Dear Teman,
Alhamdulillah, kita memasuki
bulan Agustus, bulan kemerdekaan yang dirayakan dengan sukacita oleh segenap
rakyat Indonesia. Saat ini, situasi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia
memang sedang tidak baik-baik saja.
Setiap hari, kita disuguhi berita kekocakan kebijakan pemerintah yang jauh dari bijak, contohnya pernyataan Badan Pusat Statistik kalau angka kemiskinan di Indonesia turun Benarkah?
Hari-Hari Kekocakan Pejabat, Komika pun Minder
Belum lagi, berita buruk beruntun
masuk medsos mulai dari PHK besar-besaran, Pak Tom lembong dikriminalisasi,
perdagangan manusia, banyak UMKM tutup, harga sembako melonjak, apa-apa
dipajakin, biaya kuliah melonjak tinggi, tawaran job blogger makin berkurang.
Masyarakat Indonesia saat ini
sedang mode bertahan. Sepertinya tak ada hal-hal baik lagi tersisa dari negeri
ini. Negeri yang katanya Gemah Ripah Loh Jinawi, kekayaan alam yg berlimpah; tenteram dan
makmur serta sangat subur tanahnya malah terpuruk. Hiks.
Tadi malam, baca berita menteri tercinta kita mengatakan, pajak di Indonesia hanya sedikit yang terkumpul.
Apakah beliau yang duduk di atas tak menyadari kalau pajak berkurang drastis
mungkin karena masyarakat Indonesia banyak di-PHK, menganggur, hingga tak
sanggup bayar pajak yang kian mencekik?
Serba salah jadi WNI. Bahkan,
banyak konten yang mengungkapkan, Ya Allah kenapa aku jadi WNI? Apa yang bisa kita
lakukan agar tidak stres bahkan depresi menghadapi situasi tak menentu ini? Kita
tak bisa mengubah hal-hal di sekeliling kita secara instan.
Syukuri Apa Yang Ada, Hidup Adalah Anugerah
Yang bisa dengan cepat kita ubah
dan perbaiki adalah diri kita. Daripada menyesali mengapa kita WNI, mengapa
kita tak berusaha mencari hal-hal baik sebagai WNI dan terus mensyukurinya?
Misalnya saja, menjadi WNI berarti kita hidup di negara yang hiruk-pikuk tapi
saling peduli sesama.
Aku pernah menonton video Youtube
Jang Hansol dari Korsel yang terheran-heran mengapa Indonesia yang termasuk negara
berkembang bahkan miskin tapi menjadi peringkat atas diantara negara yang
masyarakatnya suka bersedekah?
Mengapa orang Indonesia lebih bahagia
dibandingkan orang Korea Selatan yang lebih kaya dan maju negaranya?
Ternyata, menurut Jang Hansol,
orang Indonesia memiliki pegangan hidup yaitu agama. Kita banyak mengingat
Allah, berdoa dan bersyukur. Rasa syukur dan takut dosa ini yang mencegah kita
dari stres dan berbuat hal-hal buruk karena takut berdosa.
Orang Indonesia juga lebih santai dan woles, alis selow. Ya, pas pemilu presiden saja, capresnya kita jogetin saja dan menang. Huhu. Kita lebih suka bersosialisasi dan bergembira ria. Beda dengan orang Korsel dan Jepang yang lebih individual dan tertutup, sulit menjalin pertemanan dengan orang baru.
DNA Saling Bantu Bahkan di Media Sosial
Orang Indonesia memang tahan banting
dan tangguh, kita bisa bertahan menghadapi berbagai musim dan zaman. Mulai dari
krisis ekonomi 98, Covid19 hingga zaman sulit seperti ini kita selalu ada
harapan.
Satu lagi, orang Indonesia itu
suka sekali menolong sesama. Walaupun konon, kebiasaan ini sudah pudar dan
cenderung individualis tapi kurasa itu tidak benar. Zaman Covid, ada jogo
tonggo di mana kita membantu tetangga kita yang kesulitan atay terjangkit Covid
dengan memberikan sumbangan sembako.
Tolong-menolong ini masih kental
kurasakan. Kegiatan menjenguk tetangga yang sakit dan melayat masih kita
lakukan. Di medsos seperti Thread, banyak yang mengeluh kesulitan ekonomi dan
dagangannya sulit laku. Eh, oleh warga Thread banyak yang membeli jualan
teman-teman UMKM di Thread, melarisinya.
Bahkan, banyak yang ikut Jumat Berkah, membeli makanan dan minuman di pedagang UMKM dan memintanya membagikan makanan it uke sekelilingnya. Masya Allah. Memang, ada saja yang memanfaatkan kebaikan orang-orang dan menipu. Jadi, kita harus lebih waspada sekarang.
