Writing Can Change Everything, Sebuah Pencerahan dari Semarang Writers Week 2019

Dear Temans,

Jumat lalu (01/11), aku menghadiri acara program satelit Ubud Writers and Readers Festival di Semarang. Acara bertajuk Semarang Writers Week ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Semarang bekerjasama dengan panitia UWRF. Keren, kan! Konon, acara ini akan rutin diadakan setiap tahun di Semarang.


Semarang Writers Week 2019
Bersama Carly Findlay

Walaupun lokasinya cukup jauh, aku berusaha agar bisa hadir. Aku sedang memompa semangatku. Aku ingin bergelora lagi untuk berkarya. Maklum, akhir-akhir ini semangatku menulis menurun drastis. Hiks.

Apa saja acaranya? Acara workshop dua hari ini diramaikan oleh beberapa penulis terkenal baik dari Semarang, Bandung dan juga mancanegara. Alhamdulillah, aku sempat mengikuti talk show hari pertama yang pembicaranya adalah para penulis bintang tamu #SemarangWritersWeek. Acara berlangsung di Gedung Outdetrap yang baru direnovasi. Cantik sekali. 

Talk show yang berjudul Writing Can Change Everything ini dipandu Hifzan, anak muda yang magang di Balai Kota. Bahasa Inggrisnya lancar sekali, bikin iri. Pembicaranya adalah Vabyo penulis buku Kedai 1001 Mimpi dari Bandung, Pak Handry ™ dari Semarang. Serta Carly dari Australia dan Mirandi. 

Para pembicara Semarang Writers Week

Valiant Budi Yogi yang dikenal sebagai Vabyo yang mendapat giliran berbagi pertama. Ia menceritakan dua fase hidupnya sebagai penulis.  Pertama, saat penulis kelahiran Bandung Juni 1980 ini menulis buku tentang pengalamannya sebagai barista dan TKI di Saudi Arabia berjudul Kedai 1001 Mimpi dan sekuelnya. 

Lewat pengalaman sebagai TKI, ia mampu menuliskan berbagai perbedaan budaya kita dengan orang Arab lewat bukunya. Sempat meraih ketenaran di bidang tulis-menulis, pada tahun 2015 ia terkena stroke dan sempat hilang ingatan. Hal ini mengejutkan karena aku baru tahu lho kabarnya. Aku kan penggemar Vabyo, huhu. 

Semarang Writers Week 2019
Sesi talkshow yang menggugah 

Pembuluh darah di otak bagian kiri pecah, dan kepribadian Vabyo menjadi berubah. Ia berusaha menemukan dirinya sendiri, belajar mengenai kinerja otak, tentang penyakit stroke, dan menuliskan tentang pengalaman itu dalam bukunya berjudul Tukar Takdir yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Ini adalah fase kedua hidupnya.

Semarang Writers Week 2019
Berpelukan saling menguatkan 

Menulis itu bagi Vabyo mendebarkan, mengejutkan dan membuka berbagai peluang. Seorang peserta acara hari itu mengaku ingin bertemu Vabyo karena tulisan Vabyo sangat menginspirasinya untuk berjuang menghadapi masalahnya.  Ah, aku terharu bagaimana keduanya berpelukan, saling menguatkan. 

Tukar Takdir

Awalnya Vabyo menulis untuk curhat saja lalu akhirnya ia menulis untuk menyatukan perspektif tentang suatu hal, tulisannya berusaha menelaah suatu hal, sehingga kita tidak menyombongkan diri dengan satu perspektif. 

Semarang Writers Week 2019
Foto bareng Vabyo yang ramah

Seperti saat ia menderita stroke, ada keluarga yang nyeletuk dosa apa kok Vabyo usia muda kena stroke. Ia pun membalas dengan ya dosa besarku tak bisa menahan makan enak. Di Twitter, Vabyo mengaku pola makannya dahulu tidak sehat. Ia bisa sarapan nasi Padang dengan gulai otak plus minum kopi sembilan gelas sehari.

