Bertemu Eyang NH Dini di Nglaras Roso, Ungaran :)

Dear Temans,

Happy banget ketika dua bulan lalu, tepatnya Bulan Juni dicolek oleh Artie Ahmad, Penulis unyu asal Salatiga yang kerap bikin aku kagum karena keuletannya berkarya di sela-sela kerjaannya di pabrik, yang sistemnya shift. jadi, ketika ada penulis baru yang manja, biasanya kubilang kenalan gih dengan Artie. Keren dia. Aih, jadi membahas Artie, nanti dia ge er haha. Apa pasal Artie mencolekku? Soal bertemu NH Dini!

bertemu idola Eyang NH Dini
Kenapa Artie nyolek daku?
Ternyata, dia merespon komenku pas dia pasang foto welfie bareng Ibu NH. Dini di FB.
"Yaah, kok nggak ngajak-ngajak?"
Hehe. Anak sholehah...

Beberapa tahun lalu, Bu NH. Dini sasatrawati terkemuka Indonesia yang punya nama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin pernah menetap di Panti Wreda Ungaran dan kami dari IIDN Semarang kalau nggak salah pernah mengontak asistennya untuk minta ijin mengunjungi beliau. Sayangnya, saat itu jadwal beliau wara-wiri ke Jakarta full. Kami gagal menemui beliau.

nggak lupa foto bareeng

Pucuk dicinta ulam tiba, Artie yang akrab dengan Bu Dini mau mengajak dakuw ketemu dengan beliau!
Gyaaa...mimpi apa dakuw semalam? Bisa bertemu Eyang NH Dini di Ungaran!

Maka ditetapkanlah tanggal 06 Agustus. Bu Dini bersedia bertemu di Ngalaras Roso.
Dan dakuw boleh mengajak beberapa teman, penggemar beliau untuk mengobrol bersama.
Jadilah, woro-woro dan terkuak kalau Winda Oetomo dan Mbak Dian Nafi, adalah member FBND!
Fans Berat NH Dini! Hihihi...

Winda langsung mengirimiku foto koleksi buku-buku NH Dini punyanya lho. Hihihi. Ternyata bejibun di rak buku  nan rapi arsitek keren ini. Wow, pasti Bu Dini bakalan terharu melihat kadar kecintaan Winda padanya, hihi.

Jadi, Bu Dini yang tahun depan memasuki usia 80 tahun ini mengajukan beberapa permintaan. Beliau ingin yang bertemu dengannya adalah pembaca yang membaca karyanya, jadi bisa berdiskusi lebih enak.
Terus apa lagi ya permintaan beliau? Oh, jangan bawa bocah biar lebih konsentrasi mengobrol.

Hihi, iya juga sih, bawa Alde berarti ketemuan sambil lari-lari mengejar bocah itu. Capeek!
Oh iya, disuruh bawa buku terbarunya juga Dari Ngaliyan Ke Sendowo yang terbit tahun ini. Oke!
Kita mah syarat apa saja hayoo, demi bisa bertemu penulis kesayangan hihihi...

Bisa bertemu beliau merupakan kesempatan emas, durian runtuh, karena walaupun sudah sepuh, kesibukan beliau bikin geleng-geleng. Diundang mengisi seminar sastra, workshop ini itu dan banyak lagi. Dan kini beliau bersedia menemui kami secara pribadi? Gyaaa...

semoga tulisanku bisa sekeren beliau aamiin

Hari H, beberapa jam sebelum jadwal bertemu, aku sudah siap-siap.
Beberapa hari sebelumnya juga sudah kontak-kontakan dengan Artie. Akhirnya, The Day! Kamu menunggu hari ini selama dua bulan hihi. Apalagi Winda yang menghitung hari. H-7, H-3, hehe.
Pas aku menunggu di BRT, Artie sms kok nggak ada yang nongol?

"Lho, Winda dan Mbak Dian Nafi sudah nongkrong dari tadi lho."
"Nggak ada, Mbak. Ini Nglaras Roso Ungaran lho."
Doeeng!

Gimana nggak panik, Bu NH.Dini sudah duduk manis di Nglaras Roso Ungaran dan kami berlima menuju Nglaras Roso Semarang! Terhuyung-huyung deh eyke. Aduh, kok bisa salaah?
Yup, ternyata, Nglaras Roso, restoran ini punya tiga cabang di Semarang.

