sana. Sehingga kita jarang berkomunikasi dengan diri sendiri. Kita jarang mendengarkan dan berdialog dengan diri sendiri. 

Menulis, mengungkapkan apa yang kita rasakan. Hal yang kita tutupi dari orang lain akan membantu kepekaan dan membuat kita terhubung dengan inner voice. Inner voice yang sering menjadi hidden voice karena kita lebih memilih mendengarkan orang lain, kebisingan di luar daripada mendengarkan suara hati kita.

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Emosi yang terpendam menyebabkan stres 

Semakin kita peka dan terhubung dengan inner voice, akan semakin tajam intuisi kita dan mendengarkan suara-suara dari dalam diri. 

Inner wisdom akan mengingatkan kita pada suatu hal, menjadi pemandu kita dalam menjalani hidup. Bahasa kalbu yang bisa kita percayai. Inner voice akan terdengar lebih jernih jika kita ingin melambat sejenak, tidak memperhatikan suara-suara dari luar. 

Menurut Mas Wahyu, tak ada yang salah dengan Baper. Zaman sekarang, menampakkan emosi dipandang kelemahan. Sedangkan logika diutamakan. 

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Berdiskusi tentang inner voice

Padahal, menggunakan emosi juga sangat bermanfaat untuk proses healing. Dengan mengedepankan emosi, lebih dominan emosi daripada logika, kita belajar untuk tidak mendengarkan pendapat dari luar karena tidak semuanya benar. 

Kita akan lebih mendengarkan inner voice. Agar inner voice kita peka, harus sering dilatih dengan cara mengobrol dengan inner voice. Karena itulah, Mas Wahyu mengajak para peserta untuk menuliskan surat kepada diri kita saat ini, pada diri di masa lalu dan masa depan. Apa yang menyakiti kita? Apa yang membuat kita sedih dan tak berdaya? Apa yang kita inginkan di masa depan? Tulisan ini lalu kita bacakan di depan peserta lain secara berkelompok.

Kita sering menahan gejolak emosi yang ada di hati. Sering menampakkan semuanya baik-baik saja dihadapan orang lain. Padahal, sebenarnya keadaan sedang tidak baik. 

Kemarahan, kekesalan dan emosi lainnya yang terpendam dan tidak dikeluarkan, ternyata terpendam di bawah sadar dan suatu waktu akan meledak, menjadi stres bahkan penyakit fisik. Seram, kan!

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Membaca tulisan kita di depan peserta lain

Ya, kita sering menahan emosi. Jadi harus dikeluarkan salah satu caranya dengan bergerak dan menulis. Apa yang kerap terpendam di dalam, bagi orang yang melihat kita sepertinya biasa dan tak ada yang aneh. Tapi, bisa saja kita terluka. Inner child, ada hal yang belum selesai di masa lalu dan harus diperbaiki. 

Apa yang membuat kita terluka?
Tuliskan lah, kenali diri sendiri. Mungkin sebetulnya kita belum menerima diri kita dengan baik. Sehingga ketika ada orang yang menyinggung hal itu, kita menjadi marah dan sakit hati. 


Ingat, semakin cerdas orang itu secara emosi, maka dia semakin tidak sensitif. Ketika ada hal yang membuat kita marah, bisa jadi hal itu telah melanggar batas kita. Misalnya salah satu peserta yang tidak suka dengan kebiasaan mengolok-ngolok secara fisik di kantornya. Ia terluka. 

Dan untuk mengatasinya, ia kemukakan secara terus-terang kepada teman-temannya. Ia jelaskan bahwa ada batas yang dilanggar. Dan teman-teman akhirnya mengerti dan menghargainya. 

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Menu Maksi di Tekodeko Koffiehuis

Jadi, marah yang dirasakan oleh Bu Anie karena ada batas dalam dirinya yang dilanggar oleh orang lain. Dan ia kemukakan dengan jelas, berarti ia channeling her anger, menyalurkan marahnya dengan baik dengan berterus-terang kepada temannya. 

Dengarkan suara hatimu, tuliskan. 
Tulis mimpi di kertas, jangan hanya di otak dan awang-awang belaka. Ungkapkan perasaan, jangan dipendam. Semakin kita tahu apa yang kita inginkan, maka percayalah. Akan terjadi banyak keajaiban. 


Masya Allah, terharu aku mendengar pembahasan Mas Wahyu yang ramah ini. Aku penulis, blogger yang sehari-hari pekerjaannya menulis segala hal. Tapi, aku jarang terbuka, berdialog dengan diri sendiri dan menuliskan perasaanku terdalam. Insya Allah, aku akan lebih mendengarkan diriku dan menjalani keseharian lebih baik dan bahagia. Aamiin.

Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo di Semarang
Foto bersama yang seru 

Oh iya, sekilas tentang penyelenggara acara keren ini. Seperti yang sudah kutuliskan tadi, Acara ini diselenggarakan oleh Beautiful Soul Growth & Wellbeing Center Semarang. Lembaga ini didirikan seorang psikolog yang juga blogger Mbak Arum Sukma Kinasih. 

