Bernain Seru di Kampung Dolanan Nusantara Magelang :)


Dear Temans,

Hari yang menyenangkan. Saya berkesempatan menemani Nailah field trip ke Magelang bersama sekolah Kucica, Ungaran. Dengan menumpang bus Damri sewaan, rombongan menuju ke arah Kota Magelang. Kota Magelang hari Minggu itu meriah sekali. Ada lomba balap sepeda Semarang-borobudur untuk memeriahkan Borobudur International Festival yang berlangsung 13-17 Juni 2013. 

disambut dentuman meriam bambu

Area Borobudur dipadati pengunjung yang penasaran ingin melihat pentas seni dan budaya serta pasar rakyat yang diadakan di Area Lumbini. Tapi, bus kami tidak menuju ke keramaian itu. Masih di kawasan Borobudur, bus meluncur ke Dusun Sodongan,  Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, tempat Kampung Dolanan Nusantara berada.

Jadi penasaran seperti apa sih kampungnya?
Tempat wisata edukatif ini berada di tengah perkampungan penduduk. Hanya 2 KM sebelah utara Candi Borobudur, Di kiri kanan jalan menuju kampoeng Dolanan, kita disambut berbagai banner yang menjelaskan aneka permainan lokal seperti egrang, gobak sodor dan lainnya. Areal KDN berdiri di atas tanah seluas 1 hektar milik Pak lurah KDN, Pak Abbet yang juga seorang aktivis budaya di Magelang.

Begitu tiba, kami disambut ledakan demi ledakan dari beberapa meriam bambu yang dinyalakan oleh anak dusun Sodongan. Dum! Dum! Wow, bunyinya memekakkan telinga. Untunglah, anak-anak Kucica tak ada yang ketakutan dan menangis. Mereka malah bersemangat melihat bentuk meriam dari bambu dari dekat.

Anak-anak langsung antusias melihat beraneka permainan yang tersedia. Ada yang bermain ayunan dan jungkat-jangkit dari bambu yang diletakkan di halaman. Tak hanya itu, teras rumah ditata apik dilengkapi dua kolam ikan yang mengeluarkan gemericik air, dan kursi bambu untuk leyeh-leyeh sejenak.

Setelah itu, anak-anak berbaris menuju halaman tengah. Kami dipersilakan duduk di bangku-bangku plastik. Tak lama kemudian, serombongan anak-anak dusun Sodongan berpakaian Jawa maju, bernyanyi  berbagai lagu dolanan Jawa seperti Cublak-Cublak Suweng, Padang Bulan dan lainnya. Mereka juga menari gemulai mengikuti irama. Anak-anak Kucica antusias menontonnya.


tarian penyambutan

Apalagi ketika mereka memperagakan permainan Nini Towok. Mengejar dan menangkap teman. Suasana semakin meriah ketika anak laki-laki memperagakan permainan egrang. Suara ohh dan ahh terdengar dari mulut mungil anak Kucica. Tak hanya itu, anak perempuan memamerkan permainan lompat tali, main bola bekel, dakon, dan beberapa permainan tradisional lain.

Setelah pertunjukan tari dan nyanyi, Pak Abbet Nugroho, lurah Kampoeng Dolanan Nusantara menyambut kami. Beliau bercerita, Wahana permainan tradisional ini didirikan atas kepedulian artis Renny Djayoesman dan Pak Endi Aras. Ternyata Pak Endi Aras adalah seorang kolektor dan penggiat gasing yang tersohor. Ia telah memperkenalkan permainan tradisional Indonesia ini hingga mancanegara.

Menurut Pak Endi Aras, permainan yang dulu ia mainkan saat kecil, kini terancam punah. Anak Indonesia masa kini lebih tertarik bermain playstation, online game di tablet, dan lainnya. Permainan seru seperti gobak sodor, layangan, gasing, tidak populer.

main gasing yuk
Bahkan, banyak yang tidak mengenalnya lagi. Padahal, permainan tradisional tidak saja menyenangkan dan seru, tapi juga mengajarkan banyak hal seperti kreativitas, kejujuran, kekompakan, kerjasama tim. Anak-anak juga akan menghargai sebuah proses. Karena untuk bermain, mereka harus membuat dulu. Seperti bagaimana membuat layangan atau mobil dari kulit jeruk.

Atas keprihatinan itulah, kampoeng ini didirikan. Untuk mengajak anak-anak mengenal dan mencintai permainan tradisional warisan nenek moyang. Agar permainan tradisional tidak punah. Tak hanya di Borobudur, Kampung Dolanan Nusantara juga akan didirikan di Kawasan Candi Prambanan serta Rest Area Uruk, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dan hebatnya, ternyata rombongan kami, Sekolah Kucica dari Ungaran mendapat kesempatan terhormat menjadi tamu pertama di soft launching Kampoeng Dolanan Nusantara yang baru diluncurkan pada tanggal 17 Juni 2013 ini.