Banyak
kan kelebihan orang Indonesia? Jangan berkecil hati dan minder dari negara
lain, Malaysia misalnya walaupun sekarang negara tetangga kita itu sudah masuk
negara maju dan paspornya no 8 terkuat di dunia. Hiks. Aku ora popo.
Bagaimana caranya agar kita tetap
waras di tengah situasi sulit?
Salah satu hal yang kita bisa lakukan adalah mindfulness.
Mindfulness adalah praktik untuk hadir dan
terlibat sepenuhnya di saat ini, saat sekarang. Sambil mengembangkan kesadaran
tanpa menghakimi terhadap pikiran, perasaaan, dan sensasi tubuh seseorang.
Hidup lebih mindful dan khusyu’
Bernapaslah lebih pelan, tenang,
dan teratur. Rasakan aliran udara memenuhi rongga dada kita. Pejamkan mata, dan
nikmati pernapasan ini. Tarik napas panjang, akan melegakan perasaan dan beban
di pundak akan terasa lebih ringan.
Lalukan berbagai kegiatan dengan
lebih mindfulness atau menghadirkan hati di setiap momen kehidupan. Makan tanpa
memantengi TV atau medsos. Makanlah perlahan, nikmati rasa makanan, tekstur,
bumbunya. Resapi setiap suapan.
Begitu juga dengan kegiatan jogging, bekerja di kantor, mengerjakan tugas sekolah, berkumpul dengan teman-teman lakukan dengan penuh kesadaran. Letakkan ponsel, mengobrol dengan pasangan sepenuh hati, berikan perhatian penuh, pahami omongannya dan tatap matanya.
Manfaat Hidup Mindfulness
Hidup mindfulness
membantu kita mengurangi stres dan kecemasan, juga membantu meningkatkan fokus
dan konsentrasi kita yang tadinya ambyar karena media sosial. Mindfulness juga
membuat kita lelbih memahami diri sendiri, menelaah mengapa suasana hati kita buruk?
Oh, ternyata karena baca berita di medsos. Atasi perasaan tak nyaman itu.
Mindfulness, meningkatkan
kebahagiaan dan ketentraman kita. Kita lebih menyadari keberadaan diri kita di
atas bumi ini. Tidak lagi overthinking dengan terlalu banyak memikirkan hal-hal
di luar kuasa kita dan stres sendiri. Kita bisa menata pikiran dan perasaan
lebih baik. Menyenangkan, bukan?
Ya, mari jalani hidup dengan mindfulness agar tetap waras di situasi tak menentu saat ini. Tetap berisik, walaupun di media sosial katanya percuma saja. Takkan didengar. Benarkah? Jangan salah, kekuatan rakyat di media sosial masih diperhitungkan. Banyak kebijakan ajaib dan menguntungkan pihak atas saja dianulir karena keberisikan kita. Semoga tulisanku bermanfaat ya, Teman! Happy Monday!
Sumber Foto: Pixabay.com
Hiks benar sekali yang mbak Dew gambarkan, ponsel ini kayak udah jadi racun yang melengket di tubuh. Susah banget untuk lepas dari dunia maya ini >.< jadi reminder soal mindfulness ini bagus banget. Kayak diajak lagi untuk sejenak jeda dan menikmati hidup biar nggak grasa grusu "dikejar" dunia.
ReplyDeleteMindfullness itu salah satu teknik yang jujur sampai sekarang tuh jadi PR yang tulisannya gede banget di JIDAT. Yes! Bahasa bayinya mindfullness ini SADAR! dan kebanyakan dari kita itu hidup nggak sadar alias otomatis.
ReplyDeleteSederhananya ya, bangun tidur apa yang kita lakukan sih? paling sering buka mata, buka layar hp. Wkwkwk... :D
Sadar saat ini kita masih bernafas, masih bisa bekerja, masih bisa makan dan lainnya seringkali terlupa dengan ambisi apa yang nggak kita miliki. Dan aku setuju bahwa SADAR kita masih hidup itu salah satu cara bertahan hidup dalam situasi yang tak menentu. Termasuk sadar untuk berupaya secukupnya. :)
Ahhhh kalo mikirin negeri ini aku jadi gak habis pikie mbaaa ada aja gebrakannya...dan oalah ternyata dat akemiskinan menurun itu karena mereka menurunkan standar kemiskinan yang harusnya masuk ke dalam garis kemiskinan mereka anggap gak miskin..memang yaaa ada2 aja gebrakan nya...kalo aku hanya bisa mendoakan semoga negar akita bisa kembali tanggu dan berdaya guna kembali memankmurakan masyarakat nya bukannya terus mengeruk keuntungan dari warganya...