Beautiful Soul Growth & Wellbeing Center membuka layanan psikososial untuk perorangan, keluarga dan masyarakat. Baik berupa konseling dan psikoterapi individu, perkawinan dan keluarga. 

Tak hanya itu, Mbak Arum juga rutin mengadakan acara sesi belajar pertumbuhan diri untuk masyarakat lebih luas lewat kelas-kelas kolaborasi seperti acara Writing For Healing bersama Wahyu Bramastyo ini. 

Oh iya, Acara Writing For Healing ini akan diadakan kembali lho Bulan Oktober di Semarang, jadi jangan ketinggalan ikut kelasnya yang menginspirasi. Hubungi akun Instagram Beautiful Soul Growth, ya untuk informasi lebih lengkap!

Sumber Foto:
Beautiful Soul Growth
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

36 Comments

  1. Keren. Love it. Saya sendiri sedang berusaha mempraktekkan ini. Jadi pengen ketemu mas Wahyu nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo mbak Tyas Widjati :-) yuk gabung di kelas writing for healing #2 di Semarang tanggal 26-27 Oktober 2019

      kontak Arum 081328807744

      Delete
  2. Ternyata, selama ini aku pun lupa mendengarkan, dan berdialog dengan diri sendiri

    ReplyDelete
  3. Aku punya diari digital yang dikunci khusus untuk curhat pada diriku sendiri. Awalnya sulit curhat jujur pada diri sendiri, tapi kemudian tersadar, kan gak ada yang baca selain diri sendiri ya. Kalo sama diri sendiri aja gak bisa jujur, gimana bisa ringan menjalani real life yang keras. Setelahnya, kalau dibaca-baca lagi, kadang aku amaze sendiri, oh pernah ngalamin kayak gitu ternyata dan bisa melewatinya.

    ReplyDelete
  4. bagus yaaa mba ada writing for healing seperti ini..jadi bias benar - benar connect jiwa raga dan bias menjadi lebih bahagiaaa

    ReplyDelete
  5. wah, mantap ilmunya mbak Dewi. Aku suka quote2nya. tapi memang ada kalanya terbuka atau terus terang kepada orang kalau kita tidak suka atau tersinggung itu, tidak mudah ya

    ReplyDelete
  6. Pengen nangis saya mbak baca tulisan ini.

    Ternyata, selama ini saya kurang intropeksi.

    Banyak hal yang perlu dikomunikasikan dengan hati. Tentang masa lalu, terlebih masa depan.

    Tulisan ini keren banget.

    ReplyDelete
  7. Iya. Salah satu manfaat menulis adalah untuk penyembuhan. Ada rasa plong kalo kita sudah menyelesaikan sebuah tulisan. Makasih Kakak

    ReplyDelete
  8. Mba Dedew, tolong bilangiiiin mas Wahyu bikin workshop jugak di Surabayaaaaa plis plis plissss
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  9. Wah keren sekali ya mbak... Terkadang kita juga harus bisa bicara kepada diri sendri agar lebih peka intuisi.

    ReplyDelete
  10. Seru banget acaranya mbk.. Sebelum sesi dimulai ada yoganya^^. Salah satu hal yang setiap malam aku lakuin itu nulis hal2 yang aku rasain seharian di buku jurnal. Nggak tau ya, rasanya plong aja gitu..

    ReplyDelete
  11. Saya termasuk yang masih belum bisa mengungkapkan emosi dan perasaan dengan tepat, kebiasaan nih dari kecil. Kalau kata suami, saya ini kebanyakan pakai blankon, mbendol mburi. Depannya halus, tapi dibelakang ada gumpalan besar yang tak pernah ditampakkan

    ReplyDelete
  12. Aku punya buku khusus nih buat corat-coret apa aja yang ada dihatiku dan ngak bisa aku keluarkan secara lisan atau melalui tulisan karena itu emosi sesaat rasanya, pas lagi kesal sama anakku atau suamiku...hahaha, aku tulis-tulis aja, aku kesal si A kok ngak mau A B C D. Udah gitu aja karena aku ini termasuk introvert, jadi cara ini buat aku healing diri sendiri. Kepingin juga sih bisa ikutan acara begini...tapi waktunya belum bisa dan tempat yang pas belum nemu. Makasih mak referensinya.

    ReplyDelete
  13. Pengen ikutan deh yg kayak gini... sayang blm ada waktu krn anak bayik blm bisa ditinggal2... pdhl sbg mamak kadang hrs berdamai dgn diri sendiri & menemukan inner peace (maunya) 😊

    ReplyDelete
  14. Acara Writing For Healing, Connecting To Your Inner Wisdom ini seru ya, banyak hal yang bisa didapatkan in terms of knowledge and networking juga

    ReplyDelete
  15. Iya mbak, aku pernah beberapa kali di titik terendah, waktu kerja dulu karena merasa laporan udah bener saat menjadi auditor. Tapi malah aku yang dibully, hiksss. Tapi memang aku gak bisa marah-marah, jadi ya berdoanya sama Tuhamn. Kemudian protes langsung dan ngasih ultimatum kepada bos. Saya atau kepala cabang yang korupsi yang mengundurkan diri, hahahaaa.

