Merencanakan Keuangan untuk Kehidupan Dunia dan Akhirat

Dear Teman,

Semoga puasanya lancar ya! Hari ini, ada kegiatan Selasa Sharing di grup WA Komunitas Blogger ISB (Indonesia Social Blogpreneur).

Indonesian Social Blogpreneur (ISB) adalah Komunitas Blogger yang fokus pada pembangunan kualitas konten sesuai kategori dan minat blogger yang selanjutnya dioptimasi menjadi sarana untuk memperoleh benefit secara moral maupun materi.

Merencanakan Keuangan untuk Kehidupan Dunia Akhirat

Foundernya adalah blogger keren Teh Ani Berta dengan para admin kece diantaranya Liswanti Pertiwi dan Riri Restiani.

Selasa Sharing ini adalah kegiatan rutin komunitas ini yang diadakan setiap dua minggu sekali di grup Watsapp ISB. Topiknya pun berganti-ganti setiap kali sharing dan diisi oleh narasumber yang kompeten di bidangnya.

Kali ini, topik Selasa Sharing di bulan Ramadan dalah Merencanakan Keuangan untuk Kehidupan Dunia dan Akhirat. Pas banget kan temanya untuk bulan Ramadan. Narasumbernya adalah Mas Reza Oskar S.E, M.M, RIFA seorang perencana keuangan Islam yang telah lulus sertifikasi dan bergelar RIFA (Registered Islamic Financial Associate). Ia juga terdaftar sebagai anggota IARFC Indonesia (International Association of Registered Financial Consultant). Semoga bermanfaat ya, teman-teman! 

Baca Juga: Tujuan Puasa Ramadan

Menurut Mas Reza, kita sudah sering mendengar perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan keuangan di dunia. Sudah sering dibahas oleh banyak perencana keuangan di media sosial. Bagaimana dengan kehidupan kita setelah meninggal kelak?

Merencanakan Keuangan untuk Kehidupan Dunia dan Akhirat

Islam mengajarkan ada kehidupan setelah kehidupan di dunia yaitu kehidupan di akhirat. Kehidupan di dunia hanyalah sementara karena dunia adalah tempat kita mengumpulkan bekal untuk kehidupan kita di akhirat kelak. Bagaimana mengumpulkan bekal untuk kehidupan dunia dan akhirat? Caranya, dengan mengatur keuangan dan harta kita tak hanya untuk kehidupan di dunia. Tapi juga bermanfaat untuk kehidupan kita di akhirat kelak. 

Caranya? Ya, bagaimana harta yang kita miliki ini kita kelola sebaik-baiknya agar bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan sekeliling kita. Harta yang kita pergunakan untuk menafkahi pasangan dan anak-anak, orang tua, serta membantu fakir miskin, anak yatim dan janda tua akan menjadi harta yang bermanfaat untuk kita di masa depan. 

Baca Juga: 7 Ide Bisnis Sampingan

Mas Reza menyoroti fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia. Banyak  pejabat, selebritis dan kaum kelas atas memamerkan harta benda dan pencapaiannya di media sosial. Apa efeknya? Banyak orang yang memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup idolanya atau para seleb yang mereka lihat di media sosial.

Tak hanya itu, fenomena mudahnya orang mendapatkan pinjaman dengan berutang pakai fasilitas paylater dan pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup ini makin merajalela. Kita sering mendengar berita orang yang terjerat pinjol puluhan hingga ratusan juta rupiah. Ini dinamakan jebakan keuangan. Orang jadi dimudahkan melakukan segala cara untuk mendapatkan tujuannya.

Untuk itulah, kita jangan mudah tergiur berhutang untuk mengejar gaya hidup semua tadi. Kita harus mulai berpikiran rasional dan mulai merencanakan keuangan kita tidak hanya untuk tujuan di dunia tetapi juga di akhirat. Bagaimana kita mengelola harta benda agar berkah dunia dan akhirat.

Menurut Mas Reza, Perencanaan Keuangan Islam adalah sebuah ilmu yang membantu umat dalam merencanakan keuangan pribadi serta merancang suatu kehidupan yang lebih baik dengan memberikan solusi perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar kebutuhan keuangan, non-keuangan serta rohani untuk jangka pendek, menengah dan panjang baik di dunia ketika masih hidup maupun di akhirat ketika sudah meninggal Insya Allah dapat tercapai.

