Dear Teman,
Setiap kita adalah survivor.
Survivor atau penyintas dari berbagai macam hal yang kita alami di dalam
kehidupan ini. Namun, ada beberapa orang penyintas yang mampu selamat dan
bangkit kembali dari kejadian maha dahsyat. Allah Maha Besar ya, Teman.
Salah satunya adalah Brian Clark,
ia adalah survivor atau penyintas peristiwa mengerikan di New York, 24 tahun
silam. Peristiwa yang kerap disebut 9/11. 24 tahun silam, tepatnya 11 September
2001 di pagi hari yang cerah gerombolan teroris menyerang New York, Amerika
Serikat.
Dua pesawat penuh penumpang, dibajak dan diarahkan untuk menerjang Twin Towers, dua menara kembar WTC yang termashyur. Gedung yang menampung ribuan pekerja itu terbakar hebat dan runtuh.
Korban 9/11 memakan ribuan korban
jiwa para pegawai di dua gedung itu dan juga petugas pemadam kebakaran dan
polisi yang bertugas untuk menolong para korban. Ditengah kebrutalan kejadian
itu, ternyata ada banyak orang yang bisa surivive atau berhasil menyelamatkan
diri.
Saat itu, Brian Clark adalah seorang
eksekutif berkebangsaan Kanada di perusahaan pialang Euro Brokers yang
berkantor di lantai 84 Menara Selatan WTC. Pagi itu, sebuah pesawat yaitu United
Airlines 175 menabrak gedung Menara Selatan tepatnya di lantai 78. Ternyata,
itu adalah pesawat kedua.
Sebelumnya, pesawat lain ternyata
sudah menabrak gedung Menara Utara. Kepulan asap memenuhi gedung dan Brian
Clark yang ketakutan berusaha menyelamatkan diri. Brian adalah relawan Fire
Marshal di kantornya. Ia memiliki pengetahuan bagaimana menghadapi bahaya
kebakaran dan memiliki beberapa alat pelindung seperti lampu sorot.
Bersama delapan teman kantornya yang selamat, ia berusaha turun ke bawah dengan tangga darurat. Di perjalanan yaitu lantai 81, ia bertemu dengan rombongan lain yang berusaha naik ke atap gedung. Mereka berdebat pilihan mana yang lebih baik. Turun ke bawah penuh asap, kamu akan mati, ujar seseorang. Akhirnya, beberapa rekan kantornya memilih untuk mengikuti rombongan itu untuk naik ke atap dan menunggu diselamatkan oleh helikopter.
Di tengah perdebatan itu, Brian
Clark mendengar erangan seseorang. Ia terdistraksi. Maka, ketika teman-temannya
ikut naik ke atas, ia mengajak rekan kerjanya Ron DiFransesco untuk mencari
sumber suara erangan di lantai tersebut.
Lalu, bertemulah ia dengan Stanley
Praimnath pekerja Bank Fuji yang terjebak di bawah reruntuhan gedung dan berusaha
menolongnya. Saat itu, ada reruntuhan tembok menghalangi langkah Stanley, tapi
ia berusaha memanjatnya. Berkali-kali, ia gagal tapi tangan Brian dari sisi kain
tembok menariknya dan akhirnya ia berhasil keluar.
Ron DiFransesco terpaksa mengikuti langkah Brian yang memapah Stanley Praimnath untuk turun. Mereka bertiga pun berusaha turun mencari jalan keluar ditengah asap yang menebal memedihkan mata dan membuat dada sesak. Mereka bertiga berteriak-teriak minta tolong.
Saat ledakan terjadi, Praimnath
berada di kantornya. Ia berhasil menyelamatkan diri dengan berlindung di bawah
meja yang penuh reruntuhan bangunan dan selanjutnya ditemukan oleh Brian Clark.
Sayap pesawat itu membelah gedung mereka dan hanya berjarak 6 meter darinya. Sebuah
mukjizat nyata.
Menurut Brian, saat mereka berada di lantai 31, akhirnya jaringan telpon berfungsi dan mereka berhasil menelpon 911. Telepon dari mereka inilah yang akhirnya menunjukkan banyak orang terjebak di lantai itu.
Pukul 9.55, akhirnya mereka berhasil tiba di lantai dasar yang dipenuhi petugas penyelamat. Mereka disuruh berlari sekencang mungkin hingga sejauh dua blok. Stanley Praimnath ketakutan gedung itu akan rubuh sewaktu-waktu, sedangkan Brian yakin kekuatan gedung itu. Tak disangka, beberapa saat kemudian, sekitar lima menit setelah mereka berlari keluar, gedung itu benar-benar rubuh dan menyebabkan ribuan jiwa meninggal.
Mereka bertiga berhasil keluar
hidup-hidup dari Menara Selatan WTC. Tidak seperti rekan-rekan sekantor Brian
Clark yang naik ke atap. Ternyata, pintu atap terkunci dan tidak ada helikopter
penyelamat karena terlalu beresiko. Mereka meninggal semuanya. Hanya 18 orang dari
Menara Selatan WTC yang selamat pada hari itu. Total korban jiwa serangan
teroris saat peristiwa itu adalah 2996 orang. Stanley dan Brian mengatakan bahwa
mereka berdua adalah saudara sedarah.
Kisah Brian dan Stanley hari itu
menjadi kisah yang membahagiakan dan penuh harapan. Menjadi inspirasi bagi
banyak orang pentingnya saling menolong, kesigapan berpikir, dan keberanian
bertindak saat menghadapi suatu ujian kehidupan.
Tragedi 9/11 adalah sebuah
tragedi kemanusiaan yang menyedihkan dan harus selalu menjadi pengingat untuk
selalu waspada akan bahaya yang mengancam di depan kita. Ya, hidup ternyata
memang serapuh itu.
Sumber Tulisan:
https://the911legacy.org/legacy-stories/brian-clark-and-stanley-praimnath-a-9-11-story-of-survival-and-brotherhood/
https://en.wikipedia.org/wiki/Brian_Clark_(September_11_survivor)