Kita Semua Tangguh, Jalani Hidup dengan Mindfulness

Dear Teman,

Alhamdulillah, kita memasuki bulan Agustus, bulan kemerdekaan yang dirayakan dengan sukacita oleh segenap rakyat Indonesia. Saat ini, situasi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja.

Setiap hari, kita disuguhi berita kekocakan kebijakan pemerintah yang jauh dari bijak, contohnya pernyataan Badan Pusat Statistik kalau angka kemiskinan di Indonesia turun Benarkah? 

Kita Semua Tangguh, Jalani Hidup dengan Mindfulness

Ternyata, hal itu terjadi karena BPS menurunkan standar kemiskinan, orang dengan pengeluaran 20 ribu per hari tidak dianggap miskin. Hal ini berbanding terbalik dengan riset Bank Dunia yang mengungkapkan negara kita memiliki penduduk miskin terbanyak nomor 2 yaitu 60% lebih. Pintar banget ya akal-akalan mereka. Ada candaan di medsos, kalau rata-rata orang Indonesia akan masuk surga jalur terzalimi pemerintah. Haha, dark banget dah. Semua dibecandain. Bahkan hal pahit seperti ini.

Hari-Hari Kekocakan Pejabat, Komika pun Minder

Belum lagi, berita buruk beruntun masuk medsos mulai dari PHK besar-besaran, Pak Tom lembong dikriminalisasi, perdagangan manusia, banyak UMKM tutup, harga sembako melonjak, apa-apa dipajakin, biaya kuliah melonjak tinggi, tawaran job blogger makin berkurang.  

Masyarakat Indonesia saat ini sedang mode bertahan. Sepertinya tak ada hal-hal baik lagi tersisa dari negeri ini. Negeri yang katanya Gemah Ripah Loh Jinawi, kekayaan alam yg berlimpah; tenteram dan makmur serta sangat subur tanahnya malah terpuruk. Hiks.

Tadi malam, baca berita menteri tercinta kita mengatakan, pajak di Indonesia hanya sedikit yang terkumpul. Apakah beliau yang duduk di atas tak menyadari kalau pajak berkurang drastis mungkin karena masyarakat Indonesia banyak di-PHK, menganggur, hingga tak sanggup bayar pajak yang kian mencekik?

Kita Semua Tangguh, Jalani Hidup dengan Mindfulness

Pada zaman yang katanya lebih sulit dibandingkan saat Covid19 ini kita memang tak bisa mengandalkan pemerintah. Pemerintah takkan hadir untuk membantu kita, mengeluarkan rakyat dari kesulitan. Terimalah kenyataan ini. Hanya sesama warga negaralah yang kita miliki untuk saling bantu dan dukung.

Serba salah jadi WNI. Bahkan, banyak konten yang mengungkapkan, Ya Allah kenapa aku jadi WNI? Apa yang bisa kita lakukan agar tidak stres bahkan depresi menghadapi situasi tak menentu ini? Kita tak bisa mengubah hal-hal di sekeliling kita secara instan.

Syukuri Apa Yang Ada, Hidup Adalah Anugerah

Yang bisa dengan cepat kita ubah dan perbaiki adalah diri kita. Daripada menyesali mengapa kita WNI, mengapa kita tak berusaha mencari hal-hal baik sebagai WNI dan terus mensyukurinya? Misalnya saja, menjadi WNI berarti kita hidup di negara yang hiruk-pikuk tapi saling peduli sesama.

Aku pernah menonton video Youtube Jang Hansol dari Korsel yang terheran-heran mengapa Indonesia yang termasuk negara berkembang bahkan miskin tapi menjadi peringkat atas diantara negara yang masyarakatnya suka bersedekah?

Mengapa orang Indonesia lebih bahagia dibandingkan orang Korea Selatan yang lebih kaya dan maju negaranya?

Ternyata, menurut Jang Hansol, orang Indonesia memiliki pegangan hidup yaitu agama. Kita banyak mengingat Allah, berdoa dan bersyukur. Rasa syukur dan takut dosa ini yang mencegah kita dari stres dan berbuat hal-hal buruk karena takut berdosa.

Orang Indonesia juga lebih santai dan woles, alis selow. Ya, pas pemilu presiden saja, capresnya kita jogetin saja dan menang. Huhu. Kita lebih suka bersosialisasi dan bergembira ria. Beda dengan orang Korsel dan Jepang yang lebih individual dan tertutup, sulit menjalin pertemanan dengan orang baru.

Kita Semua Tangguh, Jalani Hidup dengan Mindfulness

Contohnya, bapak-bapak di komplekku. Hobinya nongkrong di gazebo, ngobrol dan karaokean. Maka, nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan? Hihi. Stres hilang dengan biaya murah, bahkan gratis. Cukup sediakan teh dan kopi panas bergelas-gelas, camilan berbungkus-bungkus, ngobrol haha hihi, menyanyikan, beberapa album kaset nostalgia, stres hilang seketika.