Jadi lewat tulisan, ia belajar tidak mudah menghakimi seseorang, lebih bijaksana. Berusaha memahami perspektif orang lain terhadap suatu masalah. 

Katakan Hello Jika Bertemu Kami

Pembicara kedua adalah Carly Findlay. Penulis dari Merlbourne Australia ini menderita penyakit kulit langka Ichtyosis yang hanya diidap 1 dari 250 ribu orang dan lewat tulisannya, ia berusaha untuk menjadi lebih percaya diri dan mengungkapkan perasaannya. 

Semarang Writers Week 2019
Carly menandatangani bukunya

Carly telah bergelut dengan penyakitnya sejak bayi, dan menerima penyakit yang dideritanya dengan lapang dada. Menurutnya, banyak orang yang bertemu ia cukup ramah dan sopan terhadap penampakannya yang berbeda. Tapi, ada juga yang bertanya-tanya dan memandangnya heran seperti ia adalah alien.  Dan bukan manusia normal. 

Bukan sapaan halo yang diterimanya tapi langsung malah ditanya kenapa kulitnya seperti itu, apakah ia kepanasan? 

Karena itulah, ia menuliskan buku berjudul Say Hello karena ia ingin jika kalian bertemu orang berkebutuhan khusus atau disabilitas maka dapatlah mereka, katakanlah hai, hello dan bukan malah agresif bertanya tentang kekurangan mereka dan penyakit mereka. 

Pesan Carly pada kita, sebaiknya saling menghargai dan bertoleransi dengan kaum disabilitas, memperlakukan mereka sama dengan orang normal lainnya. Bukunya sendiri berkisah sejak ia masih kecil, bagaimana ia bisa bertahan dengan penyakitnya dan melawan stigma lingkungannya.  

Gadis Melayu Tak Sejahat Itu

Pembicara ketiga adalah Mirandi Riwoe dari Brisbane, Australia. Penulis berdarah campuran Inggris, Indonesia dan Cina ini menulis buku berjudul The Fish Girl. Buku ini masuk menjadi nominee untuk penghargaan buku terbaik Stella Prize tahun 2018. Serta memenangkan penghargaan Viva La Novella dari Seizure.

Semarang Writers Week 2019
Maya Atika bersama Mirandi Riwoe

Sebagai seorang penulis, ia berusaha menuliskan kisah sejarah dari sudut pandang feminis yang belum ada di pasaran. Suatu hari, Ia membaca sebuah buku kumpulan cerpen karya W. Somerset Magham untuk riset buku barunya. 

Cerpen itu bercerita persahabatan tentang empat orang Belanda lalu datanglah seorang perempuan Melayu merusak persahabatan itu. Ia gelisah dengan cerita itu karena dinilainya menyudutkan suku Melayu. Maka, ia pun ingin menulis sebuah buku dari sudut pandang perempuan Melayu yang dituduh merusak persahabatan. 

Semarang Writers Week 2019
Foto: thestellaprizes.com

Mirandi suka menulis pengalaman seseorang terutama berhubungan dengan ras. Karena Mirandi adalah perempuan berdarah campuran Inggris, Indonesia dan Cina. Dengan menulis, ia bisa mencatat narasi yang berbeda, sudut pandang berbeda dari suatu hal. Jadi segalanya lebih beriimbang. Jadilah buku The Fish Girl yang sarat cerita pergulatan batin seorang perempuan. 

Menulis Untuk Biaya Pernikahan

Pembicara keempat adalah PakHandry ™, penulis terkenal, mantan wartawan Suara Merdeka Semarang. Karya pak Handry menurutnya karya adalah obyek penderitaan dia. 

Sejak kecil ia hidup kesusahan dan karya tulis itulah menyelamatkan hidupnya. Ketika ia jatuh cinta, ia berjanji pada gadis itu akan melamarnya jika juara lomba menulis di majalah. Akhirnya ia juara 2 dan mendapat honor pada tahun 90an dan akhirnya hadiah itu ia gunakan untuk membeli cincin untuk istrinya.

