Rosnia Narti Sarasak, Sahabat SMPku Tercinta

Namanya Rosnia Narti Sarasak. Biasanya kami panggil Ros atau Narti. Ia berdarah Toraja, Sulawesi Selatan. Kami sebangku di kelas 2 SMPN 1 Abepura, Papua. Aku murid pindahan dari Makassar dan belum setahun tinggal di Abepura. 



Aku berusaha berakrab ria dengan Narti, tapi ternyata sulit. Anaknya pendiam dan cuek banget. Aku bahkan berusaha mencari joke di majalah agar punya bahan obrolan dengan dia. Walaupun akhirnya gagal karena dia nggak ketawa sama-sekali dengan lelucon yang kuceritakan, hiks.

Waktu berlalu, ada seorang anak pindahan dari Jawa namanya Anisa dan masuk kelas sebelah. Aku lupa bagaimana kami berkenalan. Tapi akhirnya aku, Nisa dan Narti jadi sahabat akrab. 

Penampilan dan kepribadian kami begitu berbeda. Narti berwajah cantik, badannya bagus tapi cuek, Nisa bertubuh kecil, manis tapi cerewet, dan aku si kurus berambut keriting yang tidak pedean. 

Rumah kami bertiga berdekatan di Kotaraja Dalam jadi kami sering berangkat dan pulang sekolah bareng naik taksi, sebutan untuk angkot di Papua. Kami tentu saja memilih taksi yang mulus, empuk joknya dan tentu saja full music ajeb-ajeb alias house music, haha. Iya, kami alay banget deh. 


Kami juga sering belajar bareng dan Narti mau membantu bikin PR. Iya, anaknya cerdas dan nilainya di sekolah bagus-bagus. 

Banyak kisah yang kami lalui bertiga. Saling melengkapi. Narti pernah membawa kabur motor omnya, motor model cowok dengan suara berisik. 

Tanpa helm, ia mengajakku naik dan aku menurut. Apa yang terjadi? Dia memacu motor besar itu dan ngebut! Sontak, aku jejeritan memeluk pinggangnya, minta turun. Dia malah ketawa lepas. Kurang ajar! 

Ceritanya kami bertiga di Papua
 (Foto: pixabay.com)

Entah kenapa, Nisa itu sering mengundang musuh. Haha. Mukanya jutek sih jadi beberapa kali mau dikeroyok geng cewek lain di sekolah. Untung ada Narti, yang melindungi dia. Haha.

Saat Narti punya pacar, anak SMP kami juga, berdarah Manado. Kami menemaninya bertemu. Iya, aku dan Nisa jadi obat nyamuk menemani mereka ngobrol di bukit apa ya namanya. Dari puncak bukit itu, kita bisa melihat keindahan Abepura. Kalau zaman now, pasti sudah jadi tempat wisata selfie, ya. Hehe. 

Setelah lulus SMP dan sama-sama masuk SMA sebelah, kami bertiga beda kelas. Kami mulai renggang karena punya teman baru. Waktu SMA kelas dua, aku pindah ke Palembang. Kami bertiga pun lost contact. 

Tapi, aku bertemu dan akrab kembali dengan Nisa saat sama-sama kuliah di Jogja. Ya, kami bertiga pernah mengikat janji akan kuliah bareng di Jogja. Tapi, Narti kuliah di Makassar. Dan aku jarang tahu kabarnya. Sempat kudengar saat lulus kuliah, ia kembali ke Abepura. Ia kehilangan Mamanya karena sakit, hiks. 

Beberapa tahun lalu, Narti sempat mengajakku bertemu saat dia di Kota Tua, Jakarta. Tapi aku yang baru dapat kerja di  Kawasan Sudirman Jakarta, nggak tahu jalan dan nggak bisa menyusulnya. 


Bulan Juni 2019 lalu, seorang sahabat mengabarkan berita duka di WAG alumni SMP kami. Kabar yang membuatku menangis tersedu-sedu siang itu. 