ReplyDeleteDan tentang mindfullness ini bener banget aku sedang belajar daripada scroll medsos yang kadang entah apa isinya sekarnag lebih memilah mana yang bisa memberikan damp[ak positif pada perkembangan diri kita
Aku stress kalo dah mikirin atau baca ttg negara ini mba. Capeeeek Ama pemimpinnya. Kok ya makin bobrok.
ReplyDeleteTapi itulah, WNI itu hebat memang. Kemampuan bertahannya luar biasa, kreatifnya LGS muncul di saat kepepet. Dan pastinya kita orang paling dermawan di antara negara Asean.
Saling support, saling bantu udah jadi gen DNA kita . Walaupun skr ini mau bantu juga mikir dulu, Krn takut yg dibantu cuma gimmick .
Prinsipku skr ini, harta ga dibawa mati, tapi nama baik, reputasi, kebaikan hati, itu akan selalu diingat orang2 yg kita tinggalkan. Jadi selagi bisa membantu, bantulah . Toh itu jalur kita juga utk mendapat pahala. Biar ajalah para pemerintah mau mengobok2 negara ini, dengan korupsi mereka yg luar biasa. Kayaknya kita better pilih hidup nyaman saat di akhirat nanti. Percuma ngarepin yg dunia
Yang mba Dedew sounding emang realita fakta di Indonesia saat ini hehehe. Pokoknya salut sama orang Indonesia, mentalnya kuat dan tetap mau berbagi sama sesama. Iya, jiwa dermawannya tuh mendarah daging.
ReplyDeleteMudah berempati dan mau tolong-menolong. Nggak heran, sedari dulu memang suka gotong-royong.
Aku pun sepakat, jalani hidup masa kini di tengah hiruk-pikuk duniawi yang ngejelimet emang harus bisa nerapin
mindfulness. Supaya tetap waras sehat jiwa raga. Nggak semua orang bisa langsung praktek mindfulness. Perlahan bisa dipelajari dan diterapkan.
Bener tuh kata Hansol. Bayangin kalau banyak orang Indonesia gak ada pegangan iman, pasti tiap hari ada berita bunuh diri. Kyknya kita gak bunuh diri krn emang kalau di agama mayoritas itu perbuatan laknat aja hihihi #ketawamiris :p
ReplyDeleteIman itu juga keknya yang membuat kita2 nih kuat bahwa kita percaya di hari pembalasan nanti pejabat2 lucknut akan dicemplungin semua sampai ke dasar neraka.
Untuk saat ini, yaaa, tahu kondisi negara OK, tetapi kalau udah bikin burn out baiknya mundur sejenak, pastikan diri merasakan bahagia. Kita pikirkan apa yang bisa kita ubah dan tangani, selebihnya balik lagi ke iman, serahkan ke Allah aja hehe.
Berusaha menikmati hidup ini dengan bahagia, kalau muslim banyakin istighfar ma sholat, dahlah dua itu keknya yang bikin bertahan =))
Tolong-menolong ini masih kental saya rasakan juga. baik secara sederhana maupun sumbangan secara simbolis dan sejenisnya
ReplyDeletega apa ya orang lain pelit tapi kita saja yg terus melakukan kebaikan. terus berbagi tanpa mengharaapkan balasan karena Tuhan sejatinya nanti yang membalaskan semuanya.
untuk bisa mindfulness itu kalau pengalaman sya butuh latihan, karena tidak mudah untuk hadir fokus sepenuhnya saat ini. Setidaknya buat saya soalnya suka ada aja hal-hal lain yang lewat di pikiran.
ReplyDeleteSaya pun merasa, Mbak. Hidup zaman now semakin lama terasa berat. Jadi memang kuncinya dari diri sendiri untuk terus semangat. Dan saya setuju lebih baik memikirkan apa yang ada di depan mata dulu atau apa yang sedang kita hadapi sekarang. jadi lebih fokus. kalau memikirkan ono inu, bisa puyeng, padahal pikiran, kesehatan, dan keuangan terbatas hahaha. satu lagi, kuncinya adalah.. syukuri apa yang ada... hidup adalah anugrah, tetap jalani hidup ini, melakukan hhal yang terbaik.... Jangan menyerah... jangan menyerah.. jangan menyerah... aaaa.. eh kok malah nyanyi hahaha.
