Alhamdulillah, Teh Sabrina Naik Haji

Dear Temans,



Alhamdulillah,  Teh Sabrina kakak sepupuku berangkat haji tahun ini dari Semarang.
Ia dan suaminya punya cita-cita besar ingin naik haji di usia muda. Impian sejak mereka baru menikah. 

“Pengen bisa naik haji disaat tubuh masih kuat. Kasihan melihat kakek-nenek dulu naik haji di usia renta” ucapnya dulu.

Waktu itu kami takjub. Sabrina nih anti mainstream hehe. Jika pasangan lain bercita-cita ingin punya rumah dulu, atau kendaraan, Sabrina dan suaminya beda.

If you dream it, you can reach it.
Dan berkat usaha kerasnya selama delapan tahun, mereka berhasil. Mereka bukan keluarga kaya raya, tiga anak masih kecil-kecil. Sepupuku ibu rumah tangga dan punya bisnis online kecil-kecilan di rumah. Suaminya, pegawai pemerintah di Semarang.

Sejak bertahun-tahun lalu, Mereka punya kebiasaan unik. Keduanya memiliki dua tabungan. Satu tabungan haji yang disetor setiap bulan. Satu lagi tabungan surga yang ditaruh di celengan. Diambil oleh badan zakat tiap bulan. Setiap subuh, ia berdoa sebelum memasukkan sedekahnya ke dalam celengan dari bubur kertas itu. 

“Ya Allah, berikanlah usia dan rejeki, kesehatan untuk kami agar bisa naik haji. “ doanya setiap Shalat Dhuha. Lalu melakukan aktivitas sehari-hari sebagai Mak Rempong.

Kun fayakun. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah.

Kegigihan sepupuku dan suaminya membuahkan hasil. Karir suaminya semakin bagus,. Bisnis online Teh Sabrina berjalan lancar. Tahun ini, mereka bisa berangkat berhaji setelah penantian bertahun-tahun lamanya.

Kami sekeluarga bahagia. Benar, doa dan usaha keras mereka diganjar dengan manis oleh Allah SWT.  Impossible is nothing.

Menjelang keberangkatan, Teteh menitipkan anak-anaknya di rumah orangtuanya.

“Berat rasanya meninggalkan krucils tapi Allah sudah memanggil-manggil. Kami rindu,” ia melelehkan air mata. “Allah menjaga mereka, ada Abah dan Ambu juga ya..”

Aku memeluknya. “Tenang, ada kami semua kok..”
“Iya kakak bisa menelpon mereka kapan saja. Nggak pa pa mahal yang penting bisa memantau mereka. Nanti Teteh beli pulsa untuk Ambu yang banyak.” Kata adiknya. “Buatku juga haha.”
Sabrina meleletkan lidah. “Kalau kamu nggak usah pakai pulsa! Pakai ilmu kebatinan saja!”

Aku mengangguk. Iya, nggak apa-apa mahal demi mendengar suara anak-anak tercinta. Pasti rasanya kangen berat ya selama meninggalkan mereka. Otakku berhitung berapa ya biaya sekali telpon ke Mekah? *dasar mak irits haha.

“Lho ngapain beli pulsa mahal? Kamu pakai nomer Indosat kan?” tanya Abah, ayah Teh Sabrina. Beliau menunjukkan iklan koran. 
Aku meraih koran itu.
“Bisa nerima telpon gratis nih lima menit tiap hari! Abah bakal telpon kalian tiap hari. Nomer Abah kan Indosat juga. Sebentar saja tapi anak-anak bisa menyapa kalian setiap hari. Jadi tidak terasa betapa jauh jaraknya tuh” Abah terkekeh. “Jadi kalian seperti tetap ada disini bareng mereka.”

“Eh, beneran ya? Asyik!” Sabrina loncat-loncat. Mukanya nggak mendung lagi.
“Iya, beneran lho!” teriak suaminya nggak kalah excited, meraih ponselnya. “Coba buka www.indosat.com/haji, siapa tahu ada tarif special untuk haji,”
“Coba Ayah, pelajari baik-baik. Lumayan kalau bisa menelpon dan terima telpon lebih murah.” Sahut Sabrina antusias.
Memang ya, mereka ini memang pasangan klop. Penganut paham irit akut hihi.
“Iya Bun, banyak tariff khusus nih, murah!”
Kami terkekeh.

 “Eh iya, Abang Davin udah bisa SMS kan ya?” tanyaku.
Davin, anak pertama mereka sudah kelas dua SD. Gadget mania. Cerdas mengutak-atik gadget dan peralatan elektronik.

“Tiap Teteh isi pulsa 100 ribu, nanti dapat bonus pulsa 20 ribu bisa gratis SMS dan mendengarkan layanan voice,  nah SMS an deh dengan Bang Davin di tanah air. Nasehati dan omelin kayak biasa,” ledek adiknya. “Jadi nggak berasa deh tuh abang, Bunda lagi jauh hehe.”

Sepupuku menyusut air mata. Senyumnya mengembang. “Alhamdulillah, kemudahan teknologi ya Ayah. Jadi jarak tidak terasa jauh lagi. kami tenang sekarang meninggalkan anak-anak. Kangen tinggal nelpon saja, nggak usah takut mahal,”

“Iya Bunda, tenang saja. Kita telpon-telponan tiap hari ya, murah, kan Bunda bilang kita harus hemat, hemat, hemat” Bang Davin yang ganteng memeluk ayah ibunya.
Kami terbahak. Itu kan quote Sabrina banget, mendarah daging: Hemat, Hemat, Hemat. Anaknya sampai hapal banget hahaha.

“Iya, berkat doa, usaha, dan penghematan, Bunda bisa berangkat dangan Ayah. Nanti Inshaa Allah ada rejekinya biar bisa berangkat umrah dengan abang dan adik-adik yaa. Kita nabung lagi,” Sabrina memeluk anaknya.

Davin dan kedua adiknya merubungi kedua orangtua mereka.
Ah, so sweet. Semoga perjalanan ibadah mereka lancar ya. Menjadi haji dan hajjah yang mabrur, aamiin. 
Oh iyaa, jangan lupa panggil-panggil namaku ya Teh Sab, biar bisa menyusul, berhaji dengan yayang hihi, aamiin…

 
Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

4 Comments

  1. semoga menjadi haji mabrur ya

    ReplyDelete
  2. Indosat memang paling mengerti kebutuhan customernya ya, Mak? :)

    Semoga Teh Sabrina menjadi Hajjah yang mabrur yaaa. Aamiin.

    ReplyDelete
  3. perlu dicontoh ini apa yang dilakukan teh sabrina....Harus dan Wajib nih..kalau cuma niat tapi ga nabung khusus haji bakalan ga berangkat2 ya

    ReplyDelete
Previous Post Next Post