Kang Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah

Dear Temans, minggu lalu aku menghadiri acara Apreasiasi Pendidikan Keluarga yang diselenggarakan Kemdikbud RI di Jakarta. Alhamdulillah, aku menjadi nominee lomba blog tingkat nasional yang diadakan Kemdikbud.
Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah
Pengalaman tak ternilai 

Bahagia banget dong, bisa diundang dan ketemu ratusan nominee lomba blog dan jurnalistik yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti tahun lalu aku menjadi  finalis lomba feature di Yogya.

Ternyata acaranya tak hanya penyerahan penghargaan saja. Ya iyalah, masa kami dikumpulkan untuk acara award saja? Ternyata, jari kedua di hotel kami mengikuti tiga kelas dengan pembicara yang berbeda.

Nah, pembicara ketiga hari itu yang bikin aku bersemangat. Kenapa? Karena pengisi kelas ketiga adalah Kang Maman Suherman!


Oh iya, Kami bahkan sempat bertemu di lift hotel saat menuju tempat acara di auditorium. Tapi, aku baru bangun tidur jadi nyawa belum sepenuhnya terkumpul. Hehe.



Buat yang belum kenal beliau, mungkin pernah melihat guyonan dan gundulnya yang khas di acara Indonesia Lawak Club di Trans 7. Ia lahir di Makassar, tepat pada Hari Pahlawan tahun 1965. Kang Maman atau lebih tepat dipanggil Daeng Maman ya karena berdarah Gowa hehe lulus dari Kriminologi Universitas Indonesia

Pengalamannya di bidang literasi dan penyiaran seabrek. Ia pernah jadi reporter hingga pemimpin redaksi di Kompas Gramedia Grup. Ia juga pernah menjadi direktur di biro iklan dan rumah produksi Avicom. Bahkan, Panasonic Gobel Award yaitu ajang penghargaan bergengsi untuk insan televisi adalah gagasannya.

Tak hanya itu, beliau juga penulis seabrek buku diantaranya Bokis: Kisah Gelap Dunia Seleb (KPG, 2012), Re: (KPG, 2014), Perempuan (KPG, 2014) dan banyak lagi.

Kang Maman didaulat oleh Kemdikbud RI sebagai Sahabat Literasi karena minat dan keahliannya di bidang literasi. Ia berkeliling Indonesia untuk berbagi tentang literasi.

Menurut lelaki yang jadi notulen cakep di Indonesia Lawak Klub ini, ia menggantungkan hidupnya sepenuhnya pada menulis. Ya, mata pencahariannya sejak dulu berhubungan dengan literasi. Mulai jadi reporter saat berusia 23 tahun hingga kini menulis buku.

Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah
Para Nominee Lomba Blog
Ayahnya yang berjasa menjadikannya penulis dan mencintai buku seperti sekarang. Sosok ayah yang meninggal pada saat Maman remaja berusia 16 tahun menurutnya tidak pernah mati. Ayahlah yang berjasa mengajarkannya membaca pertama kali.

Saat berusia tiga tahun, ayah memangku Maman kecil sambil baca koran. Lalu Ayah membaca koran pelan-pelan dan mengajarnya mengeja. Tak heran, ia bisa lancar membaca saat berusia tiga tahun (Republika, 15 November 2015).


Menurut ayahnya, orang yang bisa menulis itu adalah orang pintar karena untuk bisa menulis, ia harus membaca dulu. Jadi, kita tahu darimana sosok Kang Maman yang pencinta buku ini menemukan passion.

Ya, orangtuanya yang terlibat. Persis slogan Sahabat Keluarga ya. Anak hebat, orangtuanya terlibat. Persis seperti artikelku Membangun Budaya Literasi dari Rumah. Uhuk.

Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah

So, Nggak heran kan mengapa aku begitu antusias menyimak diskusi bareng Kang Maman. Sudah tahu kan, kalau menurut penelitian, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara sehubungan dengan tingkat membaca. Negara yang berperingkat di bawah kita hanyalah Bostwana. Hiks.

Menurut Kang Maman, rata-rata orang Indonesia membaca  satu buku per tahun! Tempat tersunyi di Indonesia setelah kuburan adalah perpustakaan. Huhu. Para peserta langsung ketawa miris.

Ya, saat ini memang pemerintah sedang giat melaksanakan Gerakan Literasi Nasional. Termasuk gerakan literasi di sekolah. Anak-anak sekolah membaca buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

Pertanyaan Kang Maman, Apakah efektif gerakan literasi ini? Sudahkah buku yang dibaca tepat sasaran?

Berita baiknya, indonesia sudah tinggi tingkat membacanya, orang yang buta huruf sudah berkurang drastis tapi ya minat baca tetap rendah.

Efektifkah gerakan 15 menit membaca?

Tujuan gerakan ini adalah ingin anak bisa membaca, memahami, menceritakan ulang dan syukur kalau sekolah bisa menghasilkan buku. Artinya, sekolah menjadi tempat tepat untuk anak jadi pembelajar.

Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah
Kang Maman berbagi cerita 

Jika anak-anak hanya disuruh membaca lalu diberi pertanyaan seputar buku, lalu diberi nilai maka bisa dibilang masih belum tepat sasaran ya. Belum efektif. Sebaiknya anak diajak menceritakan kembali isi buku yang dibacanya baik secara lisan maupun lewat tulisan. Agar ia terlatih menulis.

Kabar baik lagi, Indonesia menduduki tingkat pertama pengguna internet di dunia. Sayangnya, 70% penggunaannya untuk media sosial. Barulah sisanya digunakan untuk pembelajaran seperti membuka e-learning dan mengunduh e-book, dan lainnya.

Akibatnya, Indonesia jadi negara paling cerewet di Twitter. Akibatnya hoax di mana-mana. Twitwar terjadi setiap hari. Debat tiada berkesudahan. Mengatasi masalah tanpa solusi, dan kami suka keributan adalah slogan warga Twitter Indonesia. Huhu.  

Padahal menurut penelitian, pengguna internet lebih dari dua jam sehari terdeteksi rawan mengalami gangguan mental. Huaah!

Ya, Gerakan literasi sekolah dan gerakan Indonesia membaca belum komplet. Gerakan literasi sekolah harusnya paham betul bagaimana kebutuhan tiap daerah.

Di daerah pertanian, buku yang disediakan   di perpustakaan sekolah sebaiknya buku-buku tentang pertanian. Jangan buku tentang melahirkan sehat, atau kebidanan. Hehe.

Kang Maman juga memperhatikan efektivitas gerakan kirim buku tiap tanggal 17 setiap bulan secara gratis melalui kantor pos. Buku yang disumbangkan harus tepat sasaran, sesuai yang dibutuhkan oleh penerima buku sumbangan.

Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah
Nominee Apresiasi Pendidikan Keluarga 

Soal kegilaan membaca, Kang Maman bercerita tentang Cak Lontong yang ternyata sekarang menjadi pelawak termahal di Indonesia. Tarif manggungnya tak bisa ditawar. Karena materi lawakannya khusus untuk segmen pengundangnya. Ia pembaca yang aktif. Teknik komunikasinya bagus.

Sebelum membuat bahan lawakan, ia selalu membaca banyak buku untuk riset. Tak heran, lawakannya selalu lucu, segar dan cerdas. Wow, keren ya! Pantas saja!

Masalah pendidikan  di Indonesia diantaranya literasi finansial, literasi numerasi, literasi budaya dan keluarga serta literasi digital   masih sangat ketinggalan.

Pendidikan Literasi finansial pada anak harus diperkenalkan sejak dini. Pendidikan literasi keuangan pada anak bukan sekadar pengenalan uang, namun pengenalan pengelolaan keuangan secara bijak, bisa membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan.

Literasi numerasi adalah kecakapan menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari (Rokhmani, Gurusiana.id).

Jadi, anak diperkenalkan dengan proses jual beli sejak dini. Jadi, sudah betul ya diadakan market day di sekolah-sekolah.

Literasi Budaya memperkenalkan bahwa Indonesia dengan beragam kebudayaan, agama dan adat istiadat adalah sebuah keniscayaan. Untuk itu dibutuhkan toleransi dan saling menghormati diantara sesama. Jangan berantem karena perbedaan agama atau warna kulit.

Literasi digital juga sangat diperlukan anak dan keluarga. Bagaimana anak dan keluarga paham betul manfaat penggunaan media internet serta apa hal negatifnya.

Maman Suherman dan Gerakan Literasi Sekolah
Ayo membaca buku

Menurut Bill Gates pemilik Microsoft,  anak sebelum berusia 12 tahun tak boleh main ponsel dan anak di atas 12 tahun hanya boleh sehari 2 jam. Duh, bagaimana anak-anak eykeh yaa!

Menurut Kang Maman, literasi digital sangat penting.Tidak boleh disepelekan. Jari menyebarkan hoax bisa lebih membunuh dan memakan korban lebih banyak dibandingkan bom atom!

Menggerakkan masyarakat Indonesia untuk melek literasi bukan kerja mudah. Apalagi dengan serbuan internet saat ini. Untuk itu dibutuhkan kemampuan komunikasi  yang bagus, kolaborasi, kreativitas, dan berpikiran kritis. Ya, karena kreativitas nggak bisa mati.

Sebelum kita mengajak anak membaca, kita harus suka membaca. Mengajak anak suka membaca itu mudah. Caranya dengan story telling, melakukan berbagai permainan serta memberikan hadiah.

Menurut Kang Maman, Buku menjadi hidup nggak hanya dibacakan dan ditanyakan tapi ketika buku didongengkan serta diperankan sehingga buku menjadi sumber bermain yang menyenangkan.

Jika anak suka membaca, biasanya suka menulis, jika tulisannya bisa diterbitkan maka  akan menghasilkan uang. Menjadi kepuasan tersendiri untuk anak bisa berprestasi lewat tulisannya. Jadi, siapa yang rajin membacakan buku dan mendongeng untuk anaknya?



Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

27 Comments

  1. Sekarang masih suka nulis minimal 100 kata atau lebih di blog satunya..
    tapi lebih banyak yang not publish hihi..
    seneng sama kang maman ini..