ReplyDeleteSaya pun merasa, Mbak. Hidup zaman now semakin lama terasa berat. Jadi memang kuncinya dari diri sendiri untuk terus semangat. Dan saya setuju lebih baik memikirkan apa yang ada di depan mata dulu atau apa yang sedang kita hadapi sekarang. jadi lebih fokus. kalau memikirkan ono inu, bisa puyeng, padahal pikiran, kesehatan, dan keuangan terbatas hahaha. satu lagi, kuncinya adalah.. syukuri apa yang ada... hidup adalah anugrah, tetap jalani hidup ini, melakukan hhal yang terbaik.... Jangan menyerah... jangan menyerah.. jangan menyerah... aaaa.. eh kok malah nyanyi hahaha.
ReplyDeleteKalau baca berita setiap pagi, ada saja yang bikin geleng-geleng kepala. "Alangkah lucunya negeri ini". Begitu kira-kira. Miris.
ReplyDeleteTapi benar sih, di tengah situasi yang kacau balau ini, masih banyak hal yang bisa kita syukuri. Mindfullnes penting untuk menjaga mental kita tetap sehat.
Antara berat, miris, lelah kalo membicarakan negeri ini.
ReplyDeleteSuka bingung kok ya begini amat jadinya.
Apa mereka pada gak percaya yang namanya Yaumul Hisab ya?
Penjelasan di artikel ini bikin kita sadar kalau mindfulness itu bukan cuma soal meditasi atau konsep spiritual yang ribet, tapi benar-benar alat praktis buat menghdapi hidup.
ReplyDeleteGampang banget dipahami kalau dengan fokus sama momen sekarang, kita bisa lebih tenang dan kuat mental pas lagi banyak masalah. Jadi, intinya, artikel ini sukses nunjukin kalau mindfulness itu kunci buat jadi pribadi yang lebih tangguh dan gak gampang stres.
inga hansol langsung ingat meme yang baru muncul di beranda facebook pagi tadi perihal perbedaan hari kemerdekaan selisih dua hari saja tapi umr selisih belasan juta wkwk. kadang saya juga kepikiran sama orang dilampu merah, soalnya pernah ketemu motor platnya mati tapi tetap paling murah rejeki berbagi pengamen agak lucu kalau diingat tapi apa daya itu diluar kontrol kita wkwk.
ReplyDeleteSadar nafas tuh kadang dianggap sepele yaaa Mbaaa
ReplyDeletePadahal efeknya sangat sangat banyak dan positif
Kalau sudah terlatih hidup serba mindful, lama kelamaan manfaatnya berasa banget, bahkan bisa bikin segala penyakit mental, overthinking, anxiety, yang kita punya pada gak betah lalu minggat deeh
Aku sudah berusaha demikian
ReplyDeleteNamun ada ada saja godaannya
Hidup selalu diganggu masalah keluarga besar
Mau mundfullness kok rasanya air mata tok saja yang keluar
Sungguh ingin baik baik saja di tengah banyak hingar bingar dari mereka
Setuju banget.
ReplyDeleteAku juga uda ngurangin banget ngliatin sosmed.
Karena yaa.. memang sedang men-detoks sesuatu.. hihihi.. bahkan lebih ekstrem-nya lagiii.. aku men-delete beberapa nomer wa yang kusimpan agar gak melihat status wa-nya.
Semoga langkah ekstrem ini bisa membuatku semakin sehat, jasmani dan rohani.
Karena kalau sehat fisik aja, gak cukup. Aku kudu punya imun buat psikisku jugaa..
Kuncinya mindful.
Ini tepat dan bener banget. Nikmati dan syukuri yang ada saat ini.
Aku tuh yang termasuk sering lupa sadar nafas. Berujung overthinking dan anxiety. Baca ini langsung berasa diingatkan Mbaaa...
ReplyDeleteJadi harus slow down dan mulai mindfulness dalam setiap harinya
baca judulnya aja langsung nyes banget, hidup dengan mindfulness itu membuat kita jadi lebih bahagia dan banyak bersyukur itu yang saya rasakn juga mba Dew, dulu saya mengenal istilah ini saat masuk di perusahaan yang menerapkan value mindfulness, akhirnya kebawa sampai sekarang dan hidup menjadi lebih tenang
ReplyDeleteBeberapa tahun terakhir saya mencoba prktek mindfulness dan hasilnya efektif saya jadi lebih bisa memilah dan lebih menikmati hidup
ReplyDeleteApalagi saat ini semua serba terburu-buru kan akhirnya kok hidup hanya lewat begitu saja, tetapi dengan memberikan jeda dan menikmatinya saya jadi sadar apa yang saya lakukan, apa yang saya pikirkan, hidup jadi lebih bermakna, hidup itu anugerah