Oleh-Oleh Eyang NH Dini dari Frankfurt Bookfair 2015

Dear Temans,


Happy Monday, 
Mukanya jangan lesu begitu dong! Hehe.
Alhamdulillah, Sabtu (31/10) dakuw bertemu lagi untuk kedua kalinya dengan Eyang NH. Dini.
Iya, penulis legendaris Indonesia yang masih aktif berkarya menulis buku di usianya yang akan menginjak 80 tahun. Sebelumnya, dakuw pernah cerita kalau bertemu beliau di Nglaras Roso Ungaran. Dan sempat ada drama kecil dulu, salah lokasi kopdar hehe. 

membuka wawasan bersama Eyang NH Dini
Alhamdulillah, kalau pertemuan kali ini, no more drama. Kami datang di TKP duluan, bersiap-siap menyambut beliau di restoran kesayangan Eyang ini. Eyang nampak segar dan cantik. Beliau baru beberapa hari pulang dari Jerman, menghadiri Frankfurt Book Fair. Wow, menghadiri pameran buku terbesar itu adalah impian dakuw Doakan ya, temans bisa kesampaian aamiin hehe.

Kali ini kami juga kedatangan tamu Mbak Orin keren, penulis buku anak dari Weleri, Kendal.
Kami dapat oleh-oleh lhoo dari Mbak Orin yang beneran keren ini. Alde dan Nailah dapat buku-buku anak karya Mbak Orin. Asyik!

Tak lama kemudian, Eyang tiba. Ia menyapa kami dengan hangat. Ia kerap kali dikatakan sebagai orang yang keras dan tegas. Tapi, sebenarnya beliau sangat hangat dan ramah. Pergaulan beliau luas sekali. Kali ini, kami ingin mendengar Eyang NH. Dini menceritakan pengalamannya di Frankfurt.

"Eyang nggak bawa apa-apa nih. Kaus polos saja harganya mahal sekali," ia tersenyum memeluk kami satu-persatu sembari cipika-cipiki. 

"Nggak apa-apa Eyang. Bisa ketemu Eyang lagi kami sudah hepi. Pengen dengar ceritanya tentang Frankfurt Book Fair," ujar Winda, salah satu fans berat Eyang garis keras, hehe.

Eyang NH. Dini pun bercerita banyak.
Ya, seperti yang teman-teman ketahui, tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Maka, Indonesia menjadi sorotan dunia, penulis Indonesia diundang berbicara di event bergengsi itu, buku-buku karya penulis Indonesia dipamerkan khusus. 

Salah satu media Jerman menuliskan bahwa Indonesia adalah negara besar dan miskin penerbitan buku. Ya, untuk negara yang jumlah penduduknya dua ratusan juta orang, jumlah buku yang kita terbitkan jumlahnya menegenaskan. Jadilah, orang Indonesia selalu dituduh punya minat baca rendah.

asik menyimak cerita Eyang NH Dini
Menurut Eyang, hal itu benar adanya. Tentu saja media barat takjub dengan minimnya penerbitan buku di negara kita. Soal penerbitan buku di Asia, kita kalah telak dengan India misalnya. Orang bule menjadikan buku sebagai salah satu kebutuhan pokok. Selalu ada anggaran khusus untuk membeli buku, sama seperti anggara membeli makanan dan pakaian. Buku adalah kebutuhan primer. 

Beda dengan negara kita, orangtua kadang enggan membelikan anak-anaknya buku bacaan. 
Buku cerita dipandang boros dan membuang waktu, lebih baik belajar. Padahal, banyak hal bermanfaat yang bisa didapatkan anak dari membaca buku-buku bergizi. Memperluas wawasan, menambah ilmu pengetahuan dan banyak lagi.

Di usianya yang senja ini, beliau tetap aktif membaca buku lho, Temans. 
Buku-buku yang dibacanya adalah karya sastra penulis luar. Ia sudah tujuh tahun tidak membeli buku, karena anggaran untuk itu ia alihkan untuk menjaga kesehatannya. Tapi, bukan berarti ia berhenti membaca buku.

Setiap bulan, ia menerima kiriman buku bacaan dari putrinya, Marie Cliare Lintang yang bermukim di Kanada. Buku-buku ini adalah hadiah dari sebuah lembaga yang menerbitkan buku-buku karya sastrawan ternama. Bkuu-buku ini yang beliau lahap dengan rakus, memantik ide-ide cemerlang untuk calon buku berikutnya. 

Menurutnya, Indonesia agak tertinggal perkembangannya, salah satu sebabnya karena penduduknya kurangnya menyukai buku. Bila alasannya harga buku mahal, bisa berkunjung ke perpustakaan, bazaar buku atau bertukar pinjam buku dengan teman-teman. 

"Kalian yang masih muda ini, harus suka membaca buku. Anak-anak dibelikan buku yang bagus, dibacakan biar mereka terbiasa bergaul dengan buku, Tumbuh dengan buku," pesannya.