IIDN Semarang pernah kopdar di Nglaras Roso jadi pikiran tuh langsung kesana.
Padahal, Artie menyebut Ungaran. Dan aku sebagai warga Ungaran selama 8 tahun nggak ngeh ada Nglaras Roso! Wkwkw..

bersama winda artie dan mba dian nafi

Langsung, aku menyetop taksi dan menyuruh bapaknya ngebut.
Adrenalline rush. Mana Artie beberapa kali WA.
"Bu Dini nggak mau menunggu lho, Mbak."
Huaa...kebayang deh Bu Dini marah. Hiks.

Ah, pokoknya ke Nglaras Roso dulu, mau beliau dah balik. Yang penting mencoba.
Alhamdulillah, lalu lintas nggak padat. Pak supir ta' suruh ngebut ala-ala pembalap.

Pukul 12.00 dakuw tiba di TKP, langsung sungkem.
"Maaf ya Eyaang.."
Alhamdulillah, beliau masih duduk manis bersama Artie, hiks.
"Kok bisa salah, berarti kurang perhatian.." kata beliau.
Glek. Itu yang sering dikatakan Bapakku karena aku sering kehilangan ATM dan barang lain yang terselip.

Tak lama, Winda dan Dian Nafi datang dengan ngos-ngosan.
Mak Winda ternyata ngebut dari bawah dengan mobilnya. Seumur-umur barusan jadi pembalap ya, Mak! Sayang, Mak Uniek dan Mbak Wati nggak bisa menyusul karena harus ngantor lagi. Maaf ya, teman-teman.

"Ayo makan dulu. Eyang sudah selesai."
Hua, beliau makannya cepat ya..
Winda langsung mengeluarkan tumpukan bukunya.
Eyang Dini yang terlihat sulit di buku-bukunya, ternyata orangnya ramah dan hangat.
Beliau memiliki ingatan filmis, jadi bila teringat suatu hal, maka peristiwa itu akan muncul bak film di benaknya. Ia akan ingat detil kejadian, apa yang dipakainya, apa yang terjadi.

"Itu berkat dari Tuhan," ujar beliau tentang kelebihannya itu.

tandatangan sambil ngobrol seru
Walaupun begitu, ia terbiasa mencatat segala sesuatu yang terjadi padanya setiap hari. Buku catatannya masih tersimpan rapi lho. Kalau membutuhkannya untuk bahan tulisan, ia akan membuka-buka arsip itu lalu meramunya dalam tulisan. Wah, kalau zaman sekarang, Ibu Dini tuh blogger andal, kali yaa. Hehe.

Winda, Artie dan Mbak Dian berdiskusi tentang buku-buku beliau dengan asyik.
Ternyata, Artie bisa berkenalan dengan Eyang karena beberaap waktu lalu, ia menulis surat pada Eyang dan beliau membalasnya. Sejak itu, mereka sering bertemu dan klop. Sampai-sampai, Winda mengira Artie cucu beliau hehe. Iya, vibrasi mereka berdua klik banget ya.

Tentang diskusi mereka bertiga, Aku nggak sepenuhnya paham karena walau membaca banyak bukunya, aku tidak mendalami dengan detil seperti ketiga temanku ini, hihihi. Tapi, aku terkesan betapa beliau selalu bersyukur atas apa yang diberikan kepadanya. Juga betapa beliau menghargai teman-temannya. Walau menurut beberapa sastrawan, buku Ibu Dini menunjukkan kemarahan pada lelaki, hehe.

"Rasa syukur Bu Dini yang besar, bikin aku belajar banyak dari buku-buku Ibu." Kata Dian Nafi.
"Saya belajar menjadi ibu yang baik dengan membaca buku-buku Ibu," tambah Winda, yang bercerita betapa telaten Bu Dini mengurus anak-anaknya, memasak, membawakan bekal homemade dan banyak lagi. Wow.

Pembicaran ngalor-ngidul, mulai dari kabar tokoh-tokoh dalam buku Bu Dini, soal bukunya yang tiba-tiba dicetak tanpa persetujuan beliau hingga resep jitu membuat sambal bajak. Hehe, random banget ya tapi asyik. Ibu Dini ternyata jago memasak. Baginya, membuat masakan itu seperti meramu tulisan, tambahkan sedikit bahan A, masukkan bumbu B, jadilah masakan dan tulisan yang sedap.

