Aku Memilihmu, Kayla!

Perahu kayu bermotor melaju membelah lautan Lombok.
Pemandangan begitu syahdu. Sepanjang mata memandang, hanya lautan dan langit biru. Awan putih berarak di atas kami, memberi sedikit keteduhan di laut lepas. 

Kayla melepas kacamata aviator kesayangannya. Kacamata hitam penghalau panas hadiah ultah dari sahabatnya Wina. Kacamata yang selalu setia menemaninya menjelajah.

Gili Sudak yang menawan hati
Penumpang perahu mungil ini, tak ada yang bersuara. Semua menikmati keindahan surgawi di bumi. Pulau Lombok begitu menghipnotis. Kayla merasa beruntung ia mendadak ingin backpackeran dan ikut trip backpacker perempuan ini.

“Kita akan ke Gili Sudak. Disana kita bakal bertemu adik-adik sekolah dasar untuk membagikan buku-buku bacaan yang kita kumpulkan,” kata Mbak Rima, ketua rombongan. Kami mengangguk sambil mulai membuka bekal sarapan yang khas Lombok. Ayam taliwang yang pedas banget. 

“Kalau bisa teman-teman fokus ya, acara baksos ini. nanti main air dan snorkelingnya setelah kita acara baksos.”

Kayla melirik Wina. Sahabat eh mantan sahabatnya itu duduk di ujung terjauh darinya. Seolah, duduk dekatnya pun  tak sudi. Takut ia menularkan keburukan pada dirinya. Kayla membuang pandang. Hatinya terasa diremas. Kenapa mesti begini ceritanya?

Kayla dan Wina dua sahabat erat sejak awal kuliah Akuntansi. Penampilan mereka bagaikan bumi dan langit. Wina cantik dan lembut penampakannya. Beda dengan Kayla yang tomboy dan cuek. Hobi backpacker jadi pengikat mereka berdua. 

sepotong surga di bumi, lombok

Perjalanan ini merupakan trip ke sekian kalinya untuk mereka berdua. Tapi, Pertama kalinya keduanya ke Lombok, impian mereka berdua sejak lama. Penasaran akan keindahannya. Biarpun sempat ada insiden ketinggalan pesawat gara-gara Wina kelelahan dan ketiduran di rumah sahabat mereka di Sidoarjo. Dasar backpacker abal-abal. 

keindahan Gili Sudak

Mestinya ini jadi perjalanan menyenangkan karena Kayla berjanji mengajari Wina snorkeling, yang merupakan keahliannya. Tapi. Perjalanan liburan yang mereka impikan berdua pupus seketika. Semalam, Wina dan Kayla bertengkar hebat di penginapan. Wina baru tahu kalau diam-diam, Kayla menyukai Rendra, kekasih Wina. Jantung Kayla terasa mau copot ketika Wina meledak.

“Tega sekali, kamu! Kamu kan sahabatku!” teriak Wina berderai air mata.
“Wina, aku hanya menyukainya. Aku nggak bakalan merebut dia darimu. Nggak mungkin juga dia mau.” Balas Kayla perih. Ia menahan air matanya agar tak jatuh. 

“Pengkhianat! Aku menemukan notesmu di meja. Semuanya tanda cinta pada Rendra. Kamu menusukku dari belakang, Kayla. Nggak nyangka! Katanya kamu benci cowok tapi kenapa mesti menyayangi cowokku?”

Wajah Kayla pias. “Notes itu rahasia. Kenapa kamu membongkar-bongkar barangku?"

“Ah, aku hanya ingin meminjam power bankmu lalu kutemukan itu di ransel. Nggak sangka, kamu mencintai Rendra! Dulu, kamu bilang nggak suka dia karena dia cowok pendiam dan terlalu sabar. Nggak macho! Kamu sengaja bilang begitu biar aku nggak naksir dia!”

 “Wina, aku yang mengenalkanmu pada Rendra. Dia sahabat abangku.aku tahu betul orangnya gimana. Memang dia terlalu sabar tidak cocok untukmu yang keras kepala.”
 