Setelah tari penyambutan, anak-anak menuju ke sebuah bangunan rumah asri. Terasnya ditata apik, dilengkapi kursi kayu dan bambu. Sambil mengetuk pintu, anak-anak kompak berteriak, “kulo nuwuun...mau sowan, mbah!”

sowan ke simbah

Pintu dibuka dan keluarlah si mbah putri berusia 80-an berkebaya dituntun Ibu Hana, guru Kucica yang berperan menjadi cucu simbah. Ia pun mengenakan kebaya jawa. Setelah simbah duduk, anak-anak berbincang dengan simbah.

Beliau pun memperagakan cara menikmati sirih pinang atau nyirih. Gigi mbah juga kuat dan lengkap karena rajin nyirih, tutur Mbah dalam bahasa Jawa memamerkan giginya yang masih utuh. Dan kemerahan akibat nginang.

"Bikin mbah awet muda juga," seloroh simbah terkekeh.

Beliau lalu memamerkan cara meracik sirih pinang hingga bisa dinikmati. Diikuti oleh anak-anak yang takjub melihat mulut simbah yang memerah.

Rombongan dijamu dengan minuman khas, beras kencur juga penganan kecil seperti getuk, dan wajik. Kami duduk-duduk di teras menikmati angin sepoi-sepoi sambil mengobrol. Juga mendengarkan langgam Jawa dari tape, syahdu sekali suasananya.

Setelah sowan simbah, anak-anak dipersilakan untuk masuk ke galeri permainan. Ruangan yang ditata apik ini tidak terlalu luas. Di keempat dindingnya dipenuhi pigura berisi artikel tentang permainan tradisional dari berbagai daerah di Nusantara. Tak lupa memajang berbagai gasing dari penjuru nusantara. Ada gasing dari Papua, Sumatera dan lainnya.

Selain gasing, ada pula layang-layang raksasa berbentuk burung di tempel di dinding bagian atas. Selain itu, dipajang pula sepasang kuda lumping mini. Anak-anak heboh bertanya permainan apa saja di ruangan ini.

Tak lama kemudian, anak-anak generasi tablet ini larut dalam sukacita permainan tradisional. Aldebaran dan Leon asyik memainkan truk besar yang terbuat dari kayu. Jika anda melewati jalan raya menuju Kota Salatiga, di kiri dan kanan jalan akan menemukan berbagai mainan kayu seperti truk, kuda goyang dan lainnya dijual sepanjang jalan.

Nailah dan Kana cekikikan memainkan telepon-teleponan yang dibuat dari tali dan dua buah kaleng bekas susu kental manis. Di pojok, Viola dan Ian main masak-masakan dengan kompor dan peralatan makan yang terbuat dari tanah liat dan diwarnai dengan cat warna-warni agar semarak.

Di tengah ruangan, digantungkan ayunan kecil. Kakak pemandu menjelaskan berbagai mainan yang dipajang. Ada dakon, bola bekel, perahu klotok, pistol-pistolan dari bambu, rebana, mainan mobil-mobilan dari batok kelapa, tak lupa gasing dan yoyo terbuat dari kayu, komplet dan mengasyikkan!

main pasar-pasaran
Setelah berhasil menggiring anak-anak keluar ruangan (agak sulit karena mereka asyik bermain) anak-anak diajak ke halaman kembali. Disana, kakak-kakak pemandu mengajak mereka bermain. Setiap anak diajarkan memainkan gasing, congklak, bola bekel, egrang batok kayu, hingga yoyo. Awalnya, agak sulit memutar gasing lama kelamaan asyik juga ya!
viola dan darryl main dakon



Setelah itu, anak-anak diajak main engklek, gundu alias kelereng, petak umpet dan banyak lagi. Seru! Para orangtua diminta mencoba egrang, permainan dari bambu yang dinaiki hingga kita jadi jangkung! Membutuhkan keseimbangan untuk bisa berdiri tegak lalu berjalan dengan egrang. Jika tidak hati-hati, kita bisa terjatuh!


papa rafi main egrang

Untuk memeriahkan suasana, para orangtua diajak adu bakiak di halaman. Permainan yang menguji kekompakan tim ini ternyata seru ya. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Keempat anggota tim harus kompak mengangkat kaki agar bisa bergerak serempak. Jika tidak kompak, bisa jatuh! Permainan seru dan menyenangkan di siang terik itu.

bakiak hore hore
Setelah puas bermain, kami dipersilakan menyantap makan siang. Peralatan makan terbuat batok kelapa juga bambu. Alami sekali. Menu makan siang kami hari itu terdiri dari masakan tradisional Magelang antara lain sego merah, sego jagung (dibentuk seperti kue apem, padat dan mengenyangkan).
Sego jagung dinikmati bersama sop, klubanan sejenis sayur urap, oseng dong kates atau sayur daun pepaya, gereh (ikan asin), iwak kali alias ikan goreng kecil-kecil yang renyah. Kerupuk  putih melengkapi santap siang kami yang nikmat itu.