Penulis best seller kelahiran Semarang 29 Feb 1936 ini, bercerita tentang rumitnya mengerjakan terjemahan buku peraih Nobel Sastra, Albert Camus.

"Saya menerjemahkannya tidak perkata, tapi harus mendalami maknanya."
Glek. Sebuah buku yang dakuw pun tidak sampai membacanya karena rumit hahaha.

Pierre Louis Padang Putra NH Dini (Foto:kapanlagi.com)
Ya, hingga saat ini beliau masih berkarya. Penulis Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), dan Namaku Hiroko (1977) yang hingga kini masih dicetak ulang ini, tinggal di sebuah panti wreda di Semarang. Kebanyakan buku Eyang menceritakan pengalaman hidupnya yang kaya dan bermakna, mulai dari masa kecil, ketika ia jadi pramugari, menjadi istri diplomat di beberapa negara, lalu kembali tinggal di Indonesia.

Subhanallah, Beliau nampak sehat dan bersemangat.
Hanya tidak bisa terlalu lama duduk, harus sering berbaring karena vertigo.
Berita yang akhir-akhir ini beredar kalau beliau sakit hingga tak mampu berkarya ternyata salah. Terus-terang, miris membaca berita-berita online tentang beliau. Beliau dikabarkan hidup susah, sedangkan anaknya yang sutradara Minion mengecap kesuksesan.

Alhamdulillah, beliau sehat, dalam keadaan happy dan aktif berkarya. Kekuatan dan semangat merangkai kata inilah yang membuat pikiran beliau tetap tajam dan cemerlang di usia senja.

Kami lalu berfoto-foto dan mengobrol banyak.
Tidak bisa lama-lama, karena pukul 15.30, beliau harus menghadiri disertasi seorang Mahasiswa pasca sarjana tentang novelnya. Wow. Menurut Artie, jadwal Eyang padat hingga Oktober. Juga akan pergi ke pameran buku internasional di Frankfurt Jerman.

Terima kasih, Eyang.
Semoga sehat selalu ya Eyang, agar kami bisa membaca lebih banyak lagi karya cemerlangmu.
Semoga bisa beretemu lagi dan kami diajarkan bikin sambal bajak dan spageti. Terima kasih banyak ya Artie, sudah memberikan kami hari yang begitu indah.


Sumber Foto:
Winda Oetomo dan Artie Ahmad








Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

35 Comments

  1. Aaa aku sejak sma suka baca buku2 beliau

    ReplyDelete
    Replies
    1. toss..aku banyak baca bukunya dari perpus..mau koleksi sudah agak susah carinya..

      Delete
  2. Wah... Selamat ya bisa temu ngobrol dengan beliau. Lama lagi keknya. Dulu pngen ketemu dengan pnulis idola aja harus ikut workshop penulisan. Itu pun ketemua pas sesi latihan doang hahaha...
    Oya mbak. Follback Google+ ya hhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, iyaa, rejeki banget bisa private kopdar dengan bu Dini hehe...siip ntar kufolbek yaaa...

      Delete
  3. Replies
    1. Alhamdulillah say, next time moga bisa ikut yaa....

      Delete
  4. Duh beruntungnyaaa bisa bertemu dengan penulis kondang macam eyang. Pasti bannyak ilmu yg bisa diserap. Akan jadi kenangan yg tak terlupakan ya mbak apalagi ada insiden salah tempat pula. Hihihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mba hihihi, ngga nyangka juga, deg2an pisan salah lokasi..

      Delete
  5. Kalau gak lihat fotonya, aku lupa kalau NH Dini sudah sepuh...karya-karyanya awet muda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mba, baca bukunya ngga ketinggalan zaman, berkembang terus..long lasting..

      Delete
  6. i feel soo lucky, mak Dew. Tengkiu very-very much!! ^^

    ReplyDelete
  7. Wah senengnya ya mbak bisa ketemu penulis sekaliber nh. Dini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mba ria, berkat artie ahmad hehe....

      Delete
  8. kepo deh Dedew,
    gimana caranya bisa menghadirkan beliaaaauuuuuuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. gara-gara teman dengan artie mba tanti, mereka berdua akrab banget

      Delete
  9. Baru tahu kalau sutradaranya Minion putranya Eyang NH Dini. Pas kemarin pas ke Gramedia lihat bukunya NH. Dini dari Ngaliyan ke Sendowo. Dilist buat di beli ah..