    ReplyDelete
  16. saya sampai punya blog khusus buat ngeluarin isi hati. Dulu, juga masih suka nulis di buku, mencoba berdialog dengan diri sendiri. Sekarang, menulis (dengan tangan) udah berkurang, banyaknya mengetik aja, tapi ada feel yang beda sih

    ReplyDelete
  17. Waah seru banget ya mbak acaranya. Baru tau kalau emosi yang dipendam Dan tidak dikeluarkan bisa jadi penyakit fisik

    ReplyDelete
  18. Wah mau adalagi ya writing for healing bulan ini, duh ini gak diadain di Bekasi gitu mbak biar kau bisa ikuran.
    Aku suka sih nulis2 curhat git tapi biasanya aku hapus lagi kalau udah selesai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk Jabodetabek bisa kontak mas Wahyu mbak Lidya, ada kelasnya di Bulan November 2019

      With Love
      @beautiful_soul_growth

      Delete
  19. Langsung di pimpin instruktur berpengalaman nih ya mba dedew, pengalaman dan segarnya dapet double ya sukses selalu

    ReplyDelete
  20. Belum lagi mencoba menulis surat untuk sendiri, entah kenapa saya jadi sedih. Mungkin karena terkadang saya suka egois, tidak memberikan hak tubuh, akal dan jiwa. Trims Mbak, tulisan ini "menampar" saya

    ReplyDelete
  21. Ahhh seru, Mbak. Kepengin aku ikut kelas kayak gini tuh. Semoga ada kelasnya Mas Wahyu ini di Jakarta. Sementara ini aku baru ikut yoga aja. Untuk menulis memang sering aku menulis untuk healing. Makanya tuisanku itu seringnya ada curhat-curhat gitu, meskipun lagi nulis produk. Risikonya memang kadang kurang disukai Mbah Google. Karena ya gimana lagi. Gak to the point.

    ReplyDelete
  22. Sptnya saya jg nih.. Kurang instropeksi. Aku tmsk pribadi yg menuangkan segalanya lwt tulisan. Nyampah pun begitu, tp yg liat privat sih. Haha. Jd pengen jg nih ikutan kelasnya. Bermanfaat banget.. Huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo mbak Aswinda, monggo jika tertarik bergabung tanggal 26&27 Oktober 2019 kami hadir kembali di Semarang

      Bisa Kontak saya Arum 081328807744

      With Love
      @beautiful_soul_growth

      Delete
  23. Kelas yang berfaedah banget kak.. Andai dekat aku mau nih ikutan...

    ReplyDelete
  24. Saya selama ini belum pernah berdialog dengan diri sendiri. Padahal untuk bisa lebih bahagia kita harus bisa memahami dan mendengarkan diri sendiri, ya, Mbak.
    Terima kasih pencerahannya...

    ReplyDelete
  25. Aaaaah setuju, Dew. Sebenernya kita ga sendiri dan suka lupa buat ngajak ngobrol. Berasa ketabok, ketika kita tersinggung mungkin kita belum nerima diri sendiri

    ReplyDelete
  26. Salah satu contoh self healing yg dilakukan melalui tulisan adalah alm. Eyang Habibi, melalui tulisan kt bsa menyalurkan emosi kt

    ReplyDelete
  27. Bener y kadang klo dulu tuh nulis diary waktu jaman2 sekolah bikin perasaan lega ternyata Setelah ngeblog pun gitu

    ReplyDelete
  28. Bisa sambil olahraga yoga menenangkan pikiran ya mba biar tulisannya juga penuh hati ya.

    ReplyDelete
  29. Wuih, keren banget nih acaranya. Kepengeeeeen deh berkesempatan ikut yang kayak gini juga. Biar aku bisa healing semua 'penyakit dan luka' hati yang selalu mengganggu kedamaian.

    ReplyDelete
  30. Luar biasa ya rasanya ketika bisa berdialog dengan diri sendiri. Tak semata-mata melakukan sesuatu karena keharusan, tapi juga telah disetujui oleh 'aku' yang ada di dalam diri kita masing-masing

    ReplyDelete
  31. Jd sebenernya klo kota ngomong sendiri itu gapapa ya mba 🤣🤣 klo semakin peka tandanya kita bisa kenal diri sendiri, gtu?

    ReplyDelete
  32. Mbak dew, maa syaa Allah aku mau ngikutin yang bagian bikin surat buat diri sendiri. Fixed! Aku butuh banget healing yang beda dari nulis novel atau kisah fiksi. Krn selama ini yg kulakukan kayak gitu. Belum kepikiran bikin surat.

    ReplyDelete
  33. Menulis surat untuk diri sendiri belum pernah aku lakukan sepertinya. Lebih sering nulis surat untuk orang lain sih dari dulu sampai sekarang.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post