“Pengkhianat! Kalian sering bertemu dan pergi berdua, telpon-telponan, BBM-an, tega!” teriak Wina membanting pintu, dan tidak kembali lagi semalaman. Ia ternyata tidur bertiga di kamar sebelah dengan Betsy dan Tias.
“Pengkhianat?” Dada Kayla perih. 

Kenapa juga dia sok baik mengenalkan Wina pada Rendra? Sudah tahu kalau Wina itu cantik dan keibuan. Siapa yang nggak klepek-klepek memandangnya? Pun Rendra. Cowok yang ditaksirnya sejak SMA. Lelaki yang disayanginya lebih dari Abangnya, Ridho. Lelaki yang menemani hari-harinya. Eh si culun itu malah memacari sahabatnya. Siapa yang mestinya marah kalau begini? Ah, andai saja Wina tahu..

Mesin perahu motor dimatikan. Seorang nelayan melompat dari perahu, berusaha mendorong perahu, dan menambatkannya di pantai. Mereka sudah tiba! Dari kejauhan, anak-anak Gili Sudak menatap mereka antusias. Kayla menyesal, tidak membawa lebih banyak makanan ringan untuk mereka. 

mari berkunjung ke Lombok

Ia melirik Wina, yang memandangnya, lalu gadis itu membuang muka. Ngobrol dengan tawa berlebihan dengan Betsy. Menggandeng lengan gadis berhijab itu. Kayla membuang muka. Ia turun perlahan dari perahu. Membuka sepatunya dan menentengnya. Lombok is paradise! Sepotong surge di bumi!

Pancaran ingin tahu anak-anak itu menggelitiknya. Mereka mengerubunginya. Memperhatikan kamera DSLR yang dibawanya. Kayla tersenyum, “Mau diajari?”

Anak-anak itu berkerumun. Resah Kayla hilang. Mata mereka yang sebening lautan melembutkan hatinya. Galaunya hilang. “Ayo kita duduk bareng yuuk, kakak ajarkan memotret. Kakak juga bawa buku cerita lhoo..”

Kayla dikerubuti anak-anak. Kayla celingukan mencari Wina. Anak itu paling suka membacakan buku untuk anak-anak. Tapi, ia tak tampak di kerumunan anak-anak Gili yang menunggu mereka sejak tadi. 

Kak Ruben, pengajar mereka bercerita kalau untuk bisa bersekolah, anak--anak harus naik perahu lalu berjalan kaki empat kilometer jauhnya setiap hari pulang-pergi. Kayla tercengang. Luar biasa semangat mereka. Kayla jadi merasa kecil, begitu mudah melempem gara-gara masalah cowok. 

Ia berjanji akan menjelaskan semuanya pada Wina. Pun perasaan terpendam Kayla sejak dulu pada Rendra. Kalau Wina tak mau menerima penjelasannya, apa boleh buat, ia harus move on. Wina tak layak jadi sahabatnya. Tapi, ia percaya persahabatannya dengan Wina erat tak mudah goyah hanya gara-gara masalah ini. Hwaiting! 

“Begini caranya, kita bidik sasaran fotonya. Lihat cahaya sudah bagus belum? Bidik!”
“Kayak orang menembak ya kak?”
Mereka terbahak.

Tawa mereka terhenti ketika para nelayan mendekati Mbak Rima, dengan muka panic. Mbak Rima, sang ketua rombongan langsung berlari mengikuti para nelayan dengan wajah pasi. Spontan, semua mengikuti mereka. Napas Kaylam memburu. Ada apa? 

“Teman-teman Mbak tenggelam!”
WINA!
Kayla berlari seperti kesurupan. Di kejauhan, beberapa lelaki dewasa berusaha menolong tiga orang gadis yang kepayagan bertahan di arus deras! Itu Wina!

Kayla siap melompat. Tapi, lengannya ditahan oleh Mbak Rima. “Para penjaga pantai menolong mereka. Kita menunggu disini. kita berdoa.” Bisiknya lirih.