Semarang Writers Week 2019
Bersama Pak Handry TM penulis produktif Semarang 

Ia juga pernah mengalami banyak hutang padahal ia bekerja. Setiap malam ia berdoa kepada Allah agar keluarganya bebas dari lilitan hutang. Doanya ia dapat dari buku doa di Toko Buku Gramedia. Ia berdoa semoga menang lomba skenario tingkat nasional. Ia hanya juara dua, ia merengut karena merasa doanya tidak dikabulkan. Malamnya, ia pulang ke Semarang dengan kereta api bawa tunai belasan juta rupiah..

Tahun 2018, ia mendapat berbagai cobaan penyakit komplikasi. Ia tidak bisa produktif karena selain pensiun dari Suara Merdeka. Ia pun mencoba menulis lagi untuk biaya hidup keluarganya dan biaya berobat bulan depan. 

Semarang Writers Week 2019
Semarang Writers Week 2019

Ia mencoba menulis esai sedikit demi sedikit dan ia memenangkan juara tiga di lomba esai bahasa Melayu di Malaysia. Ia bersyukur bisa menang. Dan itulah ia percaya, tulisan dapat menyelamatkan hidup penulisnya. 

Pak Handry menulis tak hanya karena uang tapi ia merasa Tuhan meminjamkan tangan-Nya untuk menuliskan banyak hal. Kadang ia merasa tak kenal dengan tulisannya sendiri. Ia menjadi mahasiswa psikologi karena ia ingin menulis tentang manusia secara tepat. 

Mengikuti acara Semarang Writers Week, membuat Jumatku semakin bermakna. Kejenuhan berkepanjangan yang melandaku mendapat pencerahan. Mulai saat ini, Aku ingin bersemangat dan fokus untuk menulis naskah buku baruku. Meluruskan niat yang sering berbelok, hehe. Bismillah..

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

26 Comments

  1. Handry TM, senior, guru dan sahabat...kami saling menguatkan satu sama lain, supporting each other dan terus membagi virus menulis.
    Moga sslalu sehat dan produktif ya mas...
    (Nitip doa)

    ReplyDelete
  2. Sama, selalu butuh pemompa semangat tapi nggak kunjung menggelembung semangatnya 🤭

    ReplyDelete
  3. ya Alloh baca kisah pak Handry langsung makjleb mba, berdoa dan berusaha dari menang bisa melamar gadis pujaan sampe bisa ya bebas hutang :) jadi pengen produktif kayak pak Handry

    ReplyDelete
  4. Acaranya jadi memotivasi gt ya.. karena banyak tokoh inspiratifnya.. kerennn.. semangat menulis buku kak dewi...

    ReplyDelete
  5. Mas Vabyo, suka karyanya sejak Kedai 1001 Mimpi karena seru banget cerita pengalamannya. Acara seperti ini pas banget ya mba rasanya ketika kita lagi kurang semangat. Dapat pacuan untuk menelurkan karya lagi jadinya...SEmangat mba

    ReplyDelete
  6. Mak, saya pikir dirimu seharusnya ada di antara nara sumber, mengingat sudah punya banyak karya.


    Mereka hebat-hebat seperti Mak Dedew :*

    Tulisan ini lengkap banget, banyak sekali inspirasi di dalamnya. Keren.

    ReplyDelete
  7. Ayo Dew semangaaat.... *hei lihat diri sendiri :))
    Itu ya misalnya aku jadi ikutan ke tkp, pasti bakalan mewek pas Vabyo cerita tentang pengalamannya ketika terkena stroke dan ditanya dosa apa. Ah benar sekali ya, judgement itu terlalu kejam jika memang kita kepikiran banget dan ga bisa ambil hikmahnya. Belajar banyak nih dari artikelmu ini Dew, thanks yaaa...

