No act of kindness, no matter how
small, is ever wasted.
–Aesop
Dear Teman,
Saat itu, aku masih SMP, adikku-adikku
masih SD dan kami tinggal di Abepura, Papua. Kami bertiga berangkat ke Makassar
bersama Mama untuk menghadiri acara pernikahan saudara. Bapakku nggak bisa ikut
karena belum bisa cuti dari pekerjaannya. Saat itu, kami naik kapal laut PELNI
yang memakan waktu berhari-hari untuk tiba di Makassar.
Di kapal, mendadak Mamaku sakit. Ia
demam dan lemas. Bisa dibayangkan, betapa bingungnya kami. Saat itu, kami
bermaksud makan siang di ruang makan. Mama memaksakan diri untuk pergi.
Keduanya menemani Mama hingga selesai
ditangani dokter. Mama dibawa kembali ke kamar juga dibantu
oleh Pak Anwar dan istrinya. Selama di kapal, mereka rajin menengok kami dan
membawakan berbagai barang yang kami butuhkan.
Alhamdulillah, kondisi Mama lekas
membaik dan ketika kapal tiba di Makassar, keduanya juga membantu kami untuk
turun. Mama bisa naik kursi roda yang didorong oleh kru kapal berkat
mereka. Karena bantuan yang tulus dari Pak Anwar dan Bu Desi kami bisa tiba di
Makassar dengan selamat. Rasanya, tak cukup ucapan terima kasih dari kami untuk
membalas kebaikan mereka.
Setelah kami kembali ke Makassar,
orangtuaku mengunjungi rumah pasangan baik hati itu untuk mengucapkan terima
kasih. Ya, kebaikan mereka puluhan tahun lalu masih terpatri jelas di benakku. Mereka
tak mengenal kami, bukan teman, bukan saudara tapi keduanya membantu kami
dengan tulus. Luar biasa, bukan? Hal itu membuatku berusaha
untuk mencontoh kebaikan keduanya.
Kebaikan kecil yang sederhana pun
bisa. Sesepele memberikan senyuman dan sapaan pada orang yang kita temui. Sesepele
memberikan bangku di bus Trans Semarang untuk ibu hamil, ibu yang bawa anak
atau sudah sepuh. Sesepele membeli barang jualan ibu-ibu tua yang
tertatih-tatih berkeliling perumahan. Sesepele memberikan tips untuk para pengendara
ojek online yang sudah mengantar penumpang dengan selamat. Sesepele memberi
makan kucing-kucing liar di taman. Yang aku tahu, kebaikan itu menular. Maka berbagilah selalu.
Aku baru tahu, kalau setiap
tanggal 13 November ditetapkan sebagai World Kindness Day atau Hari Kebaikan
Sedunia. Hari ini didedikasikan untuk merayakan kebaikan. Kebaikan adalah dasar
kemanusiaan yang melampaui batas ras, agama, politik, gender, bahkan wilayah.
Sejarah Hari Kebaikan Sedunia ini
berawal di tahun 1997, saat diselenggarakan konferensi World Kindness Movement
di Tokyo, Jepang. Konferensi ini dihadiri oleh banyak organisasi yang
bertujuan serupa dari berbagai negara.
Bagaimana cara merayakan Hari Kebaikan Sedunia yang tinggal 3 hari lagi ini?
Caranya mudah. Tebarkan senyum
dan sapalah orang-orang di sekelilingmu. Tanyakan bagaimana kabar mereka? Berikan
sedikit makanan dan minuman untuk orang yang membutuhkan seperti tukang sampah,
driver ojol dan lainnya. Kirim pesan penyemangat untuk teman-teman yang lama
tidak kamu temui. Buatlah tulisan yang lucu, menghibur dan menyemangati pembaca
di blogmu. Bikin konten yang seru di akun media sosialmu. Ya, apa saja bisa
kamu lakukan selama hasilnya bisa untuk menebarkan kebaikan.
Untuk kamu yang bergabung di komunitas, jangan menyerah untuk berbuat kebaikan ya. Kalau kamu di komunitas literasi, terus sebarkan kesukaanmu menulis dan membaca untuk menginspirasi banyak orang. Kamu bergabung di komunitas yang suka bebikinan, terus tebarkan kebahagiaan lewat karyamu, kue yang kamu buat, kerajinan yang kamu bikin, apa saja! Semai terus kebaikan.
Dengan melakukan berbagai kebaikan kecil, kita jadi yakin masih ada harapan di tengah dunia yang carut-marut dan tidak menentu ini. Bahwa selama masih ada kebaikan hati yang dimiliki oleh banyak orang, dunia ini akan baik-baik saja. Selamat Hari Kebaikan Sedunia, kalau kamu ada ide apa untuk berbuat baik hari ini?
Sumber Foto: Pixabay.com