Ia prihatin dengan orang-orang bahkan di pelosok desapun, menganut gaya hidup modern dan wah, meniru sinetron hedonis yang diputar di televisi, tapi cara berpikirnya masih tertinggal. Contohnya, mengutamakan hidup mewah dengan kredit barang konsumtif. Rela berutang demi membeli perabot rumah tangga, motor, alat elektronik. Bukannya semakin maju, tapi malah bisa membuat kita tenggelam dalam hutang, karena kewalahan membayar angsuran barang untuk pamer saja. Beda ya, kalau motor kreditannya dipakai untuk ojek atau transportasi ke kantor. Itu sih produktif.

asiiik akhirnya bertemu Mbak Orin! (Foto: www.hidayah-art.com)
Menurut Eyang NH. Dini, kita butuh revolusi mental, agar perkembangan Indonesia lebih maju lagi. Wah, hal ini sejalan dengan cita-cita penggiat Kelas Inspirasi, Chikita Fawzi dan kawan-kawannya ya, Lur. Revolusi Mental. Bahwa kemajuan Indonesia dimulai dari perbaikan mental rakyat Indonesia secara bersama-sama. Kemajuan bangsa dimulai dari keluarga, dari diri sendiri. Kita harus punya mental pemenang, rajin, berani mencoba hal baru, jujur dan sifat baik lainnya.

Ah, siang yang bernas. Kami, sekali lagi mendapat pencerahan dari Eyang NH. Dini. 
Jadi, nggak ada lagi alasan tak bisa mencapai impianmu, Temans. Kalau kita berusaha pasti bisa, Eyang NH. Dini membuktikannya. Beliau sumber inspirasi dakuw. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, berkarya! Dan jangan lupa untuk selalu bahagia!






Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

26 Comments

  1. Pengenn ketemu juga sama Ibu NH Dini 😍😍
    Tentang FBF kemarin juga baca di Kompasiana ulasan yang keren dengan data2 buku & penerbitan Indonesia gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ada ya mak, mau intip ahh coba dakuw cari di kompasiana nuhuun yaaa

      Delete
  2. Sudah sepuh tapi tetap bermanfaat dg berbagi ilmu. Nggak bikin project dg beliau? Mumpung sudah ikrib dg beliau heheee...

    ReplyDelete
  3. Senangnya sudah sepuh tapi ilmunya tetap bermanfaat. Nggak bikin project bareng eyang? Mumpung sudah ikrib dengan beliau heheee

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa, proyek apa yaaa mba, buku komedi? #plakk dijitak bu Dini...wkwkw

      Delete
  4. kalo mba Dedew denger keseruan Frankfurt Book Fair 2015 dari Eyang NH Dini, kalo saya denger keseruannya dari Mas Gola Gong. Mas Gong berpesan, utk jadi penulis, harus bisa berbahas Inggris dgn baik, mulailah dgn mempunya blog berbahasa Inggris katanya, serasa menohok diriku.....gitu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. moga tahun depan kita yang berangkat yaa aamiin hehe

      Delete
  5. Wahhh...seneng bisa ketemu dan ngobrol langsung. kepengeeen...:)

    ReplyDelete
  6. Iiih senengnya ketemu eyang NH. Dini....kapan-kapan ajakin diriku dong mb Dew... *ngarep :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. boleh mba, Inshaa Allah kalau ketemu lagi kucolek yaa..kemarin bingung mau ajak siapa, pada ngga bisa...

      Delete
  7. Eyang Dini ternyata orang yang humble, jadi makin sayang ama beliau, hihiii *lebay*

    ReplyDelete
    Replies
    1. moga kesampaian yaa rencana januari nya, diberi kesehatan aamiin

      Delete
  8. alhamdulillah senang lihat eyang NH Dini sehat setelah perjalanan jauh dan acara di FBF yang pasti melelahkan :)

    ReplyDelete
  9. Asyiiiknya ketemu langsung dengan Bu NH.Dini
    Beliau masih nulis sampai sekarang ya Mbak?

    ReplyDelete
  10. Dulu aku juga pembaca NH Dini. Sangat berkesan dengan cerita2 semasa beliau tinggal di Jepang :)

    ReplyDelete
  11. dulu kalau main ke rumah teman di daerah Sekayu selalu longok-longok pas lewat disamping rumah eyang NH Dini...

    * Setuju mbak, perpustakaan adalah sarana efektif untuk membangkitkan minat baca terutama anak-anak...kalau baca sendiri malas tapi kalau beramai-ramai seru kali yaa.. :)

    ReplyDelete
  12. Semmoga terus sehat ya mbak, amin. :)

    ReplyDelete
  13. Semoga kita bisa menjadi generasi yang bisa mengajak untuk rajin membaca buku.

    Ngomong2 mengenai buku sebagai kebutuhan primer, di negara kita tentunya sulit sekali, Mbak.

    ReplyDelete
  14. deg-degan ya mba, kalo ketemu idola? atau enggak?
    beberapa kali baca bukunya NH Dini, tapi duluu.. skrg udah ganti genre :D

    ReplyDelete
  15. pasti dapat ilmu banyak nih dari eyang ya mbak...

    ReplyDelete
  16. aku tuuuh sukaaa baca buku-bukunyaaa...bagus dan pesannya banyak :)..seneng bangeeet bisa ketemu Eyang..

    ReplyDelete
  17. Udah 80 th yaaa, sehat terus eyang

    ReplyDelete
  18. Salut ya sama Eyang NH Dini. Penulis besar yang humble....

    ReplyDelete
  19. India memang bukunya murah murah mbak, obanyak percetakan dan dpt subsidi dari pemerintah. Makanya lebih suka borong buku di India

    ReplyDelete
  20. Karya Eyang NH. Dini termasuk yang menemani hari-hari masa kecilku. Alhamdulillah dirimu dapat kesempatan bertemu beliau, Dew. Sesekali ajak aku dunk. Aku masih terkesima dengan serial bio beliau; Sebuah Lorong di Kotaku, Serayu dll. Duh, jadi inget koleksi buku-buku karangan Eyang yang entah di mana sekarang

    ReplyDelete
Previous Post Next Post