Deus Ex Machina dan Logika Dalam Cerita Anak (Oleh-Oleh Workshop Room To Read Bag 3)

Dear Temans,
 
Mau sharing lagi nih tentang workshop cerita anak. Moga belum bete yaa hihi.
Saat workshop, kami diajarkan cara-cara menstimulasi ide. Kalau kata puisi Nailah my girl, cari ide, cari ide sampai ke angkasaa!


permainan merncari ide dengan sebuah bantal seruu
Salah satu caranya adalah memasang gambar-gambar anak-anak  sedang beraktivitas. Ada yang sedang berantem, mengobrol, makan bersama dan banyak lagi. kami disuruh memilih salah satu gambar yang menarik perhatian kami dan membuat cerita dari situ.

Amazing. Pada kreatif-kreatif banget sih *gigit papan tulis.
Ada gambar anak sedang tidur umpela-umpelan di sebuah dipan.
Tragis gitu gambarnya potret kemiskinan.
Tapii, oleh peserta workshop malah jadi cerita lucu lengkap dengan dialognya.

Foto seorang anak sedang menanam padi, eh berubah jadi cerita alien datang ke bumi dan menculiknya hehe. Sialan bener deh imajinasi teman-teman disini. ups, maafkan bahasaku hihihi gemas.

Tugas pertama kami adalah membuat narasi deskripsi dari cerita yang akan kami buat.
Nah, narasi deskripsi itu pengembangan cerita dari karakter tokoh yang dibuat. Jadi, garis besar cerita yang kita buat. Belum ditambahkan dengan dialog. Semacam sinopsis cerita.
  
sibuk menulis narasi deskripsi cerita anak


Karena peserta lain sudah banyak menulis karakter tokohnya hewan, aku berpikir ingin bikin tokoh manusia. 
Isman, seorang anak SD berusia 8 tahun yang hidup di tepian sungai Musi di Palembang. 
Setelah bikin karakter tokoh sedetil mungkin, kami pun mulai bikin narasinya.

Isman seorang anak yang tinggal di tepian Sungai Musi. Suatu hari, ibu pun menyuruhnya berenang di kolam renang saja. Daripada ia sakit panu. Isman setuju dengan berat hati. Walaupun rasanya tidak seasyik di sungai. Suatu hari, dia melihat empang aka Kambang Iwak, dia pun mencebur. 

Melihatnya, Isman langsung nyebur. Ibunya datang, memarahinya. Isman bilang yang dilarang kan berenang di sungai, bukan di empang. Ibu Isman tertawa, Isman pun mengajukan usul dia boleh berenang di sungai asal setelah itu ia akan mandi lagi yang bersih di rumah. Jadi, nggak bakal kena penyakit.

diskusi grup membahas cerita masing masing anggota grup

Ketika dakuw presentasikan cerita yang nulisnya megap-megap ini, berbagai komentar pun berdatangan, terutama logika cerita:

-Anak Sungai Musi yang hidup di tepian Sungai Musi sejak lahir kok bisa disuruh berenang di kolam saja? Orangtua mereka pasti tidak peduli sekotor apapun Sungai Musi hidup mereka seumur-umur disitu tidak mungkin dilarang.
 
2   -Apa alasannya mendadak dilarang? Alasannya tidak cukup kuat.

3   -Ceritanya kok datar banget. Ujug-ujug ibu datang dan marah-marah lalu Isman mengajukan solusi. Dan cerita selesai.

4    -Kok pakai nama Isman, itu kan suami saya? (itu Mbak Dian Kristiani yang protes hahaha)

Jleb!

Terus terang, dapat kritikan begitu, aku mendadak lesu. Blank. Padahal, komentar-komentar itu masukan yang bagus banget ya. Kita jadi tahu kelemahan cerita kita. Apa yang tadinya tak terlihat jadi jelas. Itulah manfaat berdiskusi dengan editor atau penulis lain. 

 Cerita anak, semakin idenya out of the box, imajinatif, tentu saja semakin bagus. Tapi cerita anak juga harus tetap berpegang pada logika cerita. 

Ya, seorang anak yang hidup di Sungai Musi tentu tidak mungkin langsung dilarang berenang oleh orangtuanya yang dulu juga anak sungai. Alasannya harus jelas. 

sibuk menyimak

Riset amat dibutuhkan dalam membuat cerita anak. Walaupun cerita anak panjangnya hanya tiga lembar, bahkan kadang hanya selembar saja. 

Seperti sinopsis Widya tentang bibit buah alpukat menggelinding dari bukit, ada hewan seperti orangutan dan burung pelatuk. Keren ceritanya. Aku suka. 

