Investasi Mudah & Murah dengan Reksadana :)

Dear Temans,

Sejak lajang dan masih bekerja kantoran, aku tertarik yang namanya investasi. 
Aku termasuk tipe yang ingin mempersiapkan diri. Bukan, ah gimana nanti wae lah!
Mulai dari membeli perhiasan atau logam mulia di Antam (biarpun yang imut-imut hihi) atau menabung secara rutin.

Nah, Saat mengantri ATM, aku ditawari mbak-mbak Customer Service membuka tabungan berjangka. Tertarik dengan uraian mbak CS yang heroik dan berapi-api, akhirnya aku buka deh tabungan berjangka dengan setoran 250 ribu per bulan. Tiap bulan, akan auto debet dari rekeningku selama 3 tahun. Rencananya, aku akan pakai tabungan itu untuk biaya umrah.




"Berapa nanti dapatnya?" tanya adikku.
Aku mengangkat bahu. "Lumayan kok. Yang penting udah nabung, nggak foya-foya." 
"Huu..bandel! Dihitung-hitung dulu dong. Kalau tabungan atau deposito, bagi hasilnya sedikit. Mending Reksadana. Ambil yang syariah..."
Aku ngeloyor pergi. Adikku yang nomer dua itu memang bawel banget. Hobinya cari info tentang investasi. 

"Yang penting kan investasi. Trus disiplin, saat gajian langdsung disisihkan dulu untuk menabung baru dibelanjakan." kataku sewot.
"Tapi investasinya apa dulu? Jangan asal!  Gampang kok buka reksadana Manulife di Commonewealth ada." katanya lagi.
Aduh, bank apa pula itu? Menyebutnya saja lidah meleset!

INSYAF

Jadilah, aku keukeuh menabung di tabungan berjangka. Dia dengan pilihannya berinvestasi di Reksadana. Tiga tahun berlalu, waktunya uangku keluar nih karena berakhir jangka waktunya.  Pas keluar, ternyata pas hasilnya 250.000 x 36 bulan! Lho, mana bagi hasilnya? Hiks, tiga tahun kumenantii!

Adikku ngakak.
"Kan sudah kubilang.." ia menunjukkan surat hasil investasinya.
Whaaat!? Dengan jangka waktu sama, juga dengan setoran yang tak jauh berbeda, hasilnya kok bisa njomplang, pemirsa? Ada permainan apa ini? *negative thinking.

"Sudah dibilang, tabungan itu bukan untuk investasi. Tapi untuk menyimpan dana."
Hah. beda ya?

Sejak itulah, aku INSYAF, saudara-saudara. 
Menabung di tabungan berjangka, bukan investasi. Bagi hasilnya pun tak seberapa. Begitu juga menyimpan uang di deposito. Tabungan kita kalah digerus inflasi.

Gimana bisa mencukupi kebutuhan di masa depan kalau begini? Untuk beli rumah kelak? Untuk biaya pendidikan anak? Biaya pensiun? Ahhh! 
Akhirnya, dakuw pun putar haluan. Harus Insyaf!


IRIT

Setelah salah pilih metode berinvestasi, rasanya belum terlambat untuk memperbaiki kesalahan. 
Yang lalu biarlah berlalu. Hehe. mari menatap masa depan yang lebih gemilang. Duh, habis minum apa siih, Deew? 

Gimana kalau mulai sekarang aku nambah setoran bulanan untuk investasi? Aha!

Dan itu berarti, Aku harus mengencangkan ikat pinggang. Apalagi kenaikan harga BBM, seperti biasa mempengaruhi segala sektor kehidupan. Harga barang meroket. Mulai sekarang aku bertekad menjadi pengikut Mak Irits garis keras. 


Apa saja yang bisa diirit? Kalau bisa, sekali dayung dua tiga negara terlampaui?

1. Mengurangi masakan yang digoreng. Memilih mengukus makanan atau merebusnya. Selain menghemat minyak goreng ang harganya bikin deg-degan, juga lebih sehat yak! Mengurangi dampak kolesterol jahat.