Perencanaan keuangan Islam membantu kita mengatur kehidupan dan keuangan secara Islam yang mengacu/berpedoman kepada Al-Qur’an, hadis, dan ijtihad ulama. Sebetulnya, perencanaan keuangan Islam tidak jauh berbeda dengan perencanaan keuangan konvensional. Pada prinsipnya kita perlu mengelola keuangan kita agar pendapatan lebih besar dari pada pengeluaran, bukan sebaliknya.

Fenomena besar pasak daripada tiang merajalela di masyarakat saat ini. Demi gaya hidup mentereng dan dikagumi orang lain, rela dikejar-kejar debt collector. Orang berhutang untuk mengadakan resepsi pernikahan mewah agar diakui sebagai orang terpandang. Orang terjerat paylater untuk membeli tas mahal dan nonton konser. Miris. 

Hasil akhir yang diharapkan dari perencanaan keuangan Islam adalah:

- Pemenuhan kebutuhan primer.

- Pengumpulan aset dan investasi secara halal & thayib.

- Kebahagiaan duniawi.

- Pengumpulan aset & investasi akhirat.

- Kebahagian akhirat.

Saat ini sudah banyak produk keuangan yang sesuai dengan syariat Islam sehingga memudahkan kita sebagai muslim dalam memilih produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Merencanakan Keuangan untuk Kehidupan Dunia dan Akhirat

Namun kita perlu juga mempelajari tentang prinsip muamallah sehingga transaksi yang kita lakukan sehari-hari terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat, misalnya riba, masyir, gharar, dll.

"Allah memberi rahmat kepada seseorang yang berusaha dengan baik, membelanjakan secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Ada beberapa aturan pembelanjaan dalam rumah tangga Islam yang harus kita patuhi dan jalankan agar hidup tenang dan bahagia:

- Pengeluaran rumah tangga adalah tanggung jawab suami.

"Barang siapa yang menafkahkan hartanya untuk istri, anak, dan penghuni rumah tangganya, maka dia telah bersedekah." (HR Thabrani)

-Suami wajib menafkahi istri yang ditalak dalam keadaan hamil sampai bayi lahir plus MPASI.

-Suami wajib menafkahi orang tuanya.

-Istri boleh membantu keuangan suami sebagai sedekah.

-Istri bertanggung jawab mengatur keuangan rumah tangga.

-Seimbang antara pengeluaran dan pendapatan.

-Membelanjakan harta untuk kebaikan.

-Menghindari pembelanjaan yang tidak disyariatkan.

Dengan prinsip-prinsip di atas, tahulah kita bahwa hidup boros dan bermewah-mewah, apalagi memaksakan membeli barang yang tidak dibutuhkan tapi hanya demi penampilan bertentangan dengan syariat Islam. Allah membenci orang yang menghamburkan hartanya untuk hal tak bermanfaat.

Kewajiban Suami Menafkahi Keluarga

Kewajiban suami dalam Islam adalah wajib menafkahi keluarga inti yaitu istri dan anak-anak. Juga menafkahi orang tua. Dalil tentang kewajiban suami memberi nafkah untuk istri dan anak-anaknya cukup banyak. Jika suami dengan sengaja tidak menafkahi istri sehingga istrinya harus mencari nafkah sendiri maka hal ini termasuk zalim dan berdosa.

Diriwayatkan bahwa suatu hari Hindun binti Utbah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadukan kesulitan karena suaminya tidak memberi nafkah yang cukup untuk anak-anaknya. Ia terpaksa mengambil harta suaminya diam-diam untuk mencukup kebutuhannya.

Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Ambillah (dari harta suamimu) apa yang mencukupimu dan anak-anakmu dengan cara yang baik." (HR. Bukhari) Hadits di atas menjelaskan bahwa suami seharusnya memberi nafkah keluarga dengan cukup.