Telah berpulang ke Rumah Bapa dalam damai, saudari kita tercinta Rosnia Narti Sarasak karena sakit…

Masya Allah, langsung tergambar jelas di benakku, Narti yang cuek, Narti yang cantik, Narti yang setia kawan, telah pulang duluan. Ia meninggalkan tiga orang anak dan yang bungsu baru berusia beberapa bulan.

Menurut cerita seorang kawan SMP, ia meninggal karena pembuluh darah di otaknya pecah. yang Narti kerap mengeluh sakit kepala hebat. Pernah curhat pada kawan kami, dan disarankan untuk MRI tapi belum sempat terlaksana.

Nartiku yang cantik dan baik hati, tenanglah di sisi Tuhan ya sayang. Kamu sudah sembuh, tidak sakit lagi. Aku mencintaimu selalu..

Foto: Pixabay.com








Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

16 Comments

  1. Sedih banget ya Mba ternyata ajakan ketemuan tersebut jadi yang terakhir. Mengenang masa kecil dengan sahabat emang manis

    ReplyDelete
  2. Sedih ya, Mbak. Coba sempet ketemuan.Tapi moga-moga sahabatnya sudah tenang sekarang. Sahabat yang baik itu juga salah satu rejeki yang nggak bisa dinilai dengan apapun menurutku sih

    ReplyDelete
  3. Ikut berduka cita ya Mak
    Semoga Rosnia mendapatkan tempat terbaik
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  4. Ini pasti nulisnya sambil nangis-nangis ya, Mak. Aku aja yang menemukan teman kecil setelah sekian lama lost contact nangis-nangis haru..
    Semoga Ros tenang di sisi-Nya ya, Mak.

    ReplyDelete
  5. Sedih mba endingnya. Semoga Narti mendapatkan tempat terbaik dan tenang di sisinya ya mba.

    Pas kecil, aku juga punya teman main, tapi kemudian ia pindah karena ikut orangtuanya transmigrasi ke Sumatera. Yang aku tahu, semua asset di kampung halaman sudah di jual. Tapi mungkin aku bisa nyari via google ya untuk tahu kabarnya .

    ReplyDelete
  6. Semoga Narti mendapat tempat yang terbaik di sisi Nya.
    Mengenang masa kecil itu bisa bikin senyum-senyum sendiri ya mbak

    ReplyDelete
  7. Kenangan masa sekolah yang indah...
    Hiks, turut berduka cita ya, mbak...

    ReplyDelete
  8. Sedih ya Mb meninggalkan anak maaih kecil. Saya tidak terbayangkan. Namun itulah hidup semoga anaknya sehat dan tumbuh jadi anak sukses

    ReplyDelete
  9. Turut berduka cita ya mbak.

    Btw aku salut deh dirimu masih hapal banget sama kenangan2 jaman dulu

    ReplyDelete
  10. Ya Allah mak...ikut berduka cita, jadi keingetan teman masa kecil dulu...entah sekarang sudah pindah kemana, bersyukur kita masih diberikan kesehatan.

    ReplyDelete
  11. Turut berduka cita ya mba
    Persahabtan masa kecil mmg sulit dilupakan

    ReplyDelete
  12. Makkkk, berasa nyesek banget pastinya. Lama tak berkabar kemudian datang berita duka. Apalagi dari sahabat dekat, yang biasanya bisa jadi lebih dekat ketimbang saudara. Kisahnya sudah benar-benar seperti cerita fiksi, Mak. Caramu mengenang sahabat benar-benar indah.

    ReplyDelete
  13. Ya allah endingnya sedih banget mbaa yang sabar yaa.. Turut berduka cita...

    ReplyDelete
  14. Innalillahiwainnalilahirojiun,
    Turut berduka ya Mbak, kehilangan sahabat itu menyakitkan.

    ReplyDelete
  15. Ya Allah...
    Sedih banget denger salah satu sahabat sudah berpulang duluan.
    Jadi kerasa yaa..bahwa meninggal itu bisa kapan saja, dimana saja.

    ReplyDelete
  16. innalillahi wainnailaihi rojiun.. ikut berduka cita, mbak. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sis Allah SWT. Semoga segala amal ibadanya diterima, dihapuskan dosanya dan dimaafkan segala kekhilafannya. Amin ya rabb.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post