Dear Temans, Hari Minggu lalu (15/04), aku menghadiri peluncuran buku Gemblongers Series di Semarang. Namanya lucu banget yaa.
Bedah buku di Semarang |
Sama seperti blogger Gandjel Rel yang mengambil nama makanan khas Semarang, kue ganjel rel, gemblongers series ini pun berasal dari nama makanan khas Semarang, yang terbuat dari ketan dan kelapa. Bagian tengahnya diisi gula aren. Bahkan hits juga gemblong bakar. Rasanya, nyam!
Acara peluncuran dan bedah buku ini diadakan di Gramedia Balaikota, Semarang ini dihadiri keempat penulis bukunya. Komplet banget ni penulis keren!
Ada Mas Wiwien Wintarto penulis buku Mara yang bersampul merah, ada Mbak Netty Virgiantini menulis Diajeng bersampul ungu, lalu ada Sophie Maya yang menulis Ninuk dan terakhir, Mbak Retni SB dari Singkawang, penulis buku Alin! Wow!
Diskusi meriah di Gramedia Semarang |
Gimana nggak excited cobaa! Keempatnya sudah kukenal dan kerap bareng di grup, tapi ini kali pertama aku bertemu Mbak Netty, Mbak Retni dan Sophie. Happy! Apalagi Mbak Retni dari Singkawang, sering baca novelnya dan akhirnya ketemuu!
Tak lama, acara dimulai. Ternyata, terjadi kekeliruan, grupku di Watsapp, Gandjel Rel ternyata keliru baca pamfletnya! Tanggal 15 disangka pukul 15! Doeeng! Padahal sudah janjian pukul tiga, ternyata acaranya mulai pukul 13.00. Huhu, maafkan!
Berbuku buku hihi |
Penasaran deh dengan gemblongers series untuk pembaca young adult ini. Gimana nggak, ternyata bersetting Kota Semarang, lho!
Dengan mengangkat tema cewek kuat, kita diajak berkenalan dengan empat sahabat berbeda latar belakang yaitu Mara, Ninuk, Alin dan Diajeng. Asmara yang akrab dipanggil Mara, Ninuk dan Diajeng malah bersepupu, sesama klan Atmosukarto.
Jika Mara yang ditulis Mas Wiwien tentang cewek berada, maka Ninuk yang ditulis Mbak Retni ini tentang cewek pemilik angkringan. Sederhana. Penuh perjuangan. Patut dibaca iniii!
Bareng Sophie Maya |
Bagaimana sih mereka bisa menulis gemblongers series yang unik ini? Ternyata, ide awalnya berasal dari Mbak Netty. Ia ingin mengangkat novel dengan tokoh remaja yang harus berjuang keras, ia bosan dengan tipikal novel remaja zaman now yang sering galau, melulu cinta-cintaan, cengeng karena masalah remeh-temeh. Bosan!
Padahal banyak banget remaja Indonesia yang hidupnya harus berjuang dan berusaha keras. Bekerja sambilan untuk bayar biaya kuliah, bantu orangtua dan lainnya. Kenapa nggak diangkat? Ternyata pihak penerbit Gramedia Pustaka Utama menyambut baik idenya dan memintanya membuat serial cewek kuat dibumbui komedi.
Menurut Mbak Netty proyek ini sempat tertunda karena ia bingung mencari penulis bergenre komedi. Akkk, kenapa nggak ngajak akuh, Mbaak? Hiks, hiks.
Bareng Mbak Netty Virgiantini |
Akhirnya, terkumpullah empat sahabat membuat proyek gemblongers ini terwujud. Berbagi ide via grup Watsapp. Uniknya lagi, keempat buku ini punya jangka waktu alias timeline yang sama, jadi kisah keempat tokoh gemblongers ini terjadi dalam waktu bersamaan.
Nah lho, gimana cara menuliskannya ya? Keren kekompakannya!