Bagaimana dengan menafkahi orang tua? Menafkahi orang tua disesuaikan dengan kemampuan kita. Tidak ada batasan berapa yang harus kita berikan kepada orang tua tetapi jika kita bisa memenuhi semua kebutuhan orang tua kita Insya Allah, Allah akan menjamin rezeki kita.

Menghindari Pembelanjaan yang Tidak Disyariatkan:

Apa yang dimaksud dengan pembelanjaan yang tidak disyariatkan ini? Apakah membeli tas mahal karena suka apakah diperbolehkan?

Ingat, prinsip konsumsi dalam Islam:

-Lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.

-Lebih mengutamakan fungsi daripada brand atau jenama.

-Lebih mengutamakan kualitas daripada harga.

Tapi bagaimana kalau seseorang ingin membeli ponsel Iphone 14 Pro yang tujuannya untuk membantu dalam berjualan online? Menurut Mas Reza, boleh-boleh saja, karena ada kebutuhan di situ.

Lho, memangnya kalo pakai ponsel lain nggak bisa? Jika seandainya ada dua pilihan, pertama Iphone seharga 18 juta dengan kualitas yang sangat bagus lalu ada ponsel seharga 500 ribu tetapi kualitasnya buruk dan cepat rusak, maka diperbolehkan untuk membeli Iphone, ya Teman!

Dalam artian, Islam tidak melarang kita untuk menggunakan barang bermerek atau yang harganya mahal asalkan penggunaannya sesuai.

Nah pembelanjaan yang tidak disyariatkan ini lebih kepada konsumsi yang tidak sesuai dengan ajaran agama, misalnya beli minuman keras, narkoba, atau membeli sesuatu dengan pinjaman yang mengandung riba (padahal barang tersebut tidak terlalu mendesak untuk dibeli).

Berinvestasi dalam Islam

Berinvestasi dalam perencanaan keuangan Islam juga perlu agar kelak tidak kesulitan dalam memenuhi perencanaan di masa depan. Misalnya saja, dana pendidikan anak dan dana pensiun kita. Tapi, bagaimana kalau sehari-hari kita hidup dari gaji dan belum memiliki pemasukan lain? Apa instrumen investasi yang cocok?

Menurut Mas Reza, Sebaiknya penuhi dulu kebutuhan primernya termasuk zakat, lalu jika ada kelebihannya sisihkan untuk dana darurat dan investasi.

Yang perlu kita perhatikan adalah apakah investasi tersebut sesuai dengan tujuan keuangan kita. Misalnya, kalau untuk tujuan jangka panjang akan lebih baik berinvestasi di saham syariah karena akan memberikan pengembalian yang lebih tinggi.

Namun perlu diingat bahwa ada risiko yang tinggi juga, oleh karena itu kita harus pelajari instrumen investasi yang ingin kita beli, sesuaikan dengan tujuan keuangan kita dan profil risiko kita.

Investasi yang mudah menurut beliau saat ini adalah membeli sukuk atau reksadana. Bagaimana dengan emas? Emas bukan instrument investasi tapi bagus untuk menjaga nilai harta kita karena sifat emas itu zero inflasi. Apakah emas bagus untuk perencanaan jangka panjang? Insya Allah bagus jika tujuannya untuk menjaga nilai harta bukan menambah nilai harta.

Maksudnya, misalkan harga 1 kambing di jaman Nabi adalah 1 Dinar, maka nilai 1 Dinar saat ini pun cukup untuk membeli 1 kambing. Berbeda jika kita membelinya dengan uang yang terkena inflasi.

Bagaimana dengan praktik mencicil rumah dengan KPR di bank? Menurut Mas Reza, jika belum terlanjur membeli rumah dengan skema KPR lebih baik dihindari karena dosa riba ini seperti menzinai ibunya sendiri.

Terus, bagaimana jika sudah terlanjur? Tobat dan minta ampun kepada Allah, berusaha dan berdoa kepada Allah untuk diberikan kemudahan melunasi hutang riba tersebut.

Nah, itulah Sharing Selasa Bersama Mas Reza yang diadakan oleh Komunitas ISB. Semoga bermanfaat ya, Teman! Jika ada pertanyaan, kalian bisa menghubungi Instagram dan TikTok Mas Reza Oskar. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, ya!

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

Post a Comment

Previous Post Next Post