Hanya beberapa menita tapi terasa seperti berjam-jam, akhirnya ketiganya berhasil diselamatkan. Mereka ditarik ke pantai dan diberi air minum. 

Olala, ternyata, saat rombongan sedang asyik menghibur anak-anak.
Wina, Betsy dan Risti yang penasaran, ingin segera snorkeling. Diam-diam, mereka memakai peralatan snorkeling dan berenang. Tanpa mengenakan pelampung! Dari ketiganya, hanya Betsy yang jago berenang, Betsy memegang tangan keduanya lalu mengajaknya ke tengah untuk melihat ikan.
Namun, tiba-tiba Risti terlepas alat pernapasannya dan tersedak air. Ia panik dan meronta memegang tangan Wina dan betsy, membenamkan mereka bertiga. 

Kayla memeluk Wina erat. Muka gadis itu pasi.
“Mbak Rima sudah bilang. Snorkeling itu aman. Dan disini juga aman untuk snokereling asal mematuhi aturan. Bersama instruktur terpercaya, memakai pelampung dan bersama-sama. Kalian menyalahi aturan." ujar Rima dengan muka tegang.

Ketiganya terisak.

“Kayla, maafkan aku. Aku takut sekali tadi, dipikiranku aku akan mati tenggelam tanpa sempat minta maaf padamu. Sejak dulu aku tahu kamu mencintai Rendra. Aku tahu karena jelas sekali dari bahasa tubuhmu kamu menyayanginya. Rendra juga sayang padamu. Tapi aku mengejar-ngejarnya. Kamu mengalah karena aku juga suka. Aku yang jahat. Maafkan aku, Kayla. Rendra sahabatmu aku tak bisa melarang-larang kalian bertemu.”
Kayla tertegun. Selama ini, Wina tahu dia cinta Rendra?

“Aku memilihmu daripada Rendra, Kayla. Aku memilih persahabatan kita..maafkan aku..” Wina membenamkan diri di pelukannya.

Terbayang sosok Rendra. Ah….


Foto: Mbak Andrie Potlot 
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

18 Comments

  1. Cerpennya bagus, sukses ya untuk lombanya...

    ReplyDelete
  2. Trus nasib Rendra gimana mbak, jadi sama siapa dong :)

    ReplyDelete
  3. @mak lidya: biarkan rendra istikharah mba hihihihi...

    ReplyDelete
  4. santi:aamiin makasih banyak ya say...

    ReplyDelete
  5. @mba inna aamiin maak...nuhun yaa udah mmampiir :*

    ReplyDelete
  6. bunda raka: nuhun ya mbaa...

    ReplyDelete
  7. Dipanjangin dikit trus jadi FTV :)

    ReplyDelete
  8. keren ceritanya...berlatar belakang alam Lombok yang indah itu... Semoga tulisannya menang ya dalam kompetisi menulis yg diikuti..goodluck..

    ReplyDelete
  9. @mas don: hahaha gituu...iya ya setting FTV kan indah2 pisan...bisa..bisa..*lalu kirim skenario ke PH

    ReplyDelete
  10. Aku memilih berenang disitu mak, slulup sampek teles kebes :D

    ReplyDelete
  11. Duh ternyata cerpen fiksi. kupikir awalnya kisahnya mbak Dewi saat di Lombok. tapi bagus lho mbak, kubaca hingga tuntas. seperti komentar sebelumnya, cocok untuk skenario FTV. hehehehehe

    ReplyDelete
  12. Sukses ya lombanya, ceritanya bagus terbaca tamat karena sempat mengira kisah nyata (LOL)

    ReplyDelete
  13. Kirain kisah nyata waktu dirimu ke lombok dulu, mbak ;)

    ReplyDelete
  14. Jangan tusuk aku dari belakang yaaa kak, aku blm siap hehehe

    ReplyDelete
  15. Kangen lombok, pengen lagi ke Lombok

    ReplyDelete
Previous Post Next Post