Kenal Lebih Dekat dengan John Wood & Room To Read (Oleh-oleh Workshop Bag 1)

Dear Temans,

Alhamdulillah,
Usai sudah tugas negara hehe, ikut workshop Room To Read & Provisi Education di Lembang. Bersyukur sekali, jauh-jauh dari Ungaran, bisa mendapat kesempatan ini. Terima kasih untuk Bhai Benny Rhamdani dan Penerbit Mizan yang telah memilih dakuw. 

Awalnya, dakuw baca infonya di grup FB Komunitas Penulis Bacaan Anak. Yang membuka kesempatan seleksi adalah Penerbit Litara. Kita harus mengirim cerita anak bermuatan lokal. Sampai hari H, aku nggak dapat ide. Aku angkat tangan. 

John Wood co founder Room To Read


Tak disangka, Bhai Benny Rhamdani, ternyata membuka seleksi serupa. Kali ini dari Penerbit Mizan. Aku mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi naskah di Mizan dengan mengirim cerita anak dengan 500 kata. 

Idenya pun kudapat secara kilat,
Gara-gara Alde nggak mau membuka baju seragam tentaranya seharian. Bahkan dipakai tidur. Aku pun menulis cerita pendek berdasarkan kejadian itu. 


Mizan Team Minus Mbak Erna Fitrini


Nggak nyangka, namaku nyangkut dan berhak mengikuti pelatihan menulis picture book  Room To Read selama 4 hari yaitu tanggal 27-30 Januari 2015. Bersama 19 penulis lainnya, dakuw digojlok. Mizan team terdiri dari dua editor: Bhai Benny Rhamdani dan si model Moemoe Rizal dan tiga penulis: dakuw, Kak Beby haryanti dari Aceh dan Mbak Erna Fitrini dari Jakarta. 


Amanda dari Provisi Education


Sungguh pengalaman tak ternilai.
Mendapat ilmu berharga, Bertemu teman-teman yang seru, para pengajar yang mumpuni dan panitia yang cekatan.

Bikin Pohon Harapan Hehe

Penyelenggara workshop ini adalah Room To Read dan Provisi Education, perwakilan Room To Read di Indonesia. 

Temans, Sudah pernah dengar Room To Read?
Room To Read didirikan oleh John Wood, seorang pria berkebangsaan AS kelahiran 1964. 
Ia lahir di Hartford, Connecticut dan bekerja sebagai eksekutif di Microsoft selama nyaris 10 tahun.

Sutua hari, John Wood yang senang mendaki gunung, mengambil cuti dan mendaki Himalaya. Di perjalanan, ia bertemu pengurus sebuah sekolah di Nepal. Dan ia menemui kenyataan kalau sekolah di Annapurna punya 450 siswa dan hanya memiliki beberapa buku yang tidak sesuai usia mereka. John Wood shock.

John Wood mengubah dunia lewat Room To Read
Ia pun berjanji kembali lagi ke Annapurna dengan membawa buku untuk anak-anak. Setahun kemudian, ia kembali ke Nepal dan membawa 3000 buku yang ia kumpulkan dari sumbangan keluarga dan teman-temannya yang ia kirimkan e-mail tentang keadaan sekolah yang memprihatinkan.

Ia resign dari kantornya dan pergi ke Nepal untuk membangun perpustakaan untuk anak-anak di gunung. John Wood bersama teman-temannya  mendirikan Room To Read pada tahun 2001. Kini beroperasi di 10 negara di Asia dan Afrika.  

Buku John Wood Leaving Microsoft

Kini, Room To Read kian berkembang pesat.  Mereka bergerak di bidang literasi dan persamaan gender. Kisah hidup John Wood ini dijadikan buku berjudul Leaving Microsoft. Yang masuk daftar buku terlaris juga sudah diterjemahkan oleh Mizan ke Bahasa Indonesia. Dan kini John Wood pun menulis buku. 

Room To Read terjemahan Mizan
Mereka membangun perpustakaan di puluhan negara. Mereka tak menyumbangkan buku anak berbahasa Inggris. Tapi, melatih penulis lokal untuk menulis buku anak bermutu dan mencetaknya untuk dibagikan ke banyak perpustakaan sekolah.

 Room To Read telah melatih 1120 penulis dan illustrator di 10 negara sejak tahun 2002. 
Naskah hasil karya para penulis ini yang akan diseleksi, dicetak dan disalurkan ke perpustakan-perpustakaan sekolah yang bukunya ramah anak, ditata secaran menarik. Wow! 

Sedangkan kiprah Room To Read di Indonesia, bergerak dibidang penerbitan buku dan perpustakaan sekolah. Di bidang penerbitan buku, Room To Read melalui Provisi bekerja sama dengan Penerbit Litara, Kanisius, Mizan dan lainnya. Sedangkan proyek perpustakaan sekolah Provisi bekerja sama dengan Dompet Dhuafa, Taman Pelangi dll. 
Untuk proyek perpustakaan sekolah, Room To Read menargetkan akan menghasilkan 14 judul buku cerita yang dicetak 8000 buku per judul pada Bulan Juni 2016. 

Buku-buku ini akan disebar di 24 perpustakaan sekolah dan kira-kira menjangkau minimal 7000 anak yang akan didamping Room To Read & Provisi yaitu perpustakaan sekolah di Gresik, Parung dan Labuan Bajo.