    ReplyDelete
  10. Hah...jd keinget dulu pernahga sengaja ketemu di kliniknya dr.Lewie. mikir2 ini sapa kayanya famuliar dan setelah balik baru nyadar itu NH Dini.... bodoh bgt ga sih :(

    ReplyDelete
  11. waaah...saya juga pembaca buku buku eyang...alhamdulillah eyang NH Dini masih sehat ya..semoga panjang umur..klu ketemu lagi kirim salam ya mak

    ReplyDelete
  12. wah ketemu NH Dini jadi inget anaknya yang bikin minion :)

    ReplyDelete
  13. waah ternyata udah sepuh juga masih aktiv ya... keren

    ReplyDelete
  14. aahh..jadi inget jaman smp dan sma selalu mengulas bukunya nh dini
    tetep aja masih semangat menulis yaa..

    aahh kapan poto bareng mak dedew uuy

    ReplyDelete
  15. kereeeen bangeeet mba bisa ketemua salah satu penulis legendaris...aku masih suka baca buku beliau lhooo

    ReplyDelete
  16. beliau itu legend, ya. Semoga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan :)

    ReplyDelete
  17. Ayo mbak, ngajak ketemuan beliau lagi, ngobatin lara hatiku, huehuehueee

    ReplyDelete
  18. Kok malah jadi pengen ketemu mbak Artie... #lho
    Pengen belajar management waktunya mak... xixi

    ReplyDelete
  19. Beliau berpikiran praktis sekali ya, tinggal di panti wreda kalau nyaman sebenarnya kayak di penginapan aja, drpd sendiri dirumah & harus bersih2 semua ruangan yg kosong. Media aja yg lebay. Besok2 lagi kudu matang persiapannya ya heheee, orang2 "lama" seperti beliau biasanya memang disipin & tegas.

    ReplyDelete
  20. aku belum pernah baca buku-buku nya eyang NH Dini mba soal nya aku kurang suka baca-baca seperti novel atau comik :)

    ReplyDelete
  21. Makdew, malah lebih hapal Semarang daripada Ungaran yak hehehe. eren banget ya Eyang Dini moga aku kalo udah tua tetep produktif juga seperti beliau aamiin

    ReplyDelete
  22. Waah produktif sangat ya beliau ini .... saluut.

    Saya pertama kali tahu nama beliau ini dari majalah2 Kartininya ibu saya (thn 80-an) dan kalo ndak salah, ibu saya punya satu atau dua novelnya.

    Itu bisa salah tempat .... yang mestinya ke Ungaran, malah ke Semarang ... waduh, mana beliaunya tidak mau menunggu ..... wiiih pasti menegangkan ya. Asli bikin dumba'-dumba' :D

    Trus yang katanya, "kurang perhatian" .... hihi jadi ingat seseorang yang sangat sensi. Apa2 dikaitkan dengan dirinya. Kalo ndak ke-tag, dia katakan karena dirinya tidak pentinglah *haduh*. Untungnya ibu NH Dini tidak mengatakan, "berarti saya ini tidak penting ya" ..... :)

    Aih pengalaman keren ini .... jarang2 bisa bertemu dengan seorang maestro seperti beliau.

    ReplyDelete
  23. Terakhir ketemu NH Dini empat tahun lalu sih. Alhamdulillah kayaknya beliau masih sehat :D

    ReplyDelete
  24. Wuih...senangx yg ketemu the living legend, NH. Dini 👍
    Btw, dulu karena cuman tau namax, saya pikir NH.Dini itu laki2 😁

    ReplyDelete
  25. Saya tesa mahasiswi bahasa Indonesia,
    Mbak kapan2 kalau ketemu dengan bliau ajak ya, saya ngfans banget sama bliau, boleh minta akun sosmed mbak? Trimakasih banyak
    Salam kenal

    ReplyDelete
  26. Wuih, beruntung banget bisa ketemu personal. Berarti Mb Artie sudah sangat akrab dengan Bu Dini. Denger-denger sih Bu Dini gak mau ditemui kalo cuma heboh-hebohan minta foto bareng & tanda tangan kaya fan ketemu artis.

    Saya baca karya beliau sejak SMA, salah satu penulis idola. Mudah-mudahan ada rejeki ketemu langsung mumpung masih sama-sama sehat :)

    Salam kenal dari Pemalang, Mbak.

    ReplyDelete
  27. Waah aku mau juga dong diajak ketemuan sama Eyang NH Dini..

    ReplyDelete
Previous Post Next Post