2. Jalan kaki pas ke kantor!  Hm, sebenarnya kos dan kantor bisa ditempuh dengan jalan kaki, tapi dasar cewek manja, aku memilih naik metromni, dengan waktu mepet ke kantor! Sekarang, jalan kaki dengan resiko bangun lebih pagi. Sekalian olahraga toh?

3. Nggak ngopi-ngopi cantik lagi di kafe. Hang outnya di rumah salah satu sahabat, sambil bikin jus buah tanpa gula dan tanpa es!  Lebih murah! Lebih sehat!

4. Sekarang nongkrong bareng teman-teman di taman, nggak di mal! Ayo lari sore bo! Hit banget kan olahraga lari abad ini. Sampai dijadikan tema film layar lebar. 

Oh iya, Minuman teman lari bukan es teh atau kopi. Tapii, infused water yang lagi happening itu boo! Masukkan potongan buah dalam botol. Tenggak! Segar! Irit! Sehat!

refreshing irit jogging sore di taman


5. Ikut klub buku, jadi bisa baca buku baru hasil tukar-tukaran buku dengan teman seklub. Lebih irit!

Lumayan banget ya, yang bisa disisihkan dari menjalankan Metode Mak Irits dengan disiplin, langkah ketiga aku harus: INVESTASI. Ingat, INVESTASI, bukan nabung!

INVESTASI

Ada beberapa metode investasi yaitu, membeli logam mulia, membeli properti, saham, membeli obligasi, dan deposito. Kendalanya, rata-rata memulai investasinya harus dengan modal besar. Deposito, misalnya. Jika ingin membuka deposito di bank harus mempunyai uang minimal 5 juta rupiah. Apalagi properti dan tanah, adakah tanah berharga satu juta? Mungkin kita hanya dapat semeter dua meter ya kalau di kota besar! Hiks.

Investasi untuk liburan bersama keluarga
Salah satu cara berinvestasi yang mudah dan ringan adalah mengikuti langkah adikku, berinvestasi dengan reksadana. 

Apa itu Reksadana? 
Reksadana atau mutual fund, adalah sebuah bentuk investasi yang menggabungkan semua uang investor dalam satu waddah, dimana uang tersebut selanjutnya dikelola oleh sebuah perusahaan investasi (manajer investasi) dengan mengalokasikannya ke dalam satu atau berbagai macam instrumen investasi.

 

Menurut Safir Senduk, Reksadana merupakan cara yang baik untuk berinvestasi karena dikelola oleh Tim pengelola investasi yang sudah berpengalaman. Cara berinvestasi ini juga tidak ribet, beda kalau kita terjun langsung bermain saham. Kita harus stand by memantau pergerakan saham kita, bukan?

Nah, dengan reksadana, kita bisa bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan tenang, karena ada manajer investasi yang bekerja untuk kita. 

Cara kerjanya gimana?
Misalnya nih ada dana sebesar satu trilyun dari sponsor, oleh perusahaan reksadana akan diinvestasikan di berbagai instrumen investasi seperti deposito, obligasi, saham dan lainnya. Nah, dari investasi itu kemudian dibagi ke dalam pecahan kecil. Atau biasa disebut Unit Penyertaan atau UP. Misalnya UP selembar Rp.2000,-

Nah, 1 triliun ini akan dibagi dengan Rp. 2000,- dan akan didapat 500 juta Unit Penyertaan. Nah unit penyertaan ini  yang akan ditawarkan ke masyarakat. Harga awal ditawarkan adalah 2000 rupiah per UP. Kita bisa membeli UP sesuai dana yang kita miliki. Bisa 1000 UP,  atau lebih banyak lagi.

beli rumah impian dengan investasi

Bismillah, aku pun ditemani adikku untuk membeli Reksadana.
Seperti adikku, aku memilih Manulife Management Asset sebagai Fund Manajer. atau Manajer Investasinya. Karena membuka di bank yang menjadi agen, aku harus punya rekening bank tersebut. 

Sebelum membuka reksadana, customer service bank menjelaskan apa itu reksadana, bagaimana cara kerjanya, juga mempersilakan kita mengisi formulir Profile Risk untuk mengetahui tipe investor seperti apakah kita, dan kebutuhan apa yang ingin kita penuhi dengan berinvestasi. 