Sesi tanya jawab merupakan sesi paling seru. Para peserta berebutan tanya. Termasuk aku. Apalagi hadiahnya dua buku gemblongers buat satu penanya. Wkwk. Naluri Mak Iritsku membuncah.
Pertanyaanku adalah bagaimana menuliskan novel setting Semarang ini biar dapat feelnya?
Soalnya, selain Mas Wiwien dan Sophie yang tinggal di Semarang, dua penulis lainnya tidak di Semarang.
Foto bareng penulis Semarang Yozar Amru |
Ternyata, Mbak Netty dan Mbak Retni pernah tinggal di Semarang, jadi lumayan hapal Kota Semarang, selain itu juga diskusi dengan Mas Wiwien dan Sophie, juga riset via Google. Seru!
Ada lagi yang bertanya apakah ada pengalaman emosional saat menggarap buku ini? Bagi Mas Wiwien tidak, ia hanya menuliskannya secara mengalir setelah dapat ide. Hanya butuh dua bulan menuliskannya.
Sedangkan Sophie bernostalgia dengan kampus Undip dan juga merasakan kesedihan mendalam karena saat menggarap buku ini, ia kecelakaan sepulang kerja dan harus bedrest dua bulan. Hiks. Merinding dengar ceritanya!
Apa harapan mereka untuk buku ini? Keempatnya ingin serial ini bisa menghibur pembaca di dan pesan Mbak Retni, apapun masalahmu yakin bisa dilalui dengan baik. Selalu bahagia dan bersyukur, thank you, Mbak!
Mbak Retni menandatangani Nunik |
Selamat ya teman-teman semoga serial ini disukai pembaca dan laris-manis, terus bisa berlanjut lagi, aamiin! Ayo dong, penggiat media sosial Semarang, promosikan serial ini jarang ada kan novel berlatar Semarang, siapa tahu nanti sebeken Laskar Pelangi, Kota Semarang makin ngehits hihi, aamiin!
Alhamdulillah, lega bisa hadir dan bertemu teman-teman penulis. Sungguh, setiap pertemuan dengan para penulis selalu bikin semangatku berkobar dan ingin menulis buku lagi.
Rencananya, aku bakal baca keempat serinya, terus mempelajari isinya bagaimana bikin novel yang asyik dan menuliskan kisah yang sudah lama bertahta di benakku. Semoga segera terwujud, aamiin. So, teman, jangan lupa baca gemblongers series dan selalu bahagia!
Photo Courtesy of
Yozar Amru
Photo Courtesy of
Yozar Amru
Mba aku baru tau klo ganjelrel itu makanan...tak kira yo ganjel jalan kereta..(aku juga ga mbayangin, kok kereta ada ganjelnya)..wkk..
ReplyDeleteGemblong juga persebarannya ga sampe jogja kali ya mba.malah tadi tak pikir artinya gemblong=sedikit sakit jiwa..
Ini berarti satu buku, tapi kisahnya ditulis bbrp orang gitu ya mba...?
he he lucu ya judulnya gemblongers...aku juga suka makan gemblong enakkk
ReplyDeleteaku suka jajan gemblong hihihi..
ReplyDeleteeh, asyik jg ya cerita remaja anti galau begini. sukasukasuka..
semoga buku bukunya makin ngehit emak :-)
ReplyDeleteWah sayang juga ya Mba udah terjadi kekeliruan waktu gitu. Tapi gapapa untung masih bisa ketemu ama penulisnya ya 😍
ReplyDeleteNovel remaja zaman now emang galau-galau melulu, dan kudunya harus ada perubahan, yaitu mengenai perjuangan remaja tadi hehe
ReplyDeleteUnik namanya ya, Teh..hehe
ReplyDeleteJadi penasran juga pengen baca bukunya. Dan semoga teh Dewi juga segera terwujud yang membuat novelnya..
Dan penasaran juga akan makanan yang bernama unik itu :D