Ketika Menulis Jadi Penyelamatku

Halo Kawan,

Beberapa waktu lalu, aku menuntaskan baca ulang buku kedua dari tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa. 


Aku tergerak dengan kata-kata Nyai Ontosoroh, pengusaha perempuan berdarah Jawa pada menantunya, Minke tentang menulis. 




Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun, karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi sampai jauh, jauh di kemudian hari.


Ya, menulis untuk keabadian.

Itulah yang puluhan tahun dilakukan oleh penulis Bumi Manusia, sastrawan legendaris Indonesia, Pak Pram. Beliau telah menulis sekitar 50 buku dan sudah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa asing. 


Karyanya yang paling fenomenal, tetralogi Bumi Manusia bahkan ia susun saat berada di pengasingan Pulau Buru. Jilid pertama Bumi Manusia beliau tuturkan secara lisan kepada sesama tahanan politik karena di sana beliau dilarang menulis.  


Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.


Begitu kata-kata beliau. Betapa beliau tak ingin hilang jejaknya dari muka bumi. Ucapannya pun terbukti, 14 tahun berselang sudah beliau pergi meninggalkan kita, karyanya masih terus diselami oleh pembacanya. 


Baca Juga: Sukses Menjadi Penulis Biografi


Bahkan, kemudian Bumi Manusia diangkat menjadi film sehingga generasi muda Indonesia penasaran akan karya beliau dan mulai membaca karya-karya penulis kelahiran Blora, 6 Februari 1925 ini. 


Ya, aku ingin sekali seperti beliau, menuliskan karya yang bermanfaat untuk pembaca. Karena tulisan yang bermanfaat, ilmu yang bermanfaat, akan menjadi amal jariyah bagi penulisnya. Pahalanya akan terus mengalir walaupun penulisnya telah tiada. 


Menulis adalah penyelamatku


Mengapa tergerak menulis?

Awalnya karena memiliki gairah, ingin  seperti penulis idolaku yang karyanya terpajang di toko buku. Aku pun mulai terpacu lebih giat menulis saat SMA. Walaupun puluhan cerpenku ditolak media massa dan surat penolakannya menjadi koleksiku. Huhu. 


Saat kuliah, aku sering mencantumkan Penulis pada kolom pekerjaan saat mengisi formulir apapun. Walaupun harus tergagap dan gelagapan saat ditanya orang, karyamu yang sudah terbit apa? Hahaha. 


Bagaimana tidak, saat itu tulisanku baru berupa cerpen dan puisi tersimpan manis di laptop.  Penulis apaan, Dew?


Baca Juga: Writing For Healing


Menulis Jadi Penyelamatku


Sungguh tak kuduga, menulis jadi penyelamatku saat lulus kuliah dan aku tak kunjung dapat pekerjaan. Ratusan amplop lamaran telah kusebar, berbagai wawancara hingga pelosok kampung kuikuti tapi tak kunjung dapat pekerjaan. Sekitar setahun menganggur dan hanya di rumah saja membuatku stres.


Alhamdulillah, aku punya kegiatan menulis. Benar-benar kegiatan yang menenangkan. Ya, Untuk mengisi waktu, aku pun menulis berbagai cerita pendek dan dikirimkan ke majalah. Jadi, sambil mengirim surat lamaran aku juga menyebar amplop cokelat berisi tulisanku. 


Tak disangka, satu-persatu tulisanku dimuat. Cerita pendek dan esaiku terpampang di Femina, Bobo, Kompas Anak dan media lainnya. Membahagiakan sekali melihat tulisanku terpajang di lembar majalah yang baru dicetak. Apalagi ketika aku mendapat email dari pembaca tulisanku. Hanya satu kata, bahagia!


Halo, aku baca tulisanmu di Gado-Gado Femina. Berkatmu, Aku jadi semangat belajar Bahasa Inggris lagi padahal tadinya aku sudah patah semangat. Terima kasih, ya! Semangat menulis, kutunggu tulisanmu!


Sejak itu, aku pun bertekad menjadi penulis. 

Saat menjadi karyawan di sebuah perusahaan Jepang, ketika mengundurkan diri dari kantor dan mengikuti suami pindah ke kotanya, saat sakit agak lama, hingga kini tinggal di sebuah kota kecil dan memiliki dua anak beranjak ABG, aku tak pernah berhenti menulis. 


Menulis adalah nafasku. Aku adalah penulis dan ingin terus menulis. Aku ingin terus belajar dan meningkatkan kemampuanku agar bisa berkarya lebih baik lagi. Terutama, aku ingin belajar menulis fiksi yang mampu menyentuh hati banyak orang. Rasanya kemampuanku merangkai kata masih sangat biasa. Semoga ada kesempatan ikut pelatihan dan berguru pada Mbak Leila, aamiin!