Misalnya kita butuh uang untuk jangka pendek, dengan resiko rendah, kita akan dipersilakan memilih reksadana fixed income, pendapatan tetap. Biasanya jangka waktunya untuk 1 tahun misalnya untuk biaya mudik lebaran atau sekolah anak dalam waktu dekat. Biasanya uang kita diinvestasikan dalam bentuk deposito. 

Untuk jangka menengah seperti 3-10 tahun, kita bisa memilih reksadana kombinasi antara fixed dan growth. Tapi, jika kita butuh dana untuk jangka panjang seperti biaya pensiun, dana kuliah anak, dan kita berani dengan resiko investasi, pilihlah reksadana growth income. Biasanya akan diinvestaskan dalam bentuk obligasi, saham dan lainnya. 

Oh iya, kita juga bisa memilih investasi yang syariah lho. Jadi nggak ragu lagi kehalalannya. Jika kita sudah memilih jenis reksadana apa yang kita inginkan, mulai deh kita mengisi formulir untuk membuka reksadana. Tentukan iuran bulanan yang akan diauto debet dari rekening kita. Otomatis, misalnya tiap tanggal 8, uang saya akan didebet, untuk dibelikan UP. Selesai deh! Gampang kan?

Gampang banget :) 
Nah, sekarang tiap bulan, aku rutin menerima dua surat dari manajer Investasi. 
Pertama laporan pembelian UP yang diambil dari dana yang didebet tiap bulan. Satu lagi, surat yang berisi total UP yang kita miliki lengkap dengan pertumbuhannya.

Misalnya per UP dulu saya beli sekitar 2000. Sekarang nilai UP nya sudah 3500 berarti  Nilai Aktivasi Bersih alias NAB naik. Dan itu berarti nilai investasi kita naik. Kita sudah mendapat keunutungan. Simpel kan?

Laporan yang kuterima setiap bulan via pos
Terus, Kalau kita punya dana lebih untuk berinvestasi bulan itu, kita bisa ke bank untuk membeli UP lainnya. Simpel! Begitu juga kalau kita butuh uang dan ingin menjual kembali UP kita. Mudah kok! TInggal menghubungi manajer investasi dan menjualnya pada perusahaan reksadana kita. Nggak pakai lama!

mau kuliah lagi? Bisaa
Jadi, berinvestasi itu nggak mahal dan sulit, seperti stigma banyak orang. Dengan biaya per bulan minimal 100 ribu, kita sudah bisa berinvestasi di Reksadana. Alhamdulillah, aku sudah melakukannya sejak tahun 2012. Moga bisa terus istiqomah, disiplin, aamiin.

Oh iya, Nggak hanya Safir Senduk lho. Banyak perencana keuangan beken lain pun menyarankan membuka reksadana terutama untuk kebutuhan jangka panjang misalnya sekolah anak, biaya pensiun, naik haji dll karena pertumbuhannya yang rata-rata 30% bisa melawan inflasi. 





Jadi, tunggu apa lagi? Jangan nanti-nanti! Jangan menunda lagi.
Lakukan 3 Langkah Sadar Investasi mulai sekarang!
Insyaf, Irit, Investasi! Hwaiting!



Photo Courtesy of Domdeen, Tuelekza, Sura Nualpradid at 
www.freedigitalphotos.net

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

8 Comments

  1. Yayy!! Keren nih mak. Memang kita kudu sadar seputar financial planning dgn 3I yak.
    Good luck untuk kontesnya ya mak.

    ReplyDelete
  2. @mba ida: sama-sama bu, nuhunu sudah berkunjung :*

    ReplyDelete
  3. mba nurul: makasiih makk..aamiin..

    ReplyDelete
  4. komplit euy infonya mak.. keren :)

    ReplyDelete
  5. Memang betul, tabungan buat nitip duit aja biar nggak disikat maling :))

    ReplyDelete
  6. uwaaa,,makin kebuka nih.makasih sharingnya ya mbk ^^

    ReplyDelete
Previous Post Next Post