Setelah makan siang, kakak-kakak pemandu memanggil kami untuk berkumpul kembali di halaman tengah. Disana sudah tersedia beberapa sepeda onthel! Wah, agak meremang juga bulu kuduk penulis melihat sepeda itu. Tinggi sekali, hehe. Para ayah atau ibu dipersilakan mengendarai sepeda pak tani itu dan membonceng putra-putrinya. Mereka berangkat bersama-sama dalam satu rombongan menyusuri jalan desa. Anak-anak terlihat bahagia dan sedikit takut, memeluk erat pinggang ayah atau ibunya. Pengalaman berkesan ya, anak-anak.

tur onthel keliling kampung

Sambil menunggu giliran tur sepeda onthel, kami melihat-lihat sebuah toko mungil yang terletak tak jauh dari bangunan utama. Bangunan dari bambu tersebut menjual berbagai mainan tradisional seperti truk kayu, pistol-pistolan kayu, yoyo hingga makanan tempo doeloe seperti permen karet Yosan, permen cicak, dan sebagainya. Seru untuk oleh-oleh. Setelah tur sepeda onthel dibawah gerimis, anak-anak kembali dengan wajah ceria. Masing-masing membawa sebuah mainan hadiah dari kakak-kakak pengurus Kampoeng Dolanan Nusantara.

            Kampung Dolanan Nusantara layak dikunjungi keluarga untuk mengisi liburan. Tak hanya terhibur dengan permainan yang tersedia, pengetahuan anak akan permainan tradisional yang mulai langka, bertambah. Anak-anak generasi tablet ini merasakan pengalaman dan sensasi serunya main seperti para orangtuanya dulu.

            Harapan kami, kampung wisata dengan berbagai macam keunikannya seperti ini makin menjamur di Indonesia. Berdiri di setiap kabupaten jika memungkinkan. Tak harus bertema permainan, bisa menampilkan keunikan atau ciri khas masing-masing daerah.

           Selain menambah daerah tujuan wisata edukatif hingga pelosok daerah dan bisa dinikmati oleh segala kalangan, juga bisa dijadikan  pemasukan bagi penduduk desa.

           Jadi, akhir pekan anak-anak dan keluarga tidak melulu diisi dengan kegiatan jalan-jalan di mal untuk shopping. Dengan berjalan-jalan di alam terbuka, anak-anak jadi lebih sehat dan ceria karena aktif bergerak. Apalagi, diisi dengan kegiatan yang tak hanya menghibur tapi juga edukatif. Menambah ilmu dan wawasan anak-anak tentang lingkungannya.

          Pengelolaan Kampung Dolanan Nusantara diharapkan lebih profesional lagi ke depannya. Fasilitas bermain dilengkapi dan dirawat agar tetap nyaman dimainkan oleh pengunjung cilik. Permainan lebih beraneka ragam lagi. Isi KDN bisa ditambah dengan perpustakaan mini vberisi buku-buku atau film yang berhubungan dengan kebudayaan Nusantara. Taman Pintar di Yogya, menurut saya bisa dijadikan acuan perawatan dan pemeliharaannya.
  
Matahari semakin meninggi, kami mulai lelah tapi perasaan bahagia bukan kepalang.  Kami harus melanjutkan perjalanan ke desa gerabah, Dusun Klipoh. Hari ini, anak-anak tak hanya sekedar bermain tetapi juga mengenal budaya Indonesia lebih dalam lagi. Semoga lebih banyak lagi anak-anak kita berkunjung kesana, dan makin mencintai budaya Indonesia. Makin bangga menjadi anak Indonesia.

Sumber Foto: Ferry Numi
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

4 Comments

  1. wah waaah.. puas banget disitu, bisa bermain aneka permainan tradisional ya, Mbak. Jadi kangen naik enggrang. Kayaknya udah belasan tahun di kampung saya gak kelihatan enggrang.

    ReplyDelete
  2. iyaa..jarang yang mainin permainan tradisional sekarang yaa..padahal main egrang lebih seru daripada main game online..adrenaline rush hihi

    ReplyDelete
Previous Post Next Post