Tapi, oleh editor yang jeli langsung dipertanyakan: Apakah di hutan Kalimantan yang ada orangutan, bisa tumbuh pohon alpukat? Adakah burung pelatuk? Aih, jeli banget siih! *gemas nowel-nowel pipi editor haha.

Widya Rosanti membahas ceritanya

Menurut Bhai Benny Rhamdani, penulis Indonesia juga hobi memasukkan unsur kebetulan dalam suatu cerita. Ya, agar cerita cepat dapat penyelesaian. Istilahnya adalah Deux ex machina.
Seorang anak dikejar-kejar penjahat, tiba-tiba muncul penyelamatnya. Orang yang jatuh dari jembatan, tiba-tiba ada perahu lewat dan dia selamat. 

Mendadak tokoh ibu muncul dan memarahi Isman yang sedang berenang. Padahal dikisahkan Isman sedang berada di dekat sekolahnya. Si Ibu penyihir ya? Atau punya pintu kemana saja Doraemon?

Kebetulan ini nggak mengasyikkan dibaca. Ceritanya jadi mudah ketebak. Dan penyelesaianya terlalu mudah. Terlalu sinetron, hehe. Hal seperti ini harus dihindari. Jadi, harus ada penjelasan logis dulu, kenapa si A muncul. Bukan ujug-ujug..dia nongol! Saha eta, nya? Ora bule pun jadi bertanya-tanya. Hehe.

Menurut Mr. Alberto Santos, perwakilan dari Room To Read, Menulis adalah serangkaian pekerjaan menulis kembali. Merevisi. Jadi, revisi tulisanmu hingga maksimal. Sebelum mengirmkan tulisanmu pada yang berhak, tanyalah pada diri sendiri. Jujurlah pada dirimu, cerita kamu begini adanya:
 
1.      Will the children like my story?
Jujurlah pada diri sendiri jika menurutmu anak-anak akan menganggap ceritamu membosankan.

2.      Why is your story brilliant?
Apakah ceritanya jelas? Ngalor-ngidul nggak? Plotnya gimana? Coba bacakan ceritamu pada anak-anakmu, ponakan, muridmu, tetanggamu. Lihat reaksi mereka. Tertidurkah? Berbinar-binar sambil teriak, we want more..we want more?

3.      Is the idea ‘original’?
Apakah cerita ini kira-kira akan berhasil di pasar? Apa yang unik dari cerita yang kamu bikin?

4.      Is it logical?
Bahkan dalam cerita fantasipun, perlu logika. Kecuali lagunya Agnez Monica, cinta ini benar-benar tak ada logika..*singing aloud jejingkrakan.

5.      Is character engaging to children? Is my combination of character interesting?
6.      Did I choose the engaging beginning and ending?



Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

13 Comments

  1. Mak dew makasih reportasenya. Jadi makin tahu gimana bikin cernak. Nuhun ya :)

    ReplyDelete
  2. makasih sharingnya mbak, nambah ilmu nih...

    ReplyDelete
  3. waaah, makasih banget Mba. Diposting lanjutannya ya ternyata, saya simpen yaa..

    ReplyDelete
  4. Wah benar ya, pakai gambar-gambar anak, buat menggali idenya.

    Thanks Tipsnya Dew <3

    ReplyDelete
  5. Huehueee...serius workshopnya ya mbak :)
    Harus jeli menggali ide dan masuk akal, noted. TFS ya mba Dew ^^

    ReplyDelete
  6. Acaranya seru ya mbak..makasih sharingnya, jadi tahu caranya buat cernak. Tetap harus masuk logika ya.. :)

    ReplyDelete
  7. Karena kebanyakn cerita yang bikin orang Indonesia itu tentang cinta, dan agnes berasal dari Indonesia. Jadi wajar, Mbak, kalo cerita yang dibikin juga nggak ada logikanya. *ngarang*

    Yang pake gambar anak itu kayaknya mesti dicoba deh. Pengin ngerasain sensasi dapet idenya.

    ReplyDelete
  8. Huaaaa...serasa dapat pencerahan. Makasih ilmunya yaa, Mom. Makin kece nih bikin repotasenyaaa :)

    ReplyDelete
  9. Keren juga cara menggali ide ya.
    Saya pengen ikut pelatihan menulis suatu saat.

    ReplyDelete
  10. Ternyata butuh observasi jugak ya, Mbak.. :'

    ReplyDelete
  11. tak ada yang instan dalam suatu karya ya mak, segalanya butuh proses.. salut deh! :)

    sharingnya bermanfaat banget :)

    ReplyDelete
  12. Ternyata harus sedetail itu nulis cerita untuk anak ya..
    Informatif sekaali mak Dew..

    ReplyDelete
  13. klo saya ikut, pasti malu2in banget hihihi...
    makasih sharingnya ya mak :)

    ReplyDelete
Previous Post Next Post