    ReplyDelete
  8. Waahh, ada Vabyooo
    Aku ngikutin tulisan2 Vabyo, keren dan quirky emang
    Moga2 next year ada acara satelit Ubud writer festival d Sby
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
  9. Senangnya ya bisa bertemu dengan 4 penulis yang menginspirasi. Pastinya acara ini bisa membangkitkan semangat menulis lagi ya mbak Dew.

    ReplyDelete
  10. wah seneng banget bisa ketemu orang2 keren nan inspiratif di bidang kepenulisan.
    duh aku baru tahu kalo vabyo sempet sakit. aku jg penggemarnya. ga ngeh kalo dia sakit

    ReplyDelete
  11. Penulis yang bijak memang seharusnya begitu. Menulis bukan untuk menghakimi dna berusaha memahami orang lain. Menginspirasi banget acaranya

    ReplyDelete
  12. hwaaa....kereeen kaliii acaranya mba dewww. duuuh pak handry tm itu penulis favoritku zaman sma/kuliah. dulu sering wow gitu kalo baca tulisan pak handry. dan makin wow saat baca kisahnya di sini.

    ReplyDelete
  13. Aku suka tulisan pak Handry sejak jaman masih muda dulu, wartawan juga kayaknya ya mbak. Seru ya ikut kegiatan ini, beneran jadi jumat berkah ya

    ReplyDelete
  14. Acara yang sangat menginspirasi ya Mbak, semua penulisnya memiliki latar belakang yang luar biasa. Wajar aja semua bisa membangkitkan semangat menulis ya Mbak...

    ReplyDelete
  15. Banyak cerita di baliknpenulis yang Kita gak tahu ya mba salut banget mereka menuangkannya di buku kagum dan keren, btuh semangat Juga nih biar tulisan ku jadi sebuah buku

    ReplyDelete
  16. Acaranya kece dan jadi kepengen juga bertemua mereka, aku pun menulis untuk healing. Semangaaatttt!!! Kita psti bisa seperti mereka ya mbak.

    ReplyDelete
  17. jadi penasaran dengan kisah Vabyo dalam tukar takdir. itu rasanya perjuangan sekali yaa..menemukan hidup selanjutnya

    ReplyDelete
  18. Narasumbernya oke nih, penulis yang bisa mmberikan banyak inspirasi ya mbak Dew.

    ReplyDelete
  19. Senengnya mbaaakk... AKu tuh kepengen banget masuk dunia penulis fiksi tapi kok aku gak pede yaaa, blm ada keinginan kuat atau gmn ya hehe.
    Seru banget ketemu penulis yang memberi banyak motivasi dan inspirasi kyk gtu yaaa, moga makin semangat nulisnya ya mabk :D

    ReplyDelete
  20. setuju sekali ya mba, kalo dari menulis itu bisa merubah segalanya, alhamdulillah dari tulisan di blog bisa banyak sekali berkah yang didapat

    ReplyDelete
  21. masyaAllah, keren banget ini acaranya. menghadirkan penulis dengan latar belakang yang beragam dan bisa menginspirasi. Jadi malu nih, saya yang dikarunia "kelebihan" dibanding mereka, masih juga malas menulis

    ReplyDelete
  22. Udah lama nih gak ikutan workshop kepenulisan apalg saat ini semangat menulis lg menurun, hikssss, jd pengen hadir di acara sprti ini lagi, beruntung deh kk dgn smngt nya bisa hadir di writing workshop

    ReplyDelete
  23. Senang banget bisa hadir di acara begini ya mba, jadi bisa memompa semangat untuk menulis buku lagi.

    ReplyDelete
  24. Duh mbak, aku membaca ulasannya serasa mengikuti sesi demi sesi acara writter week ini. Menarik sekali bukunya mbak mirandi, patutlah dia mendapat Stella prize ya.

    ReplyDelete
  25. Ikut bersemangat saat disamping orang2 yang gak mau nyerah pada keadaan
    Makasih Mbak Inspirasinya

    ReplyDelete
  26. Trims Mbak sudah menginspirasi...
    Setuju banget : Writing Can Change Everything

    ReplyDelete
Previous Post Next Post