Bagaimana Caraku Move On, Bangkit dari Kegagalan di Dunia Penulisan

Dear Teman,

Tahun 2024 lalu, aku mengecap banyak kegagalan di bidang penulisan. Disaat teman-teman sesama penulis buku anak bergantian menerbitkan buku baru, lolos seleksi lomba buku GLN dan menang penghargaan, aku mengalami kegagalan bertubi-tubi.

Aku tak punya buku baru yang terbit, gagal lolos seleksi beberapa ajang penulisan buku anak. Pokoknya nyesek deh melihat foto-foto keseruan teman-teman bertebaran sedang di acara Bimtek Kepenulisan di Jakarta dan beberapa kota. Sedangkan aku tak bisa ikut serta.

Rasanya, terpuruk.

Bagaimana Caraku Move On, Bangkit dari Kegagalan di Dunia Penulisan

Apalagi, aku menyiapkan ikut ajang lomba ini sepenuh hati. Mencari ide, riset pustaka dan internet, hingga begadang menuliskannya. Tapi, aku gagal. Rasanya, nyeri hati ini. Ada pikiran ingin berhenti menulis cerita anak dan keluar dari komunitas penulis buku yang kuikuti selama ini. Sepertinya, ini saatnya aku pensiun dini? Ideku kalah jauh dari penulis-penulis muda yang baru muncul.

Belum lagi, dunia blog juga sedang tidak baik-baik saja. Eksistensi blog yang tersohor selama beberapa tahun belakangan ini mulai tergeser dengan media sosial seperti Instagram dan Tiktok. Konon, orang-orang tak lagi suka membaca tulisan panjang. Mereka lebih memilih short video dengan caption pendek di media sosial.

Membaca 700-1000 kata? Ah, malas!

Kini, pihak brand tidak lagi mengundang blogger sebagai tamu di acara peluncuran produk mereka. Para influencer media sosial lebih banyak menyemuti berbagai acara. Blogger pun banyak yang beralih menjadi influencer di media sosial dengan akun medsos yang sejak dulu mereka punyai. Banyak juga yang memilih jadi Youtuber dan affiliator. Blog mereka pun mulai berdebu. Bahkan ditinggalkan begitu saja.

Aku pun merasakan dampak ini. Dari empat blog, kini hanya tersisa dua blog yang aku kelola yaitu dewirieka.com dan ruangaksaraku.com. Rasanya sedih ketika aku terpaksa harus merelakan dua blogku yang niche-nya spesifik dan cukup bagus domain authority-nya. Tapi, perubahan adalah suatu keniscayaan. Tak ada yang abadi, bukan di dunia ini?

Bagaimana caranya agar bisa move on dari kegagalan demi kegagalan yang dialami tahun lalu? Aku belajar dari Mamaku yang tangguh, menerima kegagalan dengan lapang dada.

Hm, kurasa caranya ya dengan tetap melangkah. Ketika satu pintu tertutup, maka akan ada pintu-pintu kesempatan lain yang akan terbuka untukmu. Apa yang memang untukmu, takkan luput darimu. Kegagalan memang menyakitkan. Tapi, ya harus belajar untuk menerima dengan lapang dada, kata Sheila On 7 juga kan?

Bagaimana Caraku Move On, Bangkit dari Kegagalan di Dunia Penulisan

Ya, tak ada jalan lain untuk sukses selain mampu move on dari kegagalan yang menyakitkan dan terus belajar hal-hal baru di dunia ini.

"Kegagalan adalah jalan memutar; bukan jalan buntu."

-Zig Ziglar

Syukurlah, namanya blogger dan penulis ya terbiasa cepat beradaptasi dengan perubahan. Dulu, kita hanya fokus menulis blog berupa curhat pengalaman pribadi, lalu zaman berubah kita harus mumpuni menulis artikel SEO agar bisa mendatangkan banyak pembaca. Terus, blogger harus punya akun media sosial yang aktif mulai dari IG, X hingga Tiktok sebagai sarana promosi blog kita.

Perubahan yang begitu cepat ini cukup melelahkan untuk diikuti. Mulai dari metode SEO yang berubah-ubah sesuai algoritma Google, bagaimana mengelola media sosial agar kontennya berkualitas dan engagement-nya bagus. Tapi, jadi emak blogger memang kudu strong.

Menjadi penulis buku anak pun begitu. Dari tugas penulis ya awalnya hanya menulis dan mengedit naskah agar kinclong, terus ada tuntutan penulis harus bisa public speaking. Kemudian berkembang kini harus ikut aktif berpromosi dan menjual buku-buku kita baik secara daring dan luring.

Apa yang kulakukan?

Ya, aku berusaha move on dari kegagalan masa lalu. Aku perbanyak rasa syukurku. Aku bersyukur tahun lalu bisa menulis dua novel anak setelah lama vakum. Walaupun, akhirnya kedua naskah novel itu gagal menang. Aku bangga pada diriku yang mampu melawan kemalasan, rasa tak mampu, dan kembali berkarya.

Setelah kalah lomba novel, aku ikut kelas dari juri ajang lomba itu yang membahas tentang kelemahan naskah-naskah yang dikirim ke lomba. Aku jadi tahu apa kelemahan naskahku dan bisa merombaknya agar lebih kinclong. Tak ada naskah yang jelek, hanya belum bertemu jodohnya saja.

Aku pun mulai mengembangkan sayap. Mengetuk pintu peluang lain.


Bagaimana Caraku Move On, Bangkit dari Kegagalan di Dunia Penulisan

Bagaimana Caraku Move On, Bangkit dari Kegagalan di Dunia Penulisan

Bagaimana Caraku Move On, Bangkit dari Kegagalan di Dunia Penulisan

Saat ini, aku belajar menulis novel online di aplikasi dengan lebih serius. Mempelajari bagaimana teknik penulisannya yang berbeda dengan menulis novel cetak. Aku belajar bagaimana mempromosikan ceritaku agar pembacanya banyak. Tidak mudah, tapi seru untuk dijalani. Belajar hal baru, memulai dari awal. 

Zaman kian berkembang. Kini, AI memasuki kehidupan kita. Blogger dan penulis pun harus belajar lagi. Bagaimana agar Chat GPT dan tools lainnya bisa mendukung proses kreatif kita sebagai penulis dan bukannya malah merebut pekerjaan kita.

Media baru penunjang pekerjaan kita pun bermunculan.

Kini, penulis dan blogger bisa berjualan produk digital di web seperti Lynk.id. Kita bisa langsung menerbitkan dan menjual sendiri buku-buku kita. Sebuah era baru untuk pekerja kreatif terutama penulisan yang kini tak lagi mengandalkan penerbit tradisional ataupun aplikasi buku online untuk menerbitkan karya. Kita bisa langsung memasarkan karya kita.

Ada Canva dan teknologi AI yang memungkinkan kita bisa membuat ilustrasi sendiri dengan prompt yang kreatif. Luar biasa ya perkembangan saat ini?

Ya, ketika aku kalah lomba menulis, aku mencoba mencari jalan lain.

Aku menjajal membuat buku digital tentang pengalaman mengajar anak menulis, menjajal platform novel online, belajar membuat prompt menarik untuk membuat ilustrasi dari AI. Ya, aku terus melangkah, terus berkarya. Kegagalan memang menyesakkan. Tapi, aku yakin akan ada kejutan manis untukku di masa depan berkat kegigihanku saat ini, aamiin.

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

Post a Comment

Previous Post Next Post