DNA Saling Bantu Bahkan di Media Sosial

Orang Indonesia memang tahan banting dan tangguh, kita bisa bertahan menghadapi berbagai musim dan zaman. Mulai dari krisis ekonomi 98, Covid19 hingga zaman sulit seperti ini kita selalu ada harapan.

Satu lagi, orang Indonesia itu suka sekali menolong sesama. Walaupun konon, kebiasaan ini sudah pudar dan cenderung individualis tapi kurasa itu tidak benar. Zaman Covid, ada jogo tonggo di mana kita membantu tetangga kita yang kesulitan atay terjangkit Covid dengan memberikan sumbangan sembako.

Tolong-menolong ini masih kental kurasakan. Kegiatan menjenguk tetangga yang sakit dan melayat masih kita lakukan. Di medsos seperti Thread, banyak yang mengeluh kesulitan ekonomi dan dagangannya sulit laku. Eh, oleh warga Thread banyak yang membeli jualan teman-teman UMKM di Thread, melarisinya.

Bahkan, banyak yang ikut Jumat Berkah, membeli makanan dan minuman di pedagang UMKM dan memintanya membagikan makanan it uke sekelilingnya. Masya Allah. Memang, ada saja yang memanfaatkan kebaikan orang-orang dan menipu. Jadi, kita harus lebih waspada sekarang. 

Banyak kan kelebihan orang Indonesia? Jangan berkecil hati dan minder dari negara lain, Malaysia misalnya walaupun sekarang negara tetangga kita itu sudah masuk negara maju dan paspornya no 8 terkuat di dunia. Hiks. Aku ora popo.

Bagaimana caranya agar kita tetap waras di tengah situasi sulit?

Salah satu hal yang kita bisa lakukan adalah mindfulness

Mindfulness adalah praktik untuk hadir dan terlibat sepenuhnya di saat ini, saat sekarang. Sambil mengembangkan kesadaran tanpa menghakimi terhadap pikiran, perasaaan, dan sensasi tubuh seseorang.

Hidup lebih mindful dan khusyu’

Kita Semua Tangguh, Jalani Hidup dengan Mindfulness

Hal inilah yang coba kulakukan secara sadar. Kita sering melakukan berbagai hal secara otomatis saja, karena itulah yang biasa kita lakukan sehari-hari. Mari kita ubah kebiasaan ini. Lepaskan tangan kita dari ponsel yang seolah menempel ketat dengan lem super. Berhenti memantengi konten dan status teman di media sosialnya, kepo ingin tahu bagaimana serunya kehidupan dia. Atau bahkan kehidupan orang yang tak kita kenal.

Bernapaslah lebih pelan, tenang, dan teratur. Rasakan aliran udara memenuhi rongga dada kita. Pejamkan mata, dan nikmati pernapasan ini. Tarik napas panjang, akan melegakan perasaan dan beban di pundak akan terasa lebih ringan.

Lalukan berbagai kegiatan dengan lebih mindfulness atau menghadirkan hati di setiap momen kehidupan. Makan tanpa memantengi TV atau medsos. Makanlah perlahan, nikmati rasa makanan, tekstur, bumbunya. Resapi setiap suapan.

Begitu juga dengan kegiatan jogging, bekerja di kantor, mengerjakan tugas sekolah, berkumpul dengan teman-teman lakukan dengan penuh kesadaran. Letakkan ponsel, mengobrol dengan pasangan sepenuh hati, berikan perhatian penuh, pahami omongannya dan tatap matanya.

Manfaat Hidup Mindfulness 

Hidup mindfulness membantu kita mengurangi stres dan kecemasan, juga membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi kita yang tadinya ambyar karena media sosial. Mindfulness juga membuat kita lelbih memahami diri sendiri, menelaah mengapa suasana hati kita buruk? Oh, ternyata karena baca berita di medsos. Atasi perasaan tak nyaman itu.

Mindfulness, meningkatkan kebahagiaan dan ketentraman kita. Kita lebih menyadari keberadaan diri kita di atas bumi ini. Tidak lagi overthinking dengan terlalu banyak memikirkan hal-hal di luar kuasa kita dan stres sendiri. Kita bisa menata pikiran dan perasaan lebih baik. Menyenangkan, bukan?

Ya, mari jalani hidup dengan mindfulness agar tetap waras di situasi tak menentu saat ini. Tetap berisik, walaupun di media sosial katanya percuma saja. Takkan didengar. Benarkah? Jangan salah, kekuatan rakyat di media sosial masih diperhitungkan. Banyak kebijakan ajaib dan menguntungkan pihak atas saja dianulir karena keberisikan kita. Semoga tulisanku bermanfaat ya, Teman! Happy Monday

Sumber Foto: Pixabay.com

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

Post a Comment

Previous Post Next Post