    ReplyDelete
  2. Wah hobi baca memang harus ditanamkan sejak dini ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bit, terutama ortunya kudu ngasih contoh heula

      Delete
  3. Sosok ayahnya bener-bener hebat, ngajarin anaknya telaten banget pasti sampai bisa baca di usia balita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener ya, sembari santai diajarin dengan telaten, saluut..

      Delete
  4. Iya, aku suka banget materi ini. Sayangnya di sekolahku anak2 masihusah nyambungnya klo udah disuruh bercerita kembali. Percaya dirinya jg masih kurang. PR besar sih untuk mewujudkan literasi di sekolah.

    Btw, mbak dedew bnyk koleksi poto kita kmren? Ntar klo sy perlu minta y.. Belum sempt nulis. Masih fokus sama soal tes.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya say, aku juga banyak yang belum kuunduh di grup hihi sukses ya tesnya aamiin

      Delete
  5. Loh ternyata aku pernah baca bukunya yg Bokis itu hehehe cuma nggak sadar beliau pengarangnya. Ttg literasi ini udah dilaksanakan di sekolah2 gitu mbak, aku tau dari ibuku. Dan lumayan sih 15 menit di pagi hari masih semangatnya anak2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tinggal sekolah menyediakan buku yang menarik untuk dirolling ke kelas-kelas ya, yang penting terbiasa membaca nanti jadi suka dan ketagihan hehe

      Delete
  6. Satu buku setahun? Sedih x ya mbak. Pelan2 lg ngurangi intensitas nadia main hp dan lebih banyak baca

    ReplyDelete
  7. Masih buanyak PR kita ternyata, ya. Keren sharing-nya, dan aku kepo gimana caranya nyimak info sedetail ini dari sebuah acara. Hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya aku catat poinnya lewat Twitter terus sebagai pelengkap aku cari bahan terkait dari berbagai sumber di internet

      Delete
    2. Berarti sepanjang acara sibuk banget ketik-ketik ya Teh. Harus nyimak dengan telaten juga.

      Delete
  8. Sharing yg sangat keren skli mba, jd penyemangat jgt buatku untk mengajarkan ttg kecintaan terhadap Buku pd anak. Klo nggk baca tulisan ini, saya tdk akan pernah tahu siapa itu kang maman

    ReplyDelete
  9. Kang Maman kerennnn, yang nulis liputannya juga keren. Aku berasa ikutan acaranya Kang Maman ini lho mbak. Aku pun merasa tersentil karena kurang banget baca bukunya,, kalah sama nonton drakor dan vlog youtuber favorit.

    ReplyDelete
  10. Habis baca artikel ini jadi bersyukur lahir dari orang tua seniman sastra yg rajin ngajak anaknya membaca dan mendongeng setiap mau tidur :') dan itu bener2 kebawa sampe sekarang. Meski juga suka baca blog dan dengerin vlog, tapi membaca buku tetep ada sensasi ketagihan sendiri bagi yg menikmatinya <3

    ReplyDelete
  11. Aku pernah ketemu kang Maman saat event, dan sharing juga terus blogku termasuk yang dibedah. Lumayan sih jadi tahu beberapa kesalahan yang aku lakukan.

    Soal perpustakaan kayaknya krn ada yang salah di sistem kita. Misal banyaknya aturan ketika peminjam buku berada di dalam perpustakaan. Mestinya kalo ingin banyak anak muda suka buku, jadi petugas yang ramah pada peminjam. Terutama di sekolah, yg jaga perpus galak2, hahaaa

    ReplyDelete
  12. Aku suka kalimat ini
    "orang yang bisa menulis itu adalah orang pintar karena untuk bisa menulis, ia harus membaca dulu"

    Jadi merasa sangat kurang sekali membaca aku ini. Terakhir membaca buku itu kapan aja lupa 😂

    ReplyDelete
  13. Mbak Dedew keren, penulis yang produktif dan handal.

    Di blogku, aku hampir satu tahun ndak posting mbak.

    Entah konten Youtube seolah-olah membiaskan aku menjadi seorang blogger (ingin) produktif.

    Selamat mbak.
    Keep inspiring yes!

    ReplyDelete
  14. MasyaAlloh 3 tahun bisa baca buku. Iya nih anakku juga udah kusuruh tiap baca buku ntar ceritain lagi dgn bahasamu sendiri tapi kaya belum pede gitu.

    ReplyDelete
  15. Pantesan cerdas, Kang Maman. Kerenlah... Ngefans saya sama beliau.

    ReplyDelete
  16. Kang Maman Eman keren, suka bgt dgn tulis2annya

    ReplyDelete
  17. Bapak ini khas banget botaknya. Pernah nonton waktu di tv di wawancarai. Lugas bapak sih bapak.

    ReplyDelete
  18. Asyik yak bisa ketemu kang Maman

    ReplyDelete
  19. Wah seru sekali acaranya :) semoga kita bisa berkolaborasi kedepannya mba dewi :)

    ReplyDelete
Previous Post Next Post