World Starts With Educated Children Motto Room To Read


24 Perpustakaan sekolah ini akan didampingi oleh Provisi dan Room To Read, perpustakaannya akan diisi buku-buku yang menarik dan sesuai level anak, serta ditata menarik. 

Mengapa harus buku dan perpustakaan?
Karena buku yang tepat bisa menginspirasi seorang anak. 

One Book Can Change The World.

Mr. Alberto Santos dari Room To Read

Alkisah, Seorang anak di Kamboja, bernama Chin. Ia malu diejek teman-temannya karena tak bisa membaca. Ia menganggap membaca itu sulit karena kebanyakan buku di perpusnya, minim ilustrasi dan terlalu banyak teks. Chin ingin berhenti sekolah. 

Room To Read membangun perpustakaan sekolah Chin.
Buku-bukunya menarik dan Chin tertarik pada sebuah buku bergambar kodok genit. Judul bukunya Chek Chek Ingin Menikah. Isinya lucu, gambarnya bagus. Dan Chin ternyata bisa membacanya! 

Chin jadi percaya diri kalau ia bisa membaca. Ia pun nggak jadi putus sekolah. Tujuh bulan kemudian, Chin lancar membaca. 

Ya, masalah ini juga terjadi di Indonesia. Hanya 7% buku yang tersedia untuk pembaca buku level 1 dan 2. Kebanyakan buku anak yang terbit adalah untuk level 4-6. Yaitu buku anak semacam novel atau buku berilustrasi. Jarang untuk pembaca pemula. 

Workshop yang daku ikuti ini pun diadakan untuk mengisi kekosongan itu.
 Kami dilatih menulis buku anak yang sesuai untuk level 1 & 2 yaitu untuk pembaca pemula, dengan rata-rata kalimat per halaman 0-3 kalimat, dengan jumlah kata per kalimat 1-8 kata. Sederhana. Singkat, tapi nggak mudah bikinnya hihi. 


All Members

Tugas 20 penulis ini adalah dalam jangka waktu 4 hari harus menulis dua cerita anak bergambar yang seru untuk pembaca level 1 & 2!

Inshaa Allah, 14 naskah yang terpilih akan dicetak dan disalurkan ke 24 perpustakaan sekolah dan dibaca minimal 7000 anak! 

Apakah kami akan berhasil menuliskannya setelah digojlok 4 hari nan padat merapat? 
Tunggu lanjutannya yaa hehe.

Sumber foto: Wikipedia & Kellog Northwestern Edu.
 
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

22 Comments

  1. Kutunggu liputan berikutya mak Dew :)

    ReplyDelete
  2. mbk,,,menulis tentang anak2 lebih seru ya kklihatannya?^_^

    ReplyDelete
  3. Itu... itu.... ada aku! *numpang tenar :D

    ReplyDelete
  4. Mbak Dewi makin eksis aja.....makin sukses dengan buku2nya....acaranya selalu asik2

    ReplyDelete
  5. @zakia: iyaa, seru ey..jadi pengen jadi penulis picture book saja deh hihihi...

    ReplyDelete
  6. Mbak Tatit: Inshaa Allah lanjuut mbaa :*

    ReplyDelete
  7. mba vero: aihh ada mba veroo...hihi excited aku ketemu dirimu mba!

    ReplyDelete
  8. @lis:aihh ngga say..kebeneran namaku nyangkut hihihi

    ReplyDelete
  9. @Evi: iyaa..berasa finalis masterchef junior hihihi

    ReplyDelete
  10. Seru pasti ya ngikut acara begini. Tapi jadi banyak pr hihiii

    ReplyDelete
  11. iya mba 2wati untungnya PR nya dipaksa kelar pas workshop jadi nggak dibawa pulang ke rumah hihihi..gawaat...

    ReplyDelete
  12. Emak, dikau keren sekali....
    Mak bedundug lgsg dpet ide..
    Top dah
    Tfs ya mak

    ReplyDelete
  13. Keren banger mak Dew... pengen aah ketularan yang inii

    ReplyDelete
  14. Keren acaranya... Aku udah punya buku Room to Read terjemahan Mizan, tapi blm dibaca. Ternyata perkembangannya segitu pesat ya, bahkan sampe Indonesia...

    ReplyDelete
  15. Kereeen banget acaranya, mak. Pasti aslinya lebih seru lagi yaa.

    ReplyDelete
  16. alhamdulillah menginspirasi sekali mak. aku share ya...

    ReplyDelete
  17. Keren banget. Ditunggu sharing lanjutannya Mbak Dewi :)

    ReplyDelete
  18. Memang ya buku anak2 bergambar itu jarang sih. Lah aku aja pas diajarin baca duluuu, umur 3 thn itu buku2nya buku anak2 import dr kantor papaku mbak. Bukan yg indo saking g ada nya. Trs stlh bisa baca baru deh buju yg aku bacapun ttp buku karangan enid blyton yg gambarnya juga ga bnyk sbnrnya. Untungnya aku suka2 aja :D. Tp anakku ga suka tuh, dia ttp lbh suka buku bergambar. Ujung2nya yg srg aku beli ya buku2 import lagi yg memang lbh banyak. Masalah harganya aja yg bikin emaknya pusing :p

    ReplyDelete
  19. Wah, saya kemana aja, ya? Udah dari tahun 2015, tho... Hehe. Btw, makasih ya, Dew. InsyaAllah ikut seleksi Des 2017 ini.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post