Semangat, Insya Allah kelak aku mampu menghasilkan karya yang menghibur dan bermanfaat bagi pembaca, aamiin! Bagaimana dengan kalian? Ayo, menulis sekarang juga!









X
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

33 Comments

  1. Wah ternyata itu sekelumit perjalanan menulis mbak Dedew ya. Salut banget sekarang karya mbak udah banyak ya, ada yang udah diangkat jadi film juga. Aaaak kagum. Saya kapan ya? Huhuhu.

    Terus berkarya mbak :D

    ReplyDelete
  2. Duuuh kalo mba rieka sih tulisannya aku udh sukaaaa sejak nerbitin anak kos dodol mbaaa. Itu bacaan favoritku mbaaa :D. Pernah pas di opnam di RS gara2 typus, aku minta dibeliin novel apa aja Ama pak suami. Dia beliin itu. Ya ampuuuun ngaakaaaak :D. Kayaknya itu salah satu obat aku jd cepet sembuh :D.

    Aku suka banget membaca, tp memang blm kepikiran utk menulis buku. Palingan hanya blog :). Itu aja udh seneeeeng mba. Menulis memang obat stress kok. Terbukti banget. Mood ku LG jelek, tp kalo aku obatin dgn menulis, bisa lgs membaik. Makanya sejak zaman sekolah aku udh mulai rutin nulis diary. Dan berlanjut ke blog :)

    ReplyDelete
  3. aku bacanya kayak dikasih setrum gitu ya, mba segigih itu menulis, meski sering ditolak cerpennya, saya doakan mba semoga suatu hari jadi penulis hebat yang menginspirasi banyak perempuan lain. saya lagi belajar menulis juga, semoga semangat aku segigih mba ya, tulisannya memberikan aku semangat baru, bahwa yang berjuang itu bukan saya saja tapi banyak orang lain juga

    ReplyDelete
  4. Eh, pernah sakit agak lama? Sakit apa? Dan tetap nulis ya?
    Wah mantap nih... Tetap produktof sesuai passionnya yaa, Dew.

    Kamu panutanku!

    ReplyDelete
  5. Kalau aku dulu terpaksa nulis dan jadi terbiasa. Dulu kan gak punya buku, jadi kudu bikin rangkuman buat belajar. Eh malah sampai sekarang nulis. Alhamdulillah banget

    ReplyDelete
  6. Perjuangan yang tanpa mundur. Aku menulis cerpen dikirim ke surat kabar terus ditolak, aku jadi malas kirim-kirim lagi.

    Tetap semangaat ya, Mbak. Dan tetap produktif.

    ReplyDelete
  7. Sebagai pengunjung setia blog Mbak Dew, aku tahu banget gimana passion menulisnya. Bangga deh pernah bertemu, kerja bareng, dan kumpul di beberapa group WA. Mendoakan dari jauh Mbak, semoga jari-jari dan imajinasinya selalu menemukan bahan untuk ditulis. Amin

    ReplyDelete
  8. Mental penulis hebat sudah mbak miliki sejak belia. Meski tulisan yang dikirim belum dimuat, tetap mau berkarya dan tak putus asa.
    Semoga menang lomba blognya ya mbak

    ReplyDelete
  9. Masya Allah ... menulis memang bisa jadi penolong dalam kehidupan Mbak Dew. Saya pun merasakannya. Keren sekali inspirasi dari ceita ini ... sejak mahasiswa memang sudah aktif menulis.

    ReplyDelete
  10. Aku baru nonton tuh Bumi Manusianya mbak, jadi penasaran sama bukunya, soalnya belum pernah baca, tapi suamiku udah katanay dulu. Niatkan menulis yang bermanfaat walaupun sedikit ya

    ReplyDelete
  11. Wow, berjuta rasanya ya Mbak Dedew, tulisan mbak lolos dan terpampang nyata di majal2h ternama. Memang kalau sudah haobi pasti dilakoni apapun tantangannya. Btw aku nonton nih Bumi dan Manusia. Gemes sama ceritanya. Lumayan 2 jam fokus duduk manis di bioskop. AKu suka.

    ReplyDelete
  12. Mba Dedew, aku padamuuuuu...!
    Bener Mbaaa, menulis itu bener2 self-healing.
    Bismillah, semoga makin semangaaattt kitaaa

    ReplyDelete
  13. Sama mbak, menulis bagiku adalah healing, terlepas dari apapun itu istilah di dunia blogging, menulis ya menulis aja, membahagiakan

    ReplyDelete
  14. Teteh makasi semangat nya. Semoga aku bisa meneladani dan bisa praktik menulis lagi 🥰 kangen nge fiksi.

    ReplyDelete
  15. Menulis itu memang bisa jadi semacam terapi ya, mbak? Kalo saya awalnya suka menulis karena saya susah ngobrol sama orang, lebih gampang kalo diungkapkan lewat tulisan. Selain itu juga buat pengingat karena saya gampang lupa anaknya. 😅

    ReplyDelete
  16. Membaca n menulis membuka wawasan yaaa mba. Kt jd blh pinter hihihi. Btw ttg tulisan aku jd inget film Shawsank Redemption, ttg org yg dipenjara krn dituduh bunuh istri n pil. Padahal bkn dia yg bunuh.

    Trs di penjara dia bantu sipir dll unt belajar n ngurusin urusan perbankan. Akhirnya dia bkn rekening n identitas baru. Dia kabur dr penjara n hidup sbg org baru.

    ReplyDelete
  17. MashaAllah~
    Aku jadi makin semangat menulis, kak...
    Tulisan ini sangat menginspirasi.

    Tapi, aku belum bisa menulis fiksi. Rasanya bebannya lebih berat yaa..

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah mba. Sampai sekarang aku masih bersemangat untuk menulis. Segala karya terbaik masih tetap di upayakan :)

    ReplyDelete
  19. Karya Mbak Dedew mah gak diragukan lagi. Sudah banyak dong!
    Semoga tetap terus berkarya, Mbak

    ReplyDelete
  20. Saya senang menulis. Tetapi, baru sebatas di blog. Belum kayak Mbak Dedew, nih. Malah pertama kali saya tau Mbak Dedew ya sebagai penulis Anak Kos Dodol. Ternyata aktif menulis di blog juga :)

    ReplyDelete
  21. Keep fighting Mb. You born to be writer. I hope you always healht and happiness. Be good and inspiratif Writer ya Mba

    ReplyDelete
  22. Saya juga pingin nulis novel mbak, tp teralihkan sama blog, manajemen waktunya belum oke huhu...

    ReplyDelete
  23. Menulis untuk keabadian. Kalimat ini pertama kudengar dr dosen sewaktu kuliah dulu. Dan jujur saat itu cm zonk lewat doang dengernya. Las jadi IRT full time baru nyadar kalau berekspresi dg menulis adalah healing version terbaik.

    ReplyDelete
  24. Masyaallah menulis sebagai terapi jiwa ya Mba. Mungkin waktu itu belum dpt pekerjaan selepas kuliah supaya mba ada waktu untuk menemukan passion ya.

    ReplyDelete
  25. Belum pernah nonton Bumi Manusia, belum baca bukunya juga. Padahal ada nih di rumah, punyanya kakak. Jadi pengen segera baca dan selesaikan nih garagara baca postingan Mbak Dew ini~

    ReplyDelete
  26. Bener Mbak. Mendapat sapaan dari pembaca kita via email itu rasanya sesiatu bnaget ya. Terus membekas dan membuat bahagia. Bahkan ketika otu berlalu dan menjadi kemangan, sekadarwngingatnya saja tetap membuat bahagia.

    ReplyDelete
  27. MashaAllah~
    Senang sekali yaa..kak, karena menulis menjadi hobi yang ditekuni dan malah menghasilkan.
    Prestasi demi prestasi diraih, semoga semakin membumbung tinggi hasil karyanya dan bisa menginspirasi banyak orang.

    ReplyDelete
  28. barakallah dan pasti bahagia ya mbak tulisannya lolos, selamat yaaaa semoga selalu menebarkan tulisan yang indah dan bermanfaat, aamiin.

    ReplyDelete
  29. Masya Allah mbak Dedew. Salut sama perjalanan hidupnya bersama dunia kepenulisan. Karyanya juga ga kaleng-kaleng nih mb Dedew

    ReplyDelete
  30. Teteh bimbing selalu ya Teh. Jangan bosen kalau aku curhati minta tips wakakka. Aku padamu Teh, idola dalam. Berkarya.

    ReplyDelete
  31. Aku pun memanfaatkan nulis untuk self healing Mak. Asli deh, kalo udah kelar nulis tuh rasanya lebih plong dan adem. Saat beraktivitas kembali, aku ngerasa semuanya jadi lebih tertata dan nggak grusa grusu.

    ReplyDelete
  32. Dulu pernah punya pacar yang suka komplen kalo telfon atau ketemu katanya saya cenderung cuek dan diem...

    Tapi kalau nulis bisa panjang haha...
    Awalnya sering nulis puisi di Wattpad, smapai akhirnya berkembang dan punya blog Dirga id

    Suatu saat pengin banget nulis novel dan punya buku sendiri, entah kapan hati bisa tergerak buat nulis novel

    ReplyDelete
  33. Semangat! Hihihi
    Saya juga sudah banyak sekali merasakan manfaat dari menulis. Baik manfaat secara psikis maupun material. Alhamdulillah, hobi yang satu ini memang banyak manfaatnya

    ReplyDelete
Previous Post Next Post