Membangun Budaya Literasi dari Rumah

Dear Teman, Sejak tahun 2017 pemerintah mensosialisasikan program Sahabat Keluarga, yaitu program pendidikan keluarga. 

Gemar membaca sejak dini

Ya, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran sentral dalam pendidikan. Pendidikan anak-anak tak hanya di sekolah tapi terutama di rumah. 

Kita semua setuju bahwa rumah adalah sekolah pertama bagi seorang anak. Bapak dan ibu adalah guru pertama mereka. Ya, saat ini anak-anak semakin dini dimasukkan sekolah bahkan ada kelompok bermain untuk bayi dan balita. 

Komik juga menambah pengetahuan lho

Tapi, tetap saja pendidikan dan pengasuhan utama adalah di tangan orangtua di rumah. Para guru di sekolah bersama anak-anak hanya beberapa jam saja. Kita tak bisa sepenuhnya menyerahkan urusan pendidikan anak pada bapak ibu guru. 

Pendidikan Utama Anak Ada di Rumah

Di rumah, kita mengajarkan anak-anak kebiasaan baik juga bersopan santun. Kebiasaan baik seperti menjaga kebersihan, mengucapkan tiga kalimat sakti tolong, maaf dan terima kasih. 

Lengkapi perpustakaan mini di rumah dengan buku kesukaan anak

Semua kebiasaan baik lebih mudah dilakukan anak jika meniru kedua orang tuanya. Seperti salat dan mengaji bagi muslim, mandi teratur, atau rajin berolahraga. 

Yang sering terjadi, orangtua ingin anak memiliki kebiasaan baik tapi orangtua sendiri kurang suka atau bahkan alergi pada hal tersebut. Hal tersebut tentu sulit untuk dilakukan anak-anak karena Ayah dan Ibu tidak memberi contoh. 

Sejak kecil akrab dengan buku

Mengajak Anak Mencintai Buku

Sering terjadi, Teman.
Ayah dan Ibu ingin anak-anaknya suka membaca karena paham betapa bermanfaatnya membaca buku. Sebuah pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. 

Orangtua ingin anak-anak suka membaca buku, tapi mereka sendiri tidak suka membaca. Orangtua juga tidak menyediakan buku-buku yang menarik untuk dibaca anak. Lalu bagaimana bisa budaya literasi terbangun di rumah? Bagaimana minat baca anak bisa tumbuh?

Menggiatkan budaya literasi di rumah menjadi kendala tersendiri apabila orangtua tidak suka membaca. Budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya akan menciptakan karya. 

Asyik membaca di mana saja

Untuk menggiatkan budaya literasi di rumah diantaranya kita giat membaca, menulis dan meneliti. Sedangkan kita, apakah kita sudah membelikan anak buku untuk dibaca di rumah?

Pilih Buku Sesuai Minat dan Usia Anak

Tak jarang, Orangtua menganggap beli buku untuk anak selain buku pelajaran adalah pemborosan dan tidak ada gunanya. Kita rela menghabiskan puluhan hingga ratusan ribu rupiah untuk beli mainan, beli ponsel dan kebutuhan lain. Tapi, untuk beli satu buku cerita untuk anak seharga 50 ribu rupiah, berat!

Jika membelikan buku, terkadang orang tua memilihkan buku yang sarat nilai moral dan budi pekerti untuk dibaca, tapi anak tidak suka karena bukunya membosankan, penuh ceramah dan gambarnya kurang menarik. Sayang kan bukunya tidak disentuh? Kenapa kita nggak tanya pendapat anak-anak dulu? Minat nggak baca bukunya? Tertarik nggak tema buku yang kita belikan?

Peran orangtua adalah membimbing anaknya. Sebagai fasilitator yang mendukung minat dan bakat anak. Coba deh, Ayah dan Ibu mulai membaca buku.

Mulai dari memilih buku dengan tema yang disukai misalnya tentang profil orang sukses yang kalian kagumi. Atau buku pengasuhan anak dan novel ringan. Membaca itu asyik lho, daripada kita memantengi berita hoax atau gosip artis melulu? #AkuBanget, hihi.

Luangkan waktu dalam sehari membaca 4-5 halaman. Lalu diskusikan dengan pasangan, atau catat apa yang menggugah kalian dari buku itu. Tuliskan kesan kalian setelah membaca 5 halaman, misalnya. 

Membaca itu asyik

Ajak anak-anak membaca buku bersama, bacakan buku yang jadi pilihan anak. Sebuah buku yang menarik bagi anak bukanlah buku yang sarat nilai moral dan terkesan menceramahi. Kita saja bosan jika terlalu banyak diceramahi! Apalagi anak-anak!

Pilih buku anak yang ilustrasinya menarik, ceritanya memancing imajinasi anak, pesan moralnya terselubung dan tidak eksplisit. Buku cerita yang bermutu banyak manfaatnya lho untuk perkembangan anak. Baca buku cerita membuang waktu, begitu kata orangtua kita dulu. 

Bayi juga ada bukunya lho

Sehingga anak zaman dulu bakal dimarahi jika membaca buku cerita saat senggang. Lebih bermanfaat jika membantu orangtua melakukan pekerjaan rumah atau belajar! Duh!

Padahal, membaca buku cerita anak bisa meningkatkan daya imajinasi anak, menghibur mereka dan mengasah nilai-nilai kebaikan dalam diri anak. Banyak sekali kebijaksanaan dan hal-hal yang baik bisa kita dapatkan dari buku cerita. 

Misalnya saja buku Dunia Adin karya Sundea yang sarat nilai kebaikan untuk anak tanpa menggurui. Buku cerita anak yang bermutu bisa mengajarkan nilai kasih-sayang, kebaikan, keberanian dan banyak lagi nilai positif lainnya.

Pilih sesuai usia dan minat anak. Buku bacaan anak ada jenjangnya juga lho. Mulai dari bayi hingga SMA. Jangan sampai salah pilih, memberi komik SMA untuk anak yang masih SD, hehe. 

Suka baca bikin kita jadi ingin menulis cerita sendiri

Sebaiknya, Orangtua dan anak bisa bekerja sama memilih bacaan yang bermutu untuk melengkapi perpustakaan pribadi di rumah. Orangtua dan anak bisa main ke toko buku dan memilih buku cerita bersama-sama. 

Orangtua bisa membaca dulu isi buku yang dipilih anaknya sebelum membeli. Jika anak terbiasa dengan buku di sekelilingnya, maka kegemaran membaca akan tumbuh dengan sendirinya. Tak usah ikut les baca, diakrabkan dengan buku sejak dini, anak akan tertarik membaca buku dengan bahasanya sendiri. Seru!

Membaca, Menulis dan Meneliti Itu Seru!

Kebiasaan menulis dan meneliti juga akan menyusul. Karena suka membaca, anak akan menjadi pengamat alam sekitar yang jeli. Ia akan suka mengamati fenomena alam yang ada di sekitarnya. 

Mengajak anak baca buku di perpustakaan daerah

Membaca membangkitkan keingintahuan anak terhadap suatu hal. Kebiasaan membaca akan membuat anak jadi ingin menulis. Hal-hal ini bisa kita bantu kembangkan. 

Menulis juga banyak manfaatnya untuk anak. Jika ia terbiasa mengeluarkan pemikiran dengan tulisan, ia akan terbiasa berpikir dengan runtut, juga ada sarana untuk melepas stres jika ada masalah. Anak juga akan semakin imajinatif. 

Ketiga kebiasaan baik ini akan menonjol jika didukung oleh orangtua. Jadikan keluarga sebagai sekolah pertama anak. Bangun budaya literasi dari rumah. 

Perpustakaan mini di rumah

Dengan memilihkan bacaan yang sesuai, membaca buku sesuai usia mereka bersama-bersama, mengajak anak bermain dan mengamati binatang di kebun binatang, menjelajah alam dan memperlihatkan tumbuhan dan hewan yang ada di buku, anak-anak akan belajar banyak dari kegiatan itu. 

Membangun Budaya Literasi dari Rumah, Itu Mudah!

Hal ini sudah diterapkan oleh Pak Heru Kurniawan, seorang dosen IAIN Purwokerto.  Saya tertarik sekali meniru Kurikulum Membaca di dalam Keluarga yang beliau gagas setelah membaca artikelnya di situs Sahabat Keluarga Dikbud.

Saya menemukan situs ini saat sedang berselancar di internet. Ternyata, situs Sahabat Keluarga berisi banyak artikel menarik lho!

Jadi, setiap hari, Pak Heru dan keluarga punya jam membaca bersama secara rutin. Mereka memilih buku, membaca bareng dan ada semacam kuis yang pertanyaannya diambil dari buku yang dibaca hari itu. Wow, seru, kan! Untuk lebih lengkapnya, kalian bisa membaca artikel Membuat Kurikulum Membaca untuk Anak di Keluarga.

Dengan kegiatan rutin bersama seperti yang dilakukan Pak Heru, Rasa kasih sayang dan keakraban diantara orangtua dan anak akan terjalin lebih mesra. Sambil membaca dan mengamati sekelilingnya, anak akan lebih terbuka pada orangtua dan menceritakan segala hal pada kita. 

Hal ini menjadi pondasi berharga bagi masa depan anak kelak. Ia akan tumbuh menjadi orang dewasa yang penuh kasih sayang dan tidak kurang perhatian. Punya empati terhadap orang lain. 

Dengan bermain sambil belajar, orangtua dan anak-anak sama-sama belajar tentang dirinya, tentang hubungan mereka dan juga tentang lingkungan sekitarnya. Juga mengenal lebih dekat penciptanya.

Jadi, bermainlah dengan anak-anak kalian ya Ayah dan Ibu. Banyak membaca, menulis dan mengamati dunia bersama-sama. #SahabatKeluarga 
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

13 Comments

  1. Menumbuhkan budaya baca sejak dini..bagus sekali ya.. semoga banyak orang tua yg membaca tulisan bagus mba Dew ini...

    ReplyDelete
  2. Dulu aku sempat mengira anak-anak cuma suka baca komik. Eh bertambahnya usia, bacaan mereka malah lebih bermutu dari pada emaknya, hahahaa

    ReplyDelete
  3. Mulai dari bacaan sederhana kayak komik inpiratif, komik si juki, dan banyak komik yang mendidik 😊😊 membaca, lalu melatih mereka menulis, siapa tahu ngikuti jejak emaknya blogger dan penulis ya 😀😀

    ReplyDelete
  4. Tertohok baca 4-5 hal sehari.. Duh. Mana nih kebiasaan bacaku yg dulu..
    Mksh sharingnya mb

    ReplyDelete
  5. Pentingnya ya kak menanamkan kegemaran membaca dan menulis kepada amak sejak dini. Kebiasaan seperti ini juga mampu menghindarkan anak-anak dari kecanduan gadget

    ReplyDelete
  6. Mbak dedeeeeww..selamat ya masuk nominasi. Gmn info selanjutnya mbak? Kita ya yg harus mghubungi panitia terkait undangan ke jakartanya?

    ReplyDelete
  7. bener banget, ortu bisanya nyuruh2 doang, tapi ga kasih contoh secara langsung. Padahal jadi temen dengen melakukan aktivitas bareng2 bakalan bisa menumbuhkan minat baca pada anak, dan mrk bs punya figur positif, yaitu ortunya sendiri^^

    ReplyDelete
  8. Aku baca status aja trus mba, wkwkwk.. tapi naqib selalu kubelikan buku walaupun dia belom bisa baca

    ReplyDelete
  9. Wah keren juga ya, mbak metode baca barengnya. Saya juga pengen banget anak suka membaca dari kecil. Makanya sekarang juga lagi rajin hunting buku buat anak

    ReplyDelete
  10. Di rumah saya punya perpustakaan mini untuk anak-anak yang mau membaca buku

    ReplyDelete
  11. Hobi membaca memang bisa dibentuk sejak kecil. Semoga semakin banyak anak yang melek literasi untuk mengimbangi zaman digital sekarang ini.

    ReplyDelete
  12. Beberapa kali aku tanya sama ibu-ibu sambil menunggu anak pulang sekolah, sebagian besar tidak membaca buku, tapi baca status medsos. Sedih. Bagaimana menumbuhkan minta baca pada anak jika orang tua tidak memberi contoh...

    ReplyDelete